SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

Blogger ini muncul berdasarkan dari beberapa permintaan saudara-saudariku semua..

Alhamdulillah akhirnya tercapai juga dan selesai sudah blogger ini dibuat...

Namun kesempurnaan blogger ini belumlah maximal.

Semoga dihari..hari mendatang dapat disempurnakan blogger ini

Dan blogger ini tercipta dan ada... karena... diri saudara-saudariku semua..

Dan...tiada artinya blogger"NOTE UNTUK KAMU" ini.. jika saudara-saudariku tidak berada didalamnya....

Salam Ukhwah..........

Oct 18, 2011

BIJAK...........PINTAR....dan BODOH

Adalah tugas kebodohan untuk belajar agar menjadi pintar.  
 
Adalah tugas kepintaran agar belajar menjadi bijak.
 
Jika pintar saja, tidak ada jaminan untuk bijak, apalagi jika bodoh. 
 
Tapi anehnya, menjadi pintar tanpa bijak akan menghasilkan bahaya yang lebih besar ketimbang bodoh
 
Bodoh meski bahaya tapi dayanya terbatas.
 
Hutan akan baik-baik saja walau dicuri setiap hari bahkan oleh gabungan pencuri sekalipun, sepanjang mencuri itu hanya dilakukan oleh penduduk sederhana yang butuh untuk membuat rumah dan perabot. 
 
Tapi  cukup dengan  seorang  pencuri pintar saja, maka seluruh hutan bisa lenyap  dikuras ke luar negeri. 
(coba anda baca ulasan yang berkaitan dengan hal ini : Berbuat Curang )

Melihat gelagatnya, pintar jenis inilah yang sekarang berkembang. 
 
Banyak kebodohan beranjak jadi pintar, tapi pintar tetap ditempatnya, kecuali untuk jadi alat kepentingan saja. 
 
Banyak  kepintaran melihat peluang. 
 
Cepat menangkap prospek udang import misalnya, maka untuk salanjutnya akan membuahkan tambak-tambak terbengkalai dan ekologi pantai yang rusak. 
 
Pintar menciptakan  proyek dan mengkreasi anggaran, tapi pembangunan  seperti  tidak menuju kemakmran. Bukan daya gunanya tapi hanya pembangunan fisiknya.

Rumah ibadah dibaguskan dimana-mana.
 
Tapi apa jadinya jika yang bagus cuma tembok, lantai dan atap, tapi tidak pada tata nilainya. 
 
Apa jadinya kalau  pembangunan salah orientasi?.......  
 
Cuma berujung ironi. Akan banyak ilmu tak bermanfaat,  banyak massa tidak menghasilkan apa-apa, bayak orang beribadah tapi sedikit yang diberi pentunjuk. 
 
Coba anda simak ulasan saya sebelumnya tentang Cara Mencicipi Kelezatan Iman

Kepintaran sungguh alat menuju bijak, bukan kepentingan.  
 
Kemerosotan yang pernah kita alami adalah hasil penurunan kepiñtaran dan kebijaksanaan. 
 
Jika ransum atlet dikorupsi, maka sulit untuk meminta atlet berperstasi. 
 
Bukan karena otot mereka lemah, tapi karena hatinya lemah oleh luka dan kecewa. 
 
Sepakbola bukan cuma urusan menendang bola, tapi juga organisasi. 
 
Organisasi di lapangan saja rumit, sehingga perlu mendatangkan pelatih dari luar negeri. 
 
Organisasi di luar lebih rumit lagi, apalagi untuk diisi oleh sekedar kepintaran dan jadi alat kepentingan. 
 
Seluruh sepakbola besar di dunia lahir ternyata lewat proses yang besar. 
 
Jadi kita tidak sedang kalah dalam soal bakat, tapi dalam tirakat. 
 
Dan tirakat itu sulit dilakukan oleh pihak yang hanya berisi kepentingan.
Memang terkadang membuat kita tidak sadar, apakah kita ini sudah dalam posisi bodoh atau pintar. 
Namun masih banyak yang belum paham benar hakikat bijak, sehingga timbul bahwa pintar berarti bijak. Padahal kepintaran yang digunakan dengan cara yang benar barulah lahir hal bijak. 
Langkah pertama tentu saja kita bisa sadar

MELUPAKAN AKHIRAT KARENA KEHIDUPAN DUNIA

Banyak manusia yang tertipu oleh kehidupan dunia. Mereka bekerja begitu keras bahkan sampai 12 jam lebih sehari hanya untuk kebahagiaan di dunia. Namun sayangnya banyak yang tidak menyisakan setengah jam pun untuk kehidupan akhirat dengan zikir dan beribadah kepada Allah.
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” [Al A’raaf:51]
Bahkan ada yang tidak mau mengingat Allah sama sekali dan menganggap kehidupan akhirat hanyalah kebohongan yang hanya dipercaya oleh orang-orang yang fanatik agama.
Mereka tahu kematian pasti menimpa siapa saja. Namun mereka tidak pernah mengingat mati dan tidak percaya pada kehidupan sesudah mati.
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” [Faathir:5]
Padahal akhirat itu adalah janji Allah yang benar.
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” [Al An’aam:130]
Para ahli menyatakan bahwa matahari telah membakar separuh gasnya untuk menyinari planet-planetnya. Satu saat gas itu akan habis sehingga bukan hanya padam, namun juga gaya gravitasi yang mempertahankan jarak matahari dengan bumi akan rusak sehingga bisa bertumbukan. Tanda-tanda hari kiamat di mana bumi akan sangat dekat dengan matahari membenarkan itu. Kehancuran bumi sudah tidak diragukan lagi.
Setelah Kiamat, hari akhiratlah yang kita jelang.Akhirat itu/Surga lebih baik dan lebih kekal:
”Sungguh hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada dunia” [Adh Dhuhaa:4]
”Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” [Al A’laa:17]
Selain surga, ada pula neraka bagi orang-orang kafir dan zalim. Mereka yang korupsi, suka mengambil harta orang lain, menganiaya orang lain, membunuh, memerkosa. Jika tidak bertaubat niscaya mendapat siksa neraka yang amat pedih.
Banyak orang yang menumpuk harta dan berbangga tentang banyaknya harta dan anak. Padahal hidup manusia di dunia rata-rata tidak lebih dari 70 tahun. Setelah itu mereka mati dan masuk ke dalam lobang kubur.

Jabatan.........., Harta dan anak tak berguna lagi bagi mereka ketika sudah dikubur.
Bagi yang tidak mau mengingat Allah dan melalaikan sholat, ada siksa kubur yang menunggu mereka:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Haddid:20]
Jadi, tetaplah bekerja.....

Namun jangan melupakan akhirat.

Bagaimana pun juga akhirat lebih baik dan lebih kekal. Akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.

Dunia hanya sekedar tempat kita lewat.

Tempat kita untuk bekerja dan beribadah sehingga memiliki bekal yang cukup untuk di akhirat.

Oct 9, 2011

SIFAT ALLAH Al Qawiyyu القوى Maha Kuat

Banyak orang, terutama kaum pria, ingin menjadi kuat. Tak jarang mereka habiskan berjam-jam waktunya (hingga 8 jam lebih) untuk latihan fisik di gym/fitness center agar bisa menjadi kuat.

Bahkan ada yang minum doping/anabolic steroid agar jadi sangat kuat.

Mereka bangga jika disebut orang kuat.
Namun sekuat-kuatnya manusia, tidak ada yang melebihi kekuatan Allah yang Maha Kuat.
Saat lahir, manusia merupakan bayi lemah yang tidak berdaya.
Jangankan mengangkat barbel. Duduk pun dia tak sanggup.

Begitu pula saat mati dan jadi tulang-belulang berserakan, manusia itu tak mampu berbuat apa-apa.

Manusia itu amat lemah. Hanya Allah yang Maha Kuat!
Allah mampu menciptakan jagat raya yang lebarnya 30 milyar tahun cahaya (ini baru perkiraan saat ini).

Sebagai contoh, bumi yang kelilingnya 40 ribu km ini cuma 0,13 detik cahaya kelilingnya.

Lebar jagat raya 7 juta trilyun kali lebih panjang daripada keliling bumi.

Jadi bisa kita bayangkan luasnya jagat raya. Itu baru langit ke 1.

Belum langit ke 2, ke 3, hingga langit ke 7. Dan surga jauh lebih luas daripada dunia.
Jadi bisa kita bayangkan kekuasaan/kekuatan Allah yang mampu menciptakan semuanya dalam sekejap hanya dengan berkata: “Kun...!” (Jadilah........!).

Allah mampu mengangkat/memelihara jagat raya yang amat luas dan teramat berat ini dengan mudahnya hingga tidak jatuh berserakan.
Bahkan petinju terbesar di dunia, Muhammad Ali, yang dulu sesumbar sebagai “The Greatest” setelah masuk Islam sadar dia bukan yang terbesar.

Tetapi yang benar-benar terbesar adalah: Allah! Allahu Akbar! Allah Maha Besar...........!
Muhammad Ali sendiri sekarang sudah tua dan melemah dan terkena penyakit Parkinson.

Namun beliau beruntung sadar dan hidup sebagai seorang Muslim.

Mudah-mudahan dengan tulisan ini, kita jadi yakin bahwa Allah adalah Maha Kuat.

GORESAN PENA SEORANG IBU UNTUK ANAKNYA

Wahai anakku..

25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku.

Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut.

Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi.

Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan.

Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan.

Akan tetapi......... itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku.......... mengandungmu, wahai anakku........!

Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku.

Aku....... merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun.

Aku........ merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis.

Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir.

Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan.

Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit.

Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.

Wahai anakku..

Telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku.

Saripati hidupku kuberikan kepadamu.

Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu.

Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu, itulah kebahagiaanku..........!

Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun.

Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa.

Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu.

Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini.

Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat.

Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam.

Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran.

Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu.

Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang.

Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu.

Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu.

Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon.

Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi........, semua itu tidak ada.

Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan.

Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan.

Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku..

Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan.

Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.

Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan......... Ibu memohon kepadamu, Nak..........!

Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu.........!!

Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik.

Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit.

Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu. Masih seperti lautan yang tidak pernah kering.

Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engakau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu.

Mana balas budimu, nak..........!?

Mana balasan baikmu..........!

Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa.............?!

Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba.

Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula........?!” (QS. Ar Rahman: 60)

Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu..........?!

Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu..........?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku.

Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku.

Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu...........?

Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu..........?

Terus...., jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu.

Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu.........?

Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku........!!

Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku.......!

Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat.

Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.

Anakku..

Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan..........!?

Bukan karena apa-apa........?!

Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya.

Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya, hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya, hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim..........? !

Wahai anakku.....

Iibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu.

Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik.

Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)

Anakku........

Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu.

Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi.

Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama.

Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.

Akan tetapi, anakku..........!

Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu.........!

Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dari

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia....?

Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah.........?”

Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah.......!”

Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam.

Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)

Wahai anakku...........!!

Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak.

Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas...........?!

Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan.

Dia telah gagal dalam usahanya.

Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar.

Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan.

Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar.

Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu.

Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya.......?

Anakku.........,

Yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia, wahai Rasulullah........?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)

Anakku.............

Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya.

Aku tidak akan melakukannya, Na..........k! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku. Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak..........! Uban sudah mulai merambat di kepalamu.

Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal, “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku.......

Bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya..........!!

Sesungguhnya surga di kakinya.

Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.

Anakku....

Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu.....!

Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,

KISAH SYETHAN YANG MENJERUMUSKAN AHLI IBADAH

Dahulu hiduplah seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil.

Orang tersebut bernama Barshish.

Dia seorang ahli ibadah besar, tinggal di dalam sebuah Sinagog untuk menyembah Allah, tetapi ibadahnya lebih mendominasi ilmunya, padahal orang yang berilmu lebih ditakuti oleh syetan ketimbang seribu orang ahli ibadah.

Setelah dia menyembah Allah, bersujud kepadaNya dan banyak berzikir menyebut nama Allah, Allah bermaksud menguji iman dan keyakinannya.

Ia duduk di Sinagognya, lalu datanglah kepadanya sejumlah lelaki dari kalangan mujahidin Bani Israil. Mereka berkata:" Hai Barshish, sesungguhnya kami bermaksud pergi jihad di jalan Allah, sedang kami mempunyai seorang saudara perempuan yang tinggal di rumah kami disebelah sinagogmu.

Dia tidak ada temannya sesudah Allah, kecuali hanya engkau.

Oleh karena itu kamu harus menjaganya sampai kamu kembali dari jidah."

Barshish menjawab:" Ini merupakan suatu kehormatan bagiku. Aku terima hal ini dengan senang hati."

Mereka pun berangkat berjihad di jalan Allah dan Barshish tinggal di dalam sinagognya menyembah Allah. Selanjutnya datanglah syetan kepadanya dan berkata:"Hai Barshish, sesungguhnya wanita ini berada dalam jaminanmu.

Dia adalah wanita muda yang berada dalam perlindunganmu. Jika engkau biarkan , barangkali dia merasa kesepian.

Sebaiknya engkau julurkan kepalamu setiap pagi hari, lalu engkau ucapkan salam kepadanya. itu sama sekali tidak akan membahayakanmu, karena dia seorang wanita yang memakai hijab."

Barshish pun menerima saran setan, lalu dia mengulurkan kepalanya dan mengucapkan salam kepada wanita itu.

Setan datang lagi untuk kedua kalinya, lalu berkata:"Sebaiknya engkau tinggal di sebelah rumahnya agar dia tidak didatangi oleh lelaki lain atau ditakut-takuti oleh jin yang jahat."

Barshish turun dan tinggal disebelah rumahnya tanpa melihatnya.

Setan datang lagi untuk ketiga kalinya, lalu berkata: " Sesungguhnya dia adalah seorang gadis yang asing lagi kesopanan: keluarganya keluar untuk jihad, maka tiada seorang pun yang menghiburnya atau mengajak ngobrol."

Barshish pun dan turun dan menhiburnya serta mengajaknya ngobrol, sedang gadis itu memakai hijab.

Setan datang lagi untuk keempat kalinya dan berkata: 
"Engkau adalah orang yang alim, cerdas lagi terpelihara oleh Allah dan setan takut kepadamu, maka mendekatlah kamu kepadanya dana ciumlah dia." Akhirnya Barshish terjerumus ke dalam perbuatan keji(zina) dan perempuan itu pun mengandung.

Setelah wanitya itu mengandung, setan berkata kepada Barshish: 
"Apabila saudara-saudara lelakinya datang dan mereka melihat kemungkaran ini, dia akan menceritakan kepada mereka kejadian yang dialaminya denganmu dan orang-orang akan menuduhnmu sebagai pelakunya, maka harga dirimu jatuh di mata mereka. Sebaiknya kamu bunuh saja dia, karena hal ini lebih baik bagimu."

Akhirnya Barshish membunuhnya dan menggali kuburan di dalam rumah wanita itu, lalu menguburkannya.
tidak lama kemudian , datanglah saudara-saudara lelaki wanita itu dari jihad dan mereka bertanya:"Dimanakah saudara perempuan kami........?" Barshish menangis dan menyesal.

Dia mengeluarkan air mata buayannya secara pura-pura demi harga dirinya, lalu menjawab:" Dia sakit keras lalu meninggal.

Dia adalah seorang wanita yang zuhud dan ahli ibadah. Aku kebumikan dia sesudah mendo'akannya."

Mendengar berita itu, mereka menangisi kematian saudara perempuan mereka dan percaya kepada berita barshish itu. Mereka pun tidur malam.

Setan datang kepada saudara tertuanya dan menceritakan kepadanya bahwa sebenarnya Barshish telah berbuat mesum dengannya lalu membunuhnya.

Setan datang kepada saudara yang kedua dan ketiganya dalam mimpinya masing-masing, lalu menceritakan kepada keduanya sebagaimana yang telah ia ceritakan kepada saudara tertua mereka.

Keesokan harinya mereka menceritakan mimpinya masing-masing, lalu mereka sepakat untuk membalas Barshish ata perbuatannya terhadap saudara perempuan mereka.

Mereka berangkat dan membongkar kuburan yang telah ditunjukan oleh setan kepada mereka. ternyata mereka menjumpainya dalam keadaan telah hamil dan mati karena terbunuh.

Setan pun datang kepada Barshis: "Hai barshis, tiada yang dapat menyelamatkanmu, kecuali jika kamu mau bersujud kepada sekali agar aku bisa melindungimu." Akhirnya, Barshish kafir kepada Allah dan mau sujud kepada setan sekali sujud.

Selanjutnya, mereka membunuhnya dan menyalibnya.

( Cerita ini dikutip dari buku "Cambuk Hati" karya Aid AlQarni, diketengahkan oleh Thabari dalam kitab Tafsirnya dan juga Tafsir Ibnu Katsir)


KUMAIL BIN ZIYAD BIN NAHIK AN-NAKH'I MENDAPAT WASIAT DARI DARI ALI BIN ABI THALIB

Kumail bin Ziyad berkata: Ali bin Abi Thalib pernah menarik tanganku dan mengajakku kesisi sebuah jaban (tanah datar diketinggian yang subur).

Setelah kami muncul di padang sahara ia duduk dan menarik nafas, lantas berkata:
Wahai Kumail bin Ziyad........!!!, hati ibarat kantong, maka yang paling baik adalah yang paling bisa menjaga ingatan.

Ingat-ingatlah apa yang saya katakana kepadamu, manusia itu ada 3 macam:

Pertama adalah :
Ulama Robbani


Kedua adalah :
Orang yang berjalan di atas jalan keselamatan

Ketiga adalah:
Manusia liar yang tidak mengenal aturan, yang mengikuti setiap penyeru terhempas kemana arah angina bertiup, tidak diterangi oleh cahaya ilmu serta tidak bersandar pada tiang yang kokoh.

Ilmu.......... itu lebih baik daripada harta......

Ilmu.......... akan menjagamu, sedangkan harta engkaulah yang menjaganya.

Ilmu..........itu berkembang jika diamalkan sedangkan harta menjadi berkurang jika dibelanjakan.

Kecintaan kepada ulama merupakan bagian dari agama yang harus dilaksanakan.

Dengan ilmu menjadikan pemiliknya menjalankan ketaatan selama hidupnya, dan mejadikannya buah bibir setelah kematiannya, sedangkan harta akan hilang beserta kematiannya.

Para penumpuk harta telah mati semasa mereka hidup, sedangkan para ulama tetap hidup sepanjang zaman.

Diri mereka telah wafat akan tetapi karya baik mereka senantiasa terpatri dalam hati.

Sesungguhnya saya di sini (beliau menunjuk kearah dadanya) ada ilmu, jika saya benar ada beberapa tipe orang yang berilmu:

Ada orang yang laqin, tetapi tidak bisa dipercaya memegang amanat.
Ia memakai alat agama untuk dunia.
Ia menggunakan hujjah-hujjah Allah untuk menolak kitab-Nya dan menggunakan nikmat-Nya untuk menyombongkan diri kepada hamba-hamba-Nya.


Adapula orang yang mengikuti pelaku kebenaran tetapi ia tidak mempunya ilmu mengenainya untuk melestarikan kehidupannya.

Keraguan akan muncul di hatinya begitu syubhat pertama menghalanginya. Ini tidak dan itupun bukan.

Ia tidak mengerti dimanakah kebenaran.

Jika ia berkata ia salah, dan jika bersalah ia tidak mengetahui.

Ia merindukan sesuatu yang ia tidak mengetahui hakikatnya.

Ia merupakan ujian bagi sebagian orang yang diuji dengannya.

Yang benar-benar baik adalah siapa yang telah dikenalkan oleh Allah kepada agama-Nya.

Cukuplah seorang itu dikatakan bodoh jika tidka mengenal agamanya, rakus dengan kenikmatan dan mudah dikendalikan oleh hawa nafsu atau terpikat untuk menyimpan dan mengumpulkan harta.

Keduanya tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mendakwahkan agama dan lebih mirip dengan binatang ternak.

Demikian pula, ilmu itu mati dengan kematian para ulama.

Benar, ya Allah, tidak ada bumi kosong dari orang yang menegakkan hujjah-hujjah Allah dan keterangan-keterangan itu tidak dibantah, merekalah orang-orang yang secara jumlah sedikit, tetapi nilai mereka dihadapan Allah sangatlah besar.

Dengan mereka Allah membela hujjah-hujjah-Nya sehingga mereka menyampaikan kepada orang-orang yang semisal dengannya dan menanamkan dihati orang-orang yang semisal dengannya.

Ilmu telah membukakan hakekat perkara kepada mereka, sehingga mersa mudah dengan apa yang dianggap sukar oleh orang-orang yang melampui batas dan menyukai apa yang dibenci oleh orang-orang yang bodoh.

Yakni orang yang bersahabat dengan dunia dengan jasad yang ruhnya terikat dengan pemandangan yang paling tinggi.

Mereka para ulama penegak hujjah itulah para khalifah Allah dierinya dan para da’I yang mendakwahkan agama-Nya.

Betapa rinduku untuk melihat mereka.

Aku memohon kepada Allah untuk diriku dna dirimu.
Jika kamu ingin berdirilah.

Dikeluarkan oleh abu nuaim dalam hiliyatul Auliya’ (I:79-80).

Melaluinya al-khatib al-baghdadi mengeluarkan dalam al-faqih wal mutafaqih(I:49-50)


Referensi: Wasiat Para Salaf

Oct 7, 2011

IBU AKU SAYANG IBU........


Ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu dari Seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur.

Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya.

Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke Warung: Rp 20.000
2) Menjaga adik Rp 20.000
3) Membuang sampah Rp 5.000
4) Membereskan Tempat Tidur Rp 10.000
5) menyiram bunga Rp 15.000
6) Menyapu Halaman Rp 15.000
Jumlah : Rp 85.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.
1) OngKos mengandungmu selama 9 bulan - GRATIS
2) OngKos jaga malam karena menjagamu -GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu - GRATIS
4) OngKos Khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu- GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
6) OngKos mencuci pakaian, gelas, piring dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca.

Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu".

Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar" .

Sosok Seorang ibu begitu mulia....dan bukan hanya kita setelah dewasa  berumah tangga melupakannya atau hanya memberikan perhatian materi ...namun.......banyak juga yang terjadi setelah kita dewasa  dan berumah tangga kita lupa akan jasa-jasanya....malah sama sekali kita tidak memperhatikannya.....

SIFAT ALLAH MAHA PENGASIH (الرَّحْمَنِ / AR-RAHMAN)

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Begitulah di  setiap surat Al Qur’an (kecuali surat At Taubah) dituliskan kalimat Basmallah.
Allah Maha Pengasih.
Kelihatannya begitu ringan. Namun mari kita dalami maknanya.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” [Al Mu’minuun 78]
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan.........?”

Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)....?” [Yunus 31]
Coba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita.......?

Kedua telinga kita.....?

Mulut kita...........?

Kaki dan tangan kita......?

Allah bukan.......?

Mengapakah kita tidak mau bersyukur..?
Allah yang menurunkan air sehingga kita bisa memakainya untuk minum, mandi, mencuci, dan sebagainya:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” [Al Waqi'ah 68-69]
Setiap hari kita minum sekitar 8 gelas sehari. Jika kita beli Aqua gelas, berarti Rp 4 ribu/hari habis untuk minum.

Dalam 60 tahun, sebesar Rp 87,6 juta (40 ribu dinar) kita habiskan untuk air minum.

Jika air PAM per bulannya Rp 240 ribu, berarti dalam 60 tahun kita menghabiskan Rp 174 juta lebih untuk air PAM.

Jika tak bayar, anda tak bisa minum dan saluran PAM diputus.
Sedang Allah memberi kita air secara cuma-cuma.

Tidakkah Allah itu Maha Pengasih.............?
Allah juga yang menciptakan tanam-tanaman yang kita makan seperti padi, gandum, kurma, dan sebagainya:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam........?

Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waqi'ah 63-64]
Bayangkan jika Allah tidak menciptakan tanaman yang menjadi makanan kita seperti padi. Bagaimana nasib kita.........?

Masihkan kita meragukan sifat Pengasih Allah.........?
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di situ:
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) -Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya.
Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” [Asy Syura' 29]
Sebagian binatang itu bisa kita makan seperti sapi, kambing, ayam, ikan, dan sebagainya. Sebagian lain seperti unta dan kuda bisa kita tunggangi.

Dan banyak lagi yang lainnya.
Allah memberikan segalanya untuk kita. Mulai dari bumi, langit, tubuh kita, makanan, harta, orang tua, pasangan hidup, dan juga anak cucu. Jika kita coba hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, niscaya kita tidak akan sanggup......!
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.

Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [Ibrahim 34]

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan.
Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.

Dan...... kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.

Dan...... ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.

Dan...... hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok.

Dan....... jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempt tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.

Dia........ menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Dan Dia.............. menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu.

Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),

dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.

Dan Dia-lah............., Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

Dan........... Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan).

Dan..... dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.

Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa).........?

Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nahl 3-18]
Tuhanku….
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu, Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari,
untai demi untai kata para ustadz kuresapi,Tentang cinta para nabi, tentang kasih para sahabat, tentang mahabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada. Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam, kutumbuhkan dalam mimpi idealisme, yang mengawang di awan.

Tapi Rabbi…
Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu, tapi aku masih juga tak menemukan, cinta tertinggi untuk-Mu, aku makin merasakan gelisahku memadai, dalam cita yang mengawang, sedang kakiku mengambang, hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.

Allahu Rahiim…. Illahi Rabbii….
Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku….
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku….
Dengan segala kelemahanku….
Illahi…. aku tak sanggup mencintai-Mu, dengan kesabaran menanggung derita. umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa.
Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu, melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu, atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.

Rabbii…. aku tak sanggup mencintai-Mu, seperti Abu Bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya
dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu, bagi diri dan keluarganya,atau layaknya Umar, yang menyerahkan separuh hartanya demi jihad,atau Ustman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan Dien-Mu.

Illahi….
Aku tak sanggup mencintai-Mu,
dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabi-Mu, hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya.
Karena itu Ya Allah…. perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Robbii….
Aku tak dapat beribadah ala orang-orang shalih, atau bagai para al-hafidz dan hafidzah, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu, dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, melalui satu-dua rakaat shalat lailku, atau sekedar sunnah nafilahku,
selembar dua lembar tilawah harianku, lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim….
Aku tak sanggup mencintaiMu, semisal para syuhada yang menjual dirinya dalam jihad bagi-Mu
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu, dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwah Mu, dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim….
Aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya, ijinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku,
membawa mereka pada nikmatnya hidayah dalam naungan Islam, manisnya iman dan ketabahan.
Dengan mencintai sahabat-sahabatku, mengajak mereka untuk lebih mengenal-Mu, dengan mencintai manusia dan alam semesta…
Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku, Yaa Allah…
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa….
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku….

Oct 6, 2011

BERBAKTI...BERBAKTI.....BERBAKTI..........

Banyaknya perceraian terjadi karena istri/suami tidak menyadari posisi masing2.

Begitu pula kadang istri kurang menghormati ibu mertuanya sehingga bisa konflik bukan hanya dengan suami, tapi juga dengan ibu mertuanya.
Padahal Islam sudah mengatur posisi masing-masing.

Ibarat tentara, Ada Jendral, ada Kapten, dan ada Kopral. Kopral harus menghormati Kapten dan Kapten harus menghormati Jenderal. Sehingga ada keteraturan.
Sebaliknya kalau semua merasa jendera, maka yang ada kekacauan.
Meski demikian Islam juga mengajarkan agar pemimpin tidak sewenang-wenang dan menyayangi orang yang dipimpinnya

Seorang suami misalnya punya kewajiban menafkahi secara lahir dan batin pada keluarganya.

Dalam Islam ketaatan ditujukan kepada Allah, kemudian kepada RasulNya, yaitu Nabi Muhammad SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM
.
Setelah itu, seorang pria wajib berbakti kepada ibunya.

Setelah itu kepada ayahnya.
Sebaliknya seorang istri wajib berbakti kepada suaminya.

Tidak pantas seorang istri mengatur-ngatur suami bahkan membuat suaminya takut kepada istri.

Berikut hadits-hadits tentang itu.
Seorang pria harus berbakti pada ibunya,Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik......? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. menjawab:
Ibumu.

Dia bertanya lagi: Kemudian siapa.........? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. menjawab: Kemudian ibumu.

Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. menjawab: Kemudian
ibumu.

Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Shahih Muslim No.4621)
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Nabi saw. memohon izin untuk ikut berperang. Nabi shallallahu alaihi wasallam. bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup..?
Orang itu menjawab: Ya. Nabi shallallahu alaihi wasallam. bersabda: Maka kepada keduanyalah kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (Shahih Muslim No.4623)
Ada pun seorang istri harus berbakti pada suaminya.

Sebab pada ijab-qabul, maka ayah mempelai wanita sebagai wali telah menyerahkan anaknya kepada sang suami.
Seorang istri harus berbakti pada suaminya:
Seorang isteri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka dia (isteri itu) akan masuk surga. (HR. Al Hakim dan Tirmidzi)
Allah Subhanaahu Wa Ta'ala kelak tidak akan memandang (memperhatikan) seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya meskipun selamanya dia membutuhkan suaminya. (HR. Al Hakim)
Hak suami atas isteri ialah tidak menjauhi tempat tidur suami dan memperlakukannya dengan benar dan jujur, mentaati perintahnya dan tidak ke luar (meninggalkan) rumah kecuali dengan ijin suaminya, tidak memasukkan ke rumahnya orang-orang yang tidakdisukai suaminya. (HR. Ath-Thabrani)
Tidak sah puasa (puasa sunah) seorang wanita yang suaminya ada di rumah, kecuali dengan seijin suaminya. (Mutafaq’alaih)
Tidak dibenarkan seorang wanita memberikan kepada orang lain dari harta suaminya kecuali dengan ijin suaminya. (HR. Ahmad)
Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya. (HR. Ahmad)
Tak jarang seorang istri menganggap hina suaminya karena dia lebih kaya daripada suaminya. Penghasilannya lebih besar daripada suaminya.

Padahal itu tidak baik.
Siti Khadijah meski beliau lebih kaya daripada suaminya, namun tetap menghormati dan menyayangi suaminya.
Meski seorang suami berkewajiban memberi nafkah bagi istrinya, namun di zaman sekarang ini banyak suami yang menganggur.

Mereka tak dapat pekerjaan. Meski seorang istri berhak minta cerai, namun ada istri yang tetap sabar.

Meski suaminya menganggur bertahun-tahun, namun dia tetap sabar.

Sebagai gantinya justru dia yang bekerja menghidupi keluarganya.
Meski ada pertengkaran, namun secara keseluruhan istrinya tetap sabar dan terus memotivasi suaminya sehingga suaminya tetap semangat dan tidak putus asa.

Akhirnya suaminya pun dapat bekerja dengan gaji yang tidak kalah besar dengan istrinya sehingga bisa menafkahi keluarganya. Itu jauh lebih baik ketimbang bercerai.

KISAH RASULULLAH BERDIALOG DENGAN GUNUNG

Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu dekat dengan umatnya, terbukti dengan seringnya Beliau melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu desa ke desa lainnya agar lebih mengenal umatnya.
Dalam perjalanan yang dilakukan kali ini, Rasulullah SAW mengajak salah satu sahabatnya yang bernama Uqa'il bin Abi Thalib untuk menemani.

Di perjalanan, ada seorang nenek yang tergeletak lemah di jalanan, wajahnya yang tua renta semakin terlihat menyedihkan akibat pucat dan lemas kondisi tubuhnya.
"Apa yang terjadi dengan engkau Wahai Ibu?" tanya Rasulullah SAW.

Nenek yang kondisinya lemah itu pun menjawab,
"Ak...akkkuuuu laaa...paar.."
Mendengar jawaban itu, Rasulullah yang pada saat itu membawa bekal secukupnya, langsung memberikan bekalnya, hingga habislah bekal Rasulullah SAW kala itu.




Meskipun tanpa bekal sedikit pun, Rasulullah SAW dan Uqa'il tetap melanjutkan perjalanan. Setelah perjalanan panjang ditempuh dengan melewati gurun yang panas dan kering, kondisi Rasulullah SAW dan Uqa'il menjadi melemah karena banyak sekali tenaga yang terkuras untuk melewati hamparan pasir dan panasnya yang membuat dahaga semakin hebat.

KEHAUSAN.
Sesampainya di daerah pegunungan, Rasulullah SAW merasa sangat haus dikarenakan jauhnya perjalanan melewati gurun. Lalu Beliau menyuruh Uqa'il untuk mencari minuman dan buah untuk megisi perut.
Uqa'il pun menuruti perintah Nabi, ditelusurinya gunung untuk mencari sumber air dan pepohonan untuk diambil buahnya, namun Uqa'il tidak mendapati sumber air dan hanya buah-buahan saja yang ia dapat.

"Ya Rasul, aku tidak mendapati air di gunung ini, padahal aku sudah mengelilinginya, namun belum aku temukan juga," ujar Uqa'il.

Mendengar penuturan sahabatnya itu, Rasululullah SAW bersabda,
"Hai Uqa'il, dakilah gunung itu dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan 'Jika padamu ada air, berilah aku minum'," tutur Rasulullah.

Mendengar jawaban Rasulullah yang tidak masuk akal itu, membuat Uqa'il kebingungan dan tidak mengerti.
namun Uqa'il tetap pergi melaksanakan perintah sembari bertanya-tanya dalam hati,
"Apakah Rasul bersungguh-sungguh dengan ucapannya, apa yang harus aku lakukan, menyampaikan salamnya ataukah hanya diam dan balik ke Beliau lagi," ujar Uqa'il dalam hati.

Walaupun pikirannya penuh dengan keheranan, Uqa'il tetap mendaki gunung. Di tengah pendakian, Uqail mendengar suara asing, dan berkata,
"Uqa'il, pergilah mendaki gunung, patuhilah perintah Beliau," perintah suara yang asing itu yang tak lain adalah Malaikat Jibril.
Uqa'il akhirnya sampai pada puncak gunung lalu menyampaikan salam Rasulullah SAW kepada gunung perihal air yang dibutuhkan dia dan Rasulullah.
Setelah menyampaikan salam, Uqa'il pun kembali menuju tempat Rasulullah SAW.

RASUL MEMERINTAH GUNUNG.
Sesampainya di dekat Rasulullah SAW, betapa kagetnya Uqa'il ketuka melihat Rasulullah berbicaradengan gunung.
"Wahai tauladanku Muhammad, maafkan aku dikarenakan menghambat perjalanan engkau dengan tidak menyediakan air ketika engkau datang.
Aku takut engkau tidak memaafkanku, jika itu terjadi pasti aku merasakan panasnya api neraka," ungkap gunung itu.

Mendengar suara yang berasal dari gunung, membuat Uqa'il semakin bingung dan sekaligus takjub kepada Rasulullah, dikarenakan salah satu ciptaan Allah yang tidak bernyawa itu dapat berbicara dengan Beliau.
"Aku akan memaafkan kamu, tapi bolehkah aku minta sedikit air untuk membasahi tenggorokanku," tutur Rasulullah.

"Dakilah gunung ini hingga sampai puncaknya, setelah sampai, berjalanlah berbelok menuju tempat yang dipenuhi dengan bebatuan besar yang melingkar, di tengahnya terdapat sumber air dan buah-buahan untuk bekal engkau, Wahai Rasulullah," jelas gunung itu kepada Rasul.

Uqa'il berserta Rasulullah SAW akhirnya mendaki gunung itu kembali dan Beliau berjalan sesuai dengan perintah gunung. Sesampainya di tempat yang dijelaskan gunung tersebut, Uqa'il sangat terkejut karena ketika mengelilingi gunung itu tadi, Uqa'il tidak mendapati tempat seindah itu yang terdapat sumber air sangat jernih dan banyaknya pohon yang berbuah segar dan nikmat.

PERJALANAN RASULULLAH TUMBANGKAN PERSEPSI KEKERASAN

Masyarakat jahiliah adalah masyarakat yang beringas, barbar, dan bersikap keras.

Kebanggaan mereka adalah ketika mampu menyelesaikan segala permasalahan dengan kekerasan dan peperangan.

Mereka merendahkan klan yang kalah, lemah, dan sering kalah dalam peperangan.

Kuda, pedang, dan anak laki-laki yang kuat merupakan simbol yang dibanggakan masyarakat jahiliah di zaman Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM. Dalam kondisi seperti itulah Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM diutus Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA untuk mengubah fenomena kekerasan dengan kasih, mengubah kebencian dengan sayang, dan peperangan dengan perdamaian. Rasul menegaskan, "Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA hanya memberikan kasih sayangnya kepada hamba-hambanya yang penuh kasih." (HR ath-Thabrani).

Merupakan kesalahan jika Islam dipersepsikan sebagai agama keras atau mengajarkan kekerasan. Begitu juga tindakan-tindakan sebagian pemeluknya yang dapat mencoreng wajah santun dan lemah lembut Islam. Dalam kitab Mizanul Hikmah Imam al-Baqir pernah berkata, "Agama (Islam) ini tidak lain adalah cinta."

Al-Aqra` ibn Habis at-Tamimin suatu hari melihat Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM mencium kedua cucunya, Hasan dan Husain.

Dia heran kemudian berkata kepada Rasulullah, "Aku adalah orang yang punya sepuluh anak, namun aku tidak pernah mencium satu pun di antara mereka

Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM kemudian menjawab, "Sesungguhnya orang yang tidak punya kasih sayang tidak akan dirahmati (Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA)." (HR Ahmad dan lain-lain).

Al-Aqra` melihat bahwa kelembutan dan kasih sayang hanya tumbuh dari sifat tak berdaya dan kehinaan. Padahal, kekuatan dan kebesaran yang sesungguhnya adalah jika seseorang mampu menampilkan kelembutan dan kasih sayang.

Kelembutan dan kasih sayang itulah justru yang mampu menjadi metode ampuh dalam berdakwah dan menyelesaikan permasalahan. Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM pernah bersabda, "Kelembutan yang ada dalam segala sesuatu akan menyeimbangkannya, dan kekerasan dalam segala sesuatu akan memperburuknya." (HR Muslim dan lain-lain).

Rasulallah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM mampu mengganti fenomena kekerasan dan keberingasan masyarakat jahiliah zaman itu dengan kasih dan kelembutan yang diberikan oleh Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA kepada beliau.

Dengan kelembutan itulah dakwah beliau berhasil. Firman Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA: "
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." [QS Ali Imran (03): 159]

Bangsa kita seharusnya mampu menjadi bangsa yang santun, punya kepedulian dan rasa kasih sayang kepada semua orang yang membutuhkannya, termasuk orang-orang yang membutuhkan bimbingan keagamaan karena akidahnya yang sesat.

Berdakwah kepada mereka seharusnya dilakukan dengan santun dan penuh kebijaksanaan (bil hikmah) lalu didukung perkataan baik (mauidhah hasanah) atau dengan dialog (mujadalah). Wallahu a`lam

DOSA 40 TAHUN TERHAPUS DENGAN TOBAT SATU HARI

Pada suatu ketika di daerah yang dihuni Bani Israil tidak turun hujan cukup lama. 
Penyebabnya adalah karena ada salah seorang dari kaum itu yang telah melakukan dosa 40 tahun lamanya.
Setelah orang itu bertobat, akhirnya di daerah itu turun hujan.

Bagaimana Kisahnya...........?

Berikut Kisahnya.
Pada zaman Nabi Musa, kaum Bani Israil pernah ditimpa musim kemaru yang panjang.
Karena tidak kuat menanggung cobaan dari Allah itu, mereka berkumpul untuk menemui Nabi Musa dan berkata,
"Wahai Musa, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami."

Kemudian berdirilah Nabi Musa a.s bersama kaumnya. Mereka berangkat menuju tanah lapang untuk minta diturunkan hujan. Jumalah mereka kurang lebih 70 ribu orang.

PENGHALANG DOA.
Kepada Nabi Musa, Allah SUBHANAAHU WA TAALA menurunkan wahyu-Nya,
"Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi, bersama denganmu ini, ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama 40 tahun.
Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini. Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."

Nabi Musa kembali berkata,
"Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini dapat di dengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari 70 ribu orang."]

Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA berfirman,
"Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka."

Menuruti apa yang diperintahkan Allah, Nabi Musa a.s berseru kepada kaumnya,
"Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya sampai 40 tahun, keluarlah kamu dari rombongan ini, karena kamulah hujan tidak diturunkan Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA."

Mendengar seruan dari Nabi Musa a.s itu, maka orang yang durhaka itu berdiri sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu.
Dengan demikian, tahuah dia bahwa yang dimaksudkan Nabi Musa itu adalah dirinya ssendiri. Karena itu dia ingin bertobat, tetapi ia ragu untuk mengakuinya di tempat itu.

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama 40 tahun. Walaupun demikian, Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan, maka terimalah tobatku," begitu doanya.

Beberapa saat selepas itu, awan bergumpal di langit, setelah itu hujan pun turun dengan deras. Melihat keadaan demikian, Nabi Musa berkata,
"Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah diantara kami tidak ada seorangpun yang keluar mengakui dosanya?"

HUJAN LEBAT.
Lalu Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA berfirman,
"Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga disebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab tidak menurunkan hujan kepada kamu."

Kemudian Nabi Musa berkata,
"Tuhanku, sebenarnya siapakah gerangan dia? Perlihatkanlah dia kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu itu?"

Allah berfirman,
"Wahai Musa, dulu ketika ia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku...........?
Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"

Akhirnya Kaum Nabi Musa mengerti bahwa Allah Maha Pemaaf.

Maksiat selama 40 tahun bisa dihapus dengan tobat sehari.

KEBAHAGIAAN DIMANA KAU BERADA

Ada dua ekor anjing yang bersahabat.

Anjing yang besar dan anjing yang kecil.

Anjing yang kecil selalu mengeluh tentang penderitaan hidupnya dan selalu berharap kapan kiranya dewa keberuntungan akan datang untuk menolongnya agar terlepas dari penderitaan dunia.

Anjing yang tua selalu menasehati anjing yang kecil dan berkata: "Meskipun tak punya rumah tetapi kita bisa tinggal di manapun.

Hidup di dunia ini asal tidak mengalami kelaparan dan kedinginan sudah cukup.

Jika dipelihara oleh manusia dan menjadi seekor anjing yang meminta belas kasihan majikan, maka akan kehilangan kebebasan dan kehormatan."

Anjing kecil tersebut tidak mau mendengar nasehat anjing tua, selalu bermimpi bahwa dirinya --dari anjing yang bebas mengembara-- menjadi anjing yang dipelihara manusia.

Pada suatu hari, anjing kecil tersebut pergi ke tempat peramal dan bertanya: "Dimanakah kebahagiaan itu berada.......?"

"Kebahagiaan itu berada pada ekor kamu..........!"

Setelah mendengar kata-kata tersebut, anjing kecil tersebutmati-matian berputar ingin menggigit ekornya untuk menangkap kebahagiaan.

Dia lari sekuat-kuatnya hingga berkeringat, tetapi tetap tidak dapat menggigit ekornya.

Akhirnya dengan letih dia berkata kepada anjing tua: "Menurut ramalan, kebahagiaan saya berada pada ekor saya.

Tetapi saya tidak dapat menangkap kebahagiaan.

Tolong beritahu, bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan kebahagiaan........?"

Anjing tua dengan tersenyum berkata: "Saya mencari kebahagiaan dengan berjalan menuju ke depan.

Tidak pernah berkeluh kesah tentang masa lampau, tidak pernah kuatir dan takut tentang keadaan sekarang dan juga tidak pernah kuatir tentang masa yang akan datang.

Asalkan kaki saya melangkah ke depan maka kebahagiaan yang berada di ekor saya pasti mengikuti saya."

Dimanakah sesungguhnya kebahagiaan berada.......?

Rasa curiga sering membuat kita jauh dari pandangan kebahagiaan.

Keragu-raguan sering membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan.

Demikian pula rasa iri hati membuat pandangan kita kabur terhadap kebahagiaan, dan melamun membuat kita lepas dari pelukan kebahagiaan.

Jangan mencari kebahagiaan di luar diri, jangan mengemis kepada siapapun. Kebahagiaan berada di dalam batin kita sendiri.
***

Oct 5, 2011

PERBAHARUI SEMANGAT UNTUK BERAMAL

Pada diri setiap muslim selalu ada iman dan semangat untuk merealisasikan iman itu ke dalam bentuk amal perbuatan nyata. Karena amal adalah refleksi dari rasa keberimanan kepada Allah. Dan iman adalah fondasinya. Selama iman itu masih bersemi di dalam jiwa seseorang maka akan seperti itulah buah amal yang akan diproduksi. Sebaliknya, ketika iman melemah dan berada pada kondisi di bawah titik nadir, maka ia tak ubahnya seperti orang yang sesak nafasnya, karena bejana hatinya terkotori oleh kontaminasi nilai-nilai kejahatan. Kalau sudah demikian, biasanya dorongan untuk beramal baik dan positif akan serta-merta pudar dan kehilangan gairahnya. Apapun bentuk intervensi semangat dari luar dikerahkan untuk mengembalikan gairahnya, maka akan sia-sia belaka. Butuh waktu untuk memulihkannya. Karena itu sebagai manusia yang dinamis dan selalu bergerak, al-Qur'an mengajak kita untuk melakukan jenak-jenak sesaat guna mengumpulkan energi yang barusan terkuras. Caranya, bisa dengan berbagai macam cara. Dan inilah yang disebut dengan 'fatrah' (jenak-jenak ringan setelah selesai menguras energi). Ini juga sesuai dengan perintah Allah dalam surat al-Insyirah di ayat-ayat terakhir, bahwa setelah kita usai melaksanakan suatu tugas besar dalam hidup ini, apapun ia, maka kita disuruh melakukan relaksasi (fanshab tegak setelah beraktiftas). Syaratnya harus positif dan masih berada dalam rel kebaikan yang Allah dan rasul-Nya perintahkan agar tidak salah orientasi.
Begitulah seharusnya iman dan amal bekerja dalam kehidupan seorang mukmin. Sebagaimana hati ini adalah central dalam mengendalikan segala tindak-tanduk perbuatan, ia memerlukan manajemen agar tetap bergairah dan tidak over acting. Sebab sikap berlebih-lebihan juga tidak bagus. Dalam hal apapun Islam sangat mengajarkan balancing (keseimbangan). Dalam contoh yang besar, Allah sendiri telah mengilustrasikan kepada manusia, bagaimana Dia menciptakan langit dan bumi. Bumi tanpa gunung-gunung sebagai pasak pasti akan oleng dan tidak seimbang pergerakan porosnya sehingga akan mengancam keselamatan hidup makhluk hidup. Langit tanpa stabilitas cuacanya akan tercemar polusinya sehingga tidak layak menjadi ruang kenyamanan manusia. Begitulah amal dan iman kita. Tanpa adanya porsi dari masing-masing keduanya dalam alokasi, maka akan oleng juga outputnya.
Iman tanpa amal bagai pohon tanpa buah. Amal tanpa iman bagai rumah laba-laba yang rapuh. Ia mudah terombang-ambing dalam ketidakpastian hidup.
Karena itu, di era yang semakin modern ini, kita harus senantiasa pandai mengelola iman dan amal kita itu agar ia senantiasa bisa menerima perubahan zaman. Nah agar bisa dengan mudah menerima perubahan zaman tanpa 'mengubah' keyakinan, kita perlu senantiasa dekat dengan Allah yang memiliki perubahan itu melalui cara mengkaji al-Qur'an dan sunnah yang senantiasa mengajarkan bagaimana berdinamisasi dalam kancah hidup ini. Jangan sampai, perubahan hidup justru melunturkan keimanan kita dan akhirnya berakibat kepada kelemahan menghadapi tantangan yang ada.
Selama kita masih mengingat asma 'Allah' dalam nafas dan hati kita, Insya Allah bisikan fitrah akan tetap mengontrol gerak hidup kita menuju ridho-Nya. Langkah akan semakin ringan diayuh dan semangat beramal akan selalu fresh mengarungi tantangan yang ada.
Wallahu a'lam

JIKA INGIN KUFUR CUKUP MENYERUPAI ORANG KAFIR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang paling agung, yaitu nikmat Islam. Nikmat ini tidak bisa ditandingi oleh nikmat-nikmat yang lain. Dengannya, kita berada di atas petunjuk. Mengamalkannya akan menghantarkan kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia-akhirat.
Karenanya, kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat ini dengan menjaganya dan memohon keteguhan dalam berpegang teguh dengannya hingga kematian menjemput. Karena Allah telah membuat satu adat kebiasaan, bahwa siapa yang hidup di atas sesuatu maka ia akan wafat di atasnya, dan siapa yang mati di atas sesuatu maka ia akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat itu. “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102) Janganlah ada kesengajaan berpaling dari Islam, karena akan membuat rugi dunia-akhirat.
Sesungguhnya musuh-musuh Islam senantiasa berusaha merusak nikmat yang agung ini dengan berbagai cara dan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. Al-Taubah: 32)
Mereka hendak menjadikan kaum muslimin kafir, sebagaimana mereka telah kafir. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. Al-Nisa’: 89)
Usaha mereka untuk menghancurkan Islam tersebut sudah dimulai sejak era Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu era Khulafa’ rasyidin, dan dilanjutkan pada era-era sesudahnya hingga zaman kita sekarang. Senjata yang mereka gunakan sangat beragam seperti ekonomi, budaya, atau kekuatan militer, dan yang lainnya. Namun tujuannya yang mereka inginkan sama, yaitu menghancurkan Islam dan memurtadkan kaum muslimin darinya.
Kesimpulan ini bukan tanpa alasan atau tuduhan yang tidak berdasar. Tapi, dengan kabar berita dan peringatan yang telah Allah sampaikan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan Kabar tersebut menyebutkan, kelompok yang ingin merusak Islam bukan dari satu kelompok saja, tapi juga dari kalangan musyrikin, Yahudi, Nasrani, Atheis, dan dari kaum munafikin.
Allah berfirman tentang permusuhan kaum musyrikin,
وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217)
Allah menerangkan tentang permusuhan Yahudi dan Nasrani terhadap kaum muslimin,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah; 120)
Yahudi dan Nasrani berusaha untuk mengajak kaum muslimin untuk mengikuti ajaran mereka (di antaranya adalah budaya dan tradisi mereka), dan berusaha mempropagandakannya kepada umat Islam.
وَقَالُوا كُونُوا هُوداً أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik".” (QS. Al-Baqarah: 135)
Allah juga menyingkap permusuhan kaum munafikin kepada Islam dan kaum muslimin,
فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا أَتُرِيدُونَ أَنْ تَهْدُوا مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلاً
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (QS. Al-Nisa’: 88)
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاء
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. Al-Nisa’: 89)
Allah menjelaskan secara umum tentang tabiat orang-orang kafir dan memperingatkan kaum mukminin akan tipu daya mereka,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ () بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.” (QS. Ali Imran: 149-150)
Penjelasan di atas merupakan kesaksian Allah atas musuh-musuh Islam terhadap tujuan dan keinginan mereka untuk menyesatkan kaum muslimin dan menghalangi mereka dari agamanya, supaya umat Islam sepakat dengan kekafiran mereka. kesaksian ini untuk menyelamatkan kaum muslimin dari tipu daya dan niat buruk musuh-musuh mereka. “Allah menerangkan (semua ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Nisa’: 176)
Pada zaman sekarang, banyak manusia tertipu dengan propaganda dan bujukan kaum kuffar. Banyak kaum muslimin yang terpukau dengan kemewahan dan kemajuan yang dimiliki orang-orang kafir. Sehingga tidak sedikit umat Islam yang membebek, meniru, dan menjalin kasih sayang dengan orang-orang yang dimurkai Allah Ta’ala. Padahal Allah telah memperingatkan,
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. Al-Taubah: 55)
Sedangkan siapa yang menjalin kasih sayang dengan orang kafir, bukan bagian dari orang beriman. Allah Ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَه وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadilah: 22)
Namun dalam realita, kita dapatkan banyak tokoh dan pemimpin yang beragama Islam mengucapkan selamat kepada kaum kuffar atas hari raya mereka. Padahal hal ini, -sebagaimana yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah- termasuk perbuatan yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam jika dia ridha dengan kekafiran mereka. Atau yang lebih rendah dari itu, dia telah melakukan perbuatan haram (dosa besar) karena memberi selamat kepada orang yang bermaksiat. Bahkan dosa mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir itu lebih besar dosanya daripada mengucapkan selamat meminum arak, membunuh, dan melakukan zina.
Seharusnya keridhaan seorang muslim dan kebenciaannya mengikuti keridhaan Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan Allah tidak meridhai kekufuran, maka seharusnya dia juga tidak menunjukkan keridhaan terhadap kekufuran tersebut dan juga syi’ar-syi’arnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Al-Zumar: 7)
Salah satu dari budaya kafir yang banyak digandrungi umat Islam, khususnya dari kalangan remaja adalah Hari Valentin. Yakni sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya –pada awalnya ini hanya berlaku di Dunia Barat-. Hari ini dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
Sesungguhnya hari perayaan kasih sayang ini merupakan bagian dari hari raya Katolik Roma. Bahkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa hari valentine merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal. Karenanya tidak diragukan lagi akan haramnya ikut-ikutan merayakan hari Valentin dengan mengungkapkan ucapan cinta dan memberikan hadiah, walaupun itu dilakukan sepasang suami istri. Apalagi kalau hal tersebut dikerjakan oleh mereka yang belum terikat status suami istri.
Dalam tulisan Ust. Zen Yusuf Al Choodlry (teman dekat penulis) yang diposting Kantor Berita voa-islam.com telah disebutkan tentang hukum merayakan Valentine's Day. Perayaan itu merupakan budaya orang kafir, yang kita (umat Islam) dilarang untuk mengambilnya. Kita dilarang menyerupai budaya yang lahir dari peradaban kaum kafir yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Sungguh, ikut merayakan hari valentin adalah tindakan haram dan tercela.
Sesungguhnya mengekor terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka senang dan dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmizi. Imam Shan’ani dalam Subul al-salam mengungkapkan, hadits ini memiliki banyak penguat sehingga mengeluarkannya dari kedhaifannya).
Tentang makna hadits ini, ada dua ulasan yang mashur dari banyak ulama. Makna pertama, bahwa siapa yang menyerupai orang kafir dalam dzahirnya, maka akan bisa menyebabkan keserupaan dalam batinnya, yakni dalam akidah dan keyakinan. Maknanya, siapa yang menyerupai orang kafir secara dzahir maka perbuatan itu akan membimbingnya untuk menyerupai orang kafir secara batin, lalu ia menjadi kafir sebagaimana mereka. Dan kita berlindung kepada Allah dari menjadi golongan mereka.
Makna kedua, siapa yang menyerupai orang kafir secara dzahir, maka ia bagian dari mereka dalam hal yang ia lakukan itu, bukan pada yang selainnya. Jika yang ditiru adalah kekufuran maka ia menjadi kufur, jika maksiat maka dosanya adalah maksiat.  Namun, ‘ala kulli hall seorang muslim sama sekali tidak boleh sengaja dan ridha untuk menyerupai orang-orang kafir dalam kesesatan mereka. wallahu Ta’ala a’lam.

ISLAM KASIH SAYANG DAN CINTA DAMAI

Citra Islam di mata dunia barat begitu buruk.

2 (dua) Sebab utamanya adalah:

Pertama:
Ketidakadilan negeri-negeri Barat dalam politik dunia yang mengakibatkan rasa kebencian sebagian umat Islam yang terzalimi, Yang pada akhirnya munculnya pandangan ekstrem tentang jihad di era modern ini.

Kedua:
kesalahpahaman Orang-orang barat terhadap ajaran Islam akibat penyesatan berita dan tulisan mengenai Islam dan ajarannya.

Akhirnya yang muncul dalam pandangan dunia barat umumnya adalah bahwa agama Islam adalah agama barbar yang tidak berkasih sayang, kejam dan pandangan negatif lainnya.

Ajaran Islam tentang kasih sayang telah lama di kumandangkan dengan sempurna dan indah. 
Namun, kebanyakan dari manusia tidak menyadari apa arti sesungguhnya dari kasih sayang itu sendiri, sehingga dapat terhenti dan menyimpang dari aturan-aturan yang telah di firmankan oleh Allah Subhanaahu Wa Ta;ala dan hadist-hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah
Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Turmudzi)

Dalam hadis tersebut kasih sayang seorang Muslim tidaklah terhadap saudara se-Muslim saja, tapi untuk semua umat manusia.

Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi.”

Kemudian para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, semua kami pengasih”

Berkata Rasulullah, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).”
(H.R. Ath-Thabrani)

Bahkan, bukan hanya kepada manusia saja ajaran Islam yang tinggi ini telah mengajarkan bagaimana kasih sayang terhadap hewan dan tumbuhan yang harus direalisasikan. 
Abu Bakar Shiddiq r.a. pernah berpesan kepada pasukan Usamah bin Zaid, “Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula kalian kebiri pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah mereka, jangan kalian ganggu.” 
Sebuah nasihat ini walau dalam keadaan untuk perang, ajaran Islam tetap memancarkan kasih sayangnya terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan.

Sebuah kisah lain yang menarik ketika Amr bin Ash menaklukkan kota Mesir, saat itu datanglah seekor burung merpati di atas kemahnya. 
Melihat kejadian ini, kemudian Amr bin Ash membuat sangkar untuk merpati tersebut di atas kemahnya.
Tatkala ia mau meninggalkan perkemahannya, burung dan sangkar tersebut masih ada. Ia pun tidak mau mengganggunya dan dibiarkan burung merpati itu hidup bersama sangkar yang ia buat. 
Maka kota itu dijuluki sebagai kota fasthath (kemah).

Sifat kasih sayang adalah termasuk akhlak yang mulia yang dicintai Allah. 
Sebaliknya Allah sangat membenci akhlak yang rendah. 
Di antaranya kepada orang-orang yang tidak memiliki rasa belas kasih sayang. Ditegaskan hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. "Laa tunza’ur rahmatu illaa min syaqiyyin."

Rasa kasih sayang tidaklah dicabut melainkan hanya dari orang-orang yang celaka.
(H.R. Ibn. Hibban)

ETIKA DAN ADAB DALAM MELAKSANAKAN NIAT KITA

Salah satu harapan besar seorang Muslim dari amalannya adalah agar diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menjadi sebuah kerugian bila Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA tidak berkenan melirik amalannya, sehingga pelakunya tidak bisa menikmati surga.

Sebuah ungkapan menyatakan, “Setiap hamba diberi kekuatan untuk beribadah, tapi tidak semua ibadah diberi ‘kekuatan’ untuk diterima oleh Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA.”

Salah satu kunci diterimanya amalan adalah niat yang benar. Nah, untuk mendapatkan itu, berikut ini beberapa adab Dalam Berniat :

1. Penentu Nilai dan Kualitas Ibadah
Memahami bahwa niat adalah penentu nilai dan kualitas ibadah di sisi Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA. 
 
Ia pembeda antara ibadah dan kebiasaan (tradisi), bahkan merupakan pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan, “Salah satu makna niat adalah ‘tamyiz’, pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam)

2. Hanya untuk Mendapatkan Ridha Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA
Senantiasa berniat hanya untuk mendapatkan ridha Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA dan tidak mempersembahkannya untuk selain-Nya. 
 
Dalam kitabnya Al Waabil al-Shayyibu min al-Kalam at Tayyibi, Imam Ibnul Qayyim berujar, “Amalan seorang hamba akan dipaparkan di hadapan Allah SWTUBHANAAHU WA TA'ALA hingga Dia mendapati niat hamba tersebut hanya untuk-Nya. Jika demikian Dia meridhai amalannya dan menerimanya.”

3. Keingingan Kuat untuk Melaksanakan
Niat yang baik akan mendapatkan satu pahala. 
 
Namun, sekadar berniat saja tidaklah cukup, tapi harus dibarengi dengan keinginan yang kuat untuk mewujudkan niat tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang berniat melakukan sebuah kebaikan namun tidak merealisasikannya, maka baginya satu pahala, dan jika diwujudkan maka dia mendapatkan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat pahala, bahkan kelipatan yang tidak terhingga.” (Muttafaq ‘alaih)

4. Tidak Meremehkan Niat yang Buruk.
Niat yang buruk dapat menjadi dosa bagi pemiliknya. Rasulullah SAW bersabda “…membunuh dan yang dibunuh akan masuk neraka.” Para sahabat bertanya, “Kami pahami untuk yang membunuh, lalu kenapa yang dibunuh juga masuk neraka...........?” Nabi SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM menjawab, “Karena dia sangat ingin (berniat) membunuh saudaranya itu.” (Muttafaq ‘alaih)

5. Ikhlas dan Konsisten
Senantiasa berdoa kepada Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA agar diberi kekuatan untuk dapat ikhlas dalam niatnya dan konsisten menjaga keikhlasan itu. 
 
Dalam Shahih Tirmidzi diriwayatkan, “Doa yang paling sering dipanjatkan Nabi SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM adalah: ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami dalam agamamu.” 
Karena hati berada di ujung ‘jari’ Allah SUBHANAAHU WA TA'ALLAyang mudah diputar balik oleh-Nya (Mushannaf ibnu Abi Syaibah).

6. Beristighfar Bila Riya’
Segera beristighfar dan merevisi niat bila mendapati ada unsur riya’ atau bukan karena Allah SUBHANAAHU WA TA'ALAdalam niatnya. 
 
Hal ini harus dihindari karena melahirkan amalan yang sia-sia belaka. Umar Bin Khaththab meriwayatkan dari Nabi SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM, “…barang siapa yang hijrah karena target dunia atau untuk mendapatkan wanita idamannya, maka nilai hijrahnya tergantung dari niatnya” (Muttafaq ‘alaih). 
 
Dalam kitab Fathul Qawiy al-Matin diisyaratkan bahwa Allah SUBHANAAAHU WA TA'ALA sangat merendahkan amalan yang diniatkan bukan untuk-Nya.

7. Memberi Contoh
Bila perbuatannya harus dilakukan di depan orang lain, maka berniatlah untuk memberi contoh kebaikan agar diikuti oleh orang lain. 
 
Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM bersabda “Barang siapa yang memberi contoh kebaikan, lalu diikuti oleh orang lain, maka baginya pahala dan tambahan sebesar pahala orang yang mengikutinya tanpa terkurangi pahala orang yang mengikutinya tersebut”.
 
Semoga Artikel ini bermanfaat bagi Kita semua