SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

Blogger ini muncul berdasarkan dari beberapa permintaan saudara-saudariku semua..

Alhamdulillah akhirnya tercapai juga dan selesai sudah blogger ini dibuat...

Namun kesempurnaan blogger ini belumlah maximal.

Semoga dihari..hari mendatang dapat disempurnakan blogger ini

Dan blogger ini tercipta dan ada... karena... diri saudara-saudariku semua..

Dan...tiada artinya blogger"NOTE UNTUK KAMU" ini.. jika saudara-saudariku tidak berada didalamnya....

Salam Ukhwah..........

Feb 21, 2012

HARGAI ANAK MAKA DIA AKAN MENGHARGAI ORANG LAIN

Penghargaan (reward)  adalah imbalan yang diberikan atas prestasi, pencapaian, atau usaha anak dalam mencapai sesuatu. Misalnya, Anda memberikan hadiah buku setelah anak bisa membaca dengan lancar atau mendapatkan nilai/peringkat akademik tertentu di sekolah.

Dalam  pendidikan anak, penghargaan (reward) dinilai punya pengaruh positif  bagi anak, antara lain: Reward akan menumbuhkan motivasi anak untuk berusaha mencapai prestasi.  

Reward akan  membuat anak merasa dihargai.

Harga diri yang positif membuat anak lebih optimistis, tidak pasrah begitu saja jika nilainya jelek misalnya.

Reward secara tidak langsung juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Anak membangun kepercayaan dirinya dari bukti dan pengakuan orang-orang di sekitarnya.

Jika anak melihat ternyata dia mampu melakukan sesuatu, dan mendapatkan pengakuan dari orang tuanya, maka kepercayaan dirinya akan tumbuh.

Ada beberapa yang perlu diperhatikan ketika kita memberikan penghargaan (reward) pada anak.  

Reward semestinya diberikan jika anak berhasil melakukan sesuatu, sesuai dengan standar prestasi/pencapaian tertentu berdasarkan kemampuan dan keadaan anak.

Sebaiknya, standar prestasi itu dibuat berdasarkan kesepakatan yang menantang  bukan yang menekan, agar anak tidak stress, nyaman dan senang melakukannya.  

Reward juga bisa diberikan saat kita punya harapan tertentu terhadap perilaku anak.



Walau anak tidak melakukan dengan sempurna, tetapi bisa memenuhi harapan kita, memberikan  reward menjadi langkah yang tepat.

Reward tidak selamanya harus berbentuk materi.

Dapat juga berupa pujian, dukungan, ciuman kasih sayang, penghormatan, perlakuan istimewa, dan lain-lain. 

Artinya, semua orangtua punya kesempatan yang sama untuk memberikan reward pada anaknya.

Hanya memang, secara umum, reward yang berbentuk materi biasanya punya nilai  lebih buat anak.

Meski demikian, kalau  terlalu sering memberikan dalam bentuk ini, daya kejutnya bisa berkurang dan berdampak kurang bagus buat anak.

Jalan tengah yang bisa ditempuh orangtua adalah menyesuaikan  dengan situasi, kondisi anak dan memberikannya secara proporsional.

Bentuk reward-nya  sendiri juga mesti disesuaikan dengan usia dan kebutuhan perkembangan anak, agar nilai gunanya tepat dan efektif.  

Reward yang nilainya terlalu besar sama jeleknya dengan reward yang terlalu kecil.

Membelikan HP atau laptop untuk anak yang belum membutuhkan misalnya, bisa salah atau kurang berguna.  Yang paling penting adalah, reward memang sengaja kita rancang untuk memberikan tantangan pada anak agar dia meningkatkan pencapaian, prestasi, atau usahanya untuk menjadi lebih baik.

Memberikan reward pada hakekatnya memberikan sesuatu, agar yang diberi menjadi senang.

Terkait dengan hal ini, Islam juga telah memberikan gambaran tentang pentingnaya memberikan hadiah.

Disunnahkan untuk memberikan hadiah apabila dalam rangka menyambung silaturrahim, kasih sayang dan rasa cinta.

Hadiah merupakan bukti rasa cinta dan bersihnya hati, padanya ada kesan penghormatan dan pemuliaan.

Memberikan reward pada anak disamping untuk menumbuhkan motivasi, harga diri dan kepercayaan diri pada anak, tentu juga merupakan ekspresi kebahagiaan dan bentuk kasih sayang yang diberikan orang tua, karena anak berhasil melakukan sesuatu.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

RAMBU RAMBU KEHARMONISAN RUMAH TANGGA

Siapa pun yang telah melangsungkan pernikahan, tentunya menginginkan terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.
Apalagi bagi para aktivis da’wah, dimana pernikahannya tanpa diawali dengan pacaran (karena dalam Islam memang tidak ada konsep pacaran).
Yang ada hanyalah pacaran setelah menikah.
Hal ini sangat sesuai dengan surat Al Isra ayat 32 yang artinya “ Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”.
Mungkin ada sebagian orang yang bertanya, bahkan ketika saya mengisi  ceramah-ceramah keputrian di kampus, sering pertannyaan ini muncul, bagaimana mungkin Bang..., cinta bisa tumbuh tanpa kita mengenalnya terlebih dahulu, lalu bagaimana kita bisa tahu karakter pasangan hidup kita, kalau tidak pacaran lebih dahulu...?.
Saya pun berusaha menjawabnya sebijak mungkin tanpa harus menggurui.
Saya jelaskan, bahwa memang sudah fithrah bahwa pria dan wanita diberikan rasa saling suka, simpati, rasa ketertarikan.
Namun mampukah kita menjaga semua perasaan-perasaan itu, sesuai dengan jalan yang diridhoi Allah Subhanaahu Wa Ta'ala...?
Apalagi sebagai orang beriman, kita harus yakin akan janji-janji Allah yang pasti benar.
Seperti di dalam surat An-Nur ayat 26 yang menyebutkan bahwa “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang.
Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
Haruskah kita ragu dengan janji-janji Allah Subhanaahu Wa Ta'ala...?
Ya semua berpulang pada keimanan kita masing-masing dalam meyakini janji tersebut.
Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan jodoh yang sekufu untuk kita, karena pasangan hidup kita adalah refleksi dari diri kita.
Lalu bagaimanakah kiat-kiat menjaga keharmonisan rumah tangga kita agar tetap sakinah mawaddah wa rohmah hingga kematianlah yang memisahkan kita dengan pasangan hidup kita sebagai berikut :
1.Berbagi visi dan cita-cita
Dalam menentukan pasangan hidup, tentunya di awal pernikahan kita harus benar-benar meluruskan niat kita. Apalagi bagi seseorang yang sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, maka selayaknya juga berharap pasangan hidupnya adalah seseorang yang juga memahami tentang makna da’wah itu sendiri.

Dengan kata lain sefikrolah (satu visi dan misi, satu pemikiran).

Agar nantinya lebih mudah dalam berkomunikasi dan menentukan arah dan langkah hidup selanjutnya.

Tidak bisa dibayangkan, jika suami aktif da’wah mendapatkan seorang isteri yang tidak paham makna da’wah, atau sebaliknya, seorang isteri yang aktif da’wah mendapatkan pasangan hidup yang kurang memahami makna da’wah itu sendiri.

Jika hal ini terjadi, tentunya akan sulit terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

2.Saling percaya
Ini juga merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki para pasangan hidup.
Kita harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan pasangan hidup kita.
Jangan sekali pun mengkhianati perasaan pasangan kita. Jagalah kepercayaan ini dengan baik.
Baik kita maupun pasangan hidup kita hendaknya berjalan lurus sesuai tuntunan agama, maka yang akan tumbuh adalah rasa saling percaya.

3.Saling menghargai
Dalam hal ini kita bisa mencontoh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang begitu lembut dan menghargai para isteri beliau. Sampai-sampai, pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pulang larut malam dan tak dapat membuka pintu karena isteri Beliau tertidur di depannya,maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memutuskan tidur di luar rumah, subhanallah.

4.Mudah memaafkan
Dalam hidup ini, tentu saja tak ada gading yang tak retak, maka jika salah satu diantara pasangan hidup kita berbuat salah, maka MAAFKANKAH, dan selesaikan semua persoalan sebelum pergi tidur.

5.Keterbukaan
Rumah tangga yang baik, sebaiknya menganut sistem manajemen keterbukaan.
Jangan pernah ada sedikit rahasiapun diantara kita dengan pasangan hidup kita.
Masalah keuangankah, masalah da’wahkah, masalah teman-teman fesbukkah, masalah sms-smskah, semua hendaknya kita ceritakan dengan pasangan hidup kita. Istilahnya tidak ada dusta diantara kita dan pasangan hidup kita tentunya.

6. Bersahabat dalam suka dan duka
Kebahagiaan suami adalah kebahagian kita, kesedihan suami juga kesedihan kita demikian sebaliknya. Hendaknya kita selalu bersama dengan pasangan hidup kita baik suka maupun duka.

7.Menerima kekurangan pasangan hidup
Di dunia ini, tentu saja tidak ada manusia yang sempurna.
Apalagi manusia adalah tempat salah dan lupa. Rasanya kurang bijak, jika menganggap pasangan hidup kita seperti malaikat yang tak punya dosa.
Yakinlah, di balik kekurangan pasangan hidup kita, pasti Allah Subhanaahu Wa Ta'ala ciptakan berbagai kelebihannya.

 Jangan pernah sekali-kali membandingkan pasangan hidup kita dengan pasangan hidup orang lain. Yakinlah, pasangan hidup yang dipilihkan Allah untuk kita, adalah yang terbaik, Insya Allah.

8.Bersikap murah hati dalam kemesraan
Biasanya wanita lebih bersifat romantis dibandingkan seorang pria.
Walaupun dari cerita seorang teman akhwat, justru suaminyalah yang lebih romantis.
Tidak masalah, kalau suami kita tidak bisa romantis, ya kitalah sebagai isteri yang bersikap romantis atau sebaliknya.
Jangan pernah pelit dengan kata-kata lembut, kata-kata sayang, love much, my honey.
Bisa kita lakukan ketika bersms dengan suami kita, bisa juga dengan pertanyaan-pertanyaan perhatian, Mas, sudah makan belum?, atau ada yang bisa aku bantu, Mas..............?.
Bisa juga di awal sms atau telepon, dengan kata-kata, Assalamu’alaikum say, sedang apa di kantor...? Atau Abi, jangan lupa ya bawakan aku oleh-oleh ya, love much…(mengakhiri sms misalnya).
Biasanya dengan kelembutan dan kasih sayang, semua akan menjadi cair dan akan bertambah rasa cinta dan sayang kita terhadap pasangan hidup kita.

9.Ciptakan kejutan bagi pasangan
Kadang-kadang kejutan yang kecil pun sangat bermakna bagi pasangan hidup kita.
Misal pulang ceramah, kita belikan semangkok bakso dengan juice jambu kesukaannya, ataupun sebaliknya, pulang kerja, tiba-tiba suami kita belikan oleh-oleh martabak kesukaan kita, bisa juga majalah Ummi atau Tarbawi (terbaru misalnya).
Bisa juga ketika suami pulang, sudah kita masakkan masakan kesukaannya.
Dalam Islam memang tidak ada hari ulang tahun, namun tidak salahnya kita memberikan hadiah untuk pasangan hidup kita, bisa membelikan sebuah dompet, baju koko, atau kemeja kesukaannya.
Jangan lupa ucapkan terima kasih atas pemberian tersebut, agar bertambah rasa syukur kita pada Allah Subhanaahu Wa Ta'ala, yang telah menganugerahkan pasangan hidup untuk kita.

10.Ciptakan bulan madu kedua
Sesekali, ajaklah pasangan hidup kita, untuk berduaan saja tanpa anak-anak, untuk menikmati saat-saat indah berdua saja.
Bisa makan berdua di luar rumah, dengan suasana romantis.
Tidak perlu yang mahal kok, yang penting nilai kebersamaannya.
Lalu bicaralah dari hati ke hati, jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita menyelesaikan pembicaraannya Tataplah mata pasangan hidup kita dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Subhanallah, indah sekali, jika semua pasangan hidup bisa melakukan hal ini, rasanya tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan di dunia ini.
Yakinlah, Insya Allah setelah acara ini, irama hidup pasti berubah !.

11.Jangan sepelekan janji
Bila sudah berjanji dengan pasangan hidup kita, usahakanlah untuk menepatinya, biarpun untuk hal-hal yang kecil atau sepele.
Seperti menjemput dari ceramah, atau mengantarkan ke dokter, misalnya.
Tapi sebagai seorang isteri, kita pun harus menyadari tugas dan amanah da’wah yang diemban suami. Misalnya, sudah berjanji akan menjemput kita, namun tiba-tiba ada amanah da’wah yang jauh lebih penting, maka kita pun harus ikhlas untuk tidak dijemput.
Hal ini bukan berarti pasangan hidup kita ingkar janji.
Ya semua akan terasa indah manakala kita dapat memahami setiap pasangan hidup kita.

=== Semoga Bermanfaat  ===