SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

Blogger ini muncul berdasarkan dari beberapa permintaan saudara-saudariku semua..

Alhamdulillah akhirnya tercapai juga dan selesai sudah blogger ini dibuat...

Namun kesempurnaan blogger ini belumlah maximal.

Semoga dihari..hari mendatang dapat disempurnakan blogger ini

Dan blogger ini tercipta dan ada... karena... diri saudara-saudariku semua..

Dan...tiada artinya blogger"NOTE UNTUK KAMU" ini.. jika saudara-saudariku tidak berada didalamnya....

Salam Ukhwah..........

Oct 5, 2011

PERBAHARUI SEMANGAT UNTUK BERAMAL

Pada diri setiap muslim selalu ada iman dan semangat untuk merealisasikan iman itu ke dalam bentuk amal perbuatan nyata. Karena amal adalah refleksi dari rasa keberimanan kepada Allah. Dan iman adalah fondasinya. Selama iman itu masih bersemi di dalam jiwa seseorang maka akan seperti itulah buah amal yang akan diproduksi. Sebaliknya, ketika iman melemah dan berada pada kondisi di bawah titik nadir, maka ia tak ubahnya seperti orang yang sesak nafasnya, karena bejana hatinya terkotori oleh kontaminasi nilai-nilai kejahatan. Kalau sudah demikian, biasanya dorongan untuk beramal baik dan positif akan serta-merta pudar dan kehilangan gairahnya. Apapun bentuk intervensi semangat dari luar dikerahkan untuk mengembalikan gairahnya, maka akan sia-sia belaka. Butuh waktu untuk memulihkannya. Karena itu sebagai manusia yang dinamis dan selalu bergerak, al-Qur'an mengajak kita untuk melakukan jenak-jenak sesaat guna mengumpulkan energi yang barusan terkuras. Caranya, bisa dengan berbagai macam cara. Dan inilah yang disebut dengan 'fatrah' (jenak-jenak ringan setelah selesai menguras energi). Ini juga sesuai dengan perintah Allah dalam surat al-Insyirah di ayat-ayat terakhir, bahwa setelah kita usai melaksanakan suatu tugas besar dalam hidup ini, apapun ia, maka kita disuruh melakukan relaksasi (fanshab tegak setelah beraktiftas). Syaratnya harus positif dan masih berada dalam rel kebaikan yang Allah dan rasul-Nya perintahkan agar tidak salah orientasi.
Begitulah seharusnya iman dan amal bekerja dalam kehidupan seorang mukmin. Sebagaimana hati ini adalah central dalam mengendalikan segala tindak-tanduk perbuatan, ia memerlukan manajemen agar tetap bergairah dan tidak over acting. Sebab sikap berlebih-lebihan juga tidak bagus. Dalam hal apapun Islam sangat mengajarkan balancing (keseimbangan). Dalam contoh yang besar, Allah sendiri telah mengilustrasikan kepada manusia, bagaimana Dia menciptakan langit dan bumi. Bumi tanpa gunung-gunung sebagai pasak pasti akan oleng dan tidak seimbang pergerakan porosnya sehingga akan mengancam keselamatan hidup makhluk hidup. Langit tanpa stabilitas cuacanya akan tercemar polusinya sehingga tidak layak menjadi ruang kenyamanan manusia. Begitulah amal dan iman kita. Tanpa adanya porsi dari masing-masing keduanya dalam alokasi, maka akan oleng juga outputnya.
Iman tanpa amal bagai pohon tanpa buah. Amal tanpa iman bagai rumah laba-laba yang rapuh. Ia mudah terombang-ambing dalam ketidakpastian hidup.
Karena itu, di era yang semakin modern ini, kita harus senantiasa pandai mengelola iman dan amal kita itu agar ia senantiasa bisa menerima perubahan zaman. Nah agar bisa dengan mudah menerima perubahan zaman tanpa 'mengubah' keyakinan, kita perlu senantiasa dekat dengan Allah yang memiliki perubahan itu melalui cara mengkaji al-Qur'an dan sunnah yang senantiasa mengajarkan bagaimana berdinamisasi dalam kancah hidup ini. Jangan sampai, perubahan hidup justru melunturkan keimanan kita dan akhirnya berakibat kepada kelemahan menghadapi tantangan yang ada.
Selama kita masih mengingat asma 'Allah' dalam nafas dan hati kita, Insya Allah bisikan fitrah akan tetap mengontrol gerak hidup kita menuju ridho-Nya. Langkah akan semakin ringan diayuh dan semangat beramal akan selalu fresh mengarungi tantangan yang ada.
Wallahu a'lam

JIKA INGIN KUFUR CUKUP MENYERUPAI ORANG KAFIR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang paling agung, yaitu nikmat Islam. Nikmat ini tidak bisa ditandingi oleh nikmat-nikmat yang lain. Dengannya, kita berada di atas petunjuk. Mengamalkannya akan menghantarkan kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia-akhirat.
Karenanya, kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat ini dengan menjaganya dan memohon keteguhan dalam berpegang teguh dengannya hingga kematian menjemput. Karena Allah telah membuat satu adat kebiasaan, bahwa siapa yang hidup di atas sesuatu maka ia akan wafat di atasnya, dan siapa yang mati di atas sesuatu maka ia akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat itu. “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102) Janganlah ada kesengajaan berpaling dari Islam, karena akan membuat rugi dunia-akhirat.
Sesungguhnya musuh-musuh Islam senantiasa berusaha merusak nikmat yang agung ini dengan berbagai cara dan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. Al-Taubah: 32)
Mereka hendak menjadikan kaum muslimin kafir, sebagaimana mereka telah kafir. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. Al-Nisa’: 89)
Usaha mereka untuk menghancurkan Islam tersebut sudah dimulai sejak era Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu era Khulafa’ rasyidin, dan dilanjutkan pada era-era sesudahnya hingga zaman kita sekarang. Senjata yang mereka gunakan sangat beragam seperti ekonomi, budaya, atau kekuatan militer, dan yang lainnya. Namun tujuannya yang mereka inginkan sama, yaitu menghancurkan Islam dan memurtadkan kaum muslimin darinya.
Kesimpulan ini bukan tanpa alasan atau tuduhan yang tidak berdasar. Tapi, dengan kabar berita dan peringatan yang telah Allah sampaikan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan Kabar tersebut menyebutkan, kelompok yang ingin merusak Islam bukan dari satu kelompok saja, tapi juga dari kalangan musyrikin, Yahudi, Nasrani, Atheis, dan dari kaum munafikin.
Allah berfirman tentang permusuhan kaum musyrikin,
وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217)
Allah menerangkan tentang permusuhan Yahudi dan Nasrani terhadap kaum muslimin,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah; 120)
Yahudi dan Nasrani berusaha untuk mengajak kaum muslimin untuk mengikuti ajaran mereka (di antaranya adalah budaya dan tradisi mereka), dan berusaha mempropagandakannya kepada umat Islam.
وَقَالُوا كُونُوا هُوداً أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik".” (QS. Al-Baqarah: 135)
Allah juga menyingkap permusuhan kaum munafikin kepada Islam dan kaum muslimin,
فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا أَتُرِيدُونَ أَنْ تَهْدُوا مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلاً
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (QS. Al-Nisa’: 88)
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاء
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. Al-Nisa’: 89)
Allah menjelaskan secara umum tentang tabiat orang-orang kafir dan memperingatkan kaum mukminin akan tipu daya mereka,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ () بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.” (QS. Ali Imran: 149-150)
Penjelasan di atas merupakan kesaksian Allah atas musuh-musuh Islam terhadap tujuan dan keinginan mereka untuk menyesatkan kaum muslimin dan menghalangi mereka dari agamanya, supaya umat Islam sepakat dengan kekafiran mereka. kesaksian ini untuk menyelamatkan kaum muslimin dari tipu daya dan niat buruk musuh-musuh mereka. “Allah menerangkan (semua ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Nisa’: 176)
Pada zaman sekarang, banyak manusia tertipu dengan propaganda dan bujukan kaum kuffar. Banyak kaum muslimin yang terpukau dengan kemewahan dan kemajuan yang dimiliki orang-orang kafir. Sehingga tidak sedikit umat Islam yang membebek, meniru, dan menjalin kasih sayang dengan orang-orang yang dimurkai Allah Ta’ala. Padahal Allah telah memperingatkan,
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. Al-Taubah: 55)
Sedangkan siapa yang menjalin kasih sayang dengan orang kafir, bukan bagian dari orang beriman. Allah Ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَه وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadilah: 22)
Namun dalam realita, kita dapatkan banyak tokoh dan pemimpin yang beragama Islam mengucapkan selamat kepada kaum kuffar atas hari raya mereka. Padahal hal ini, -sebagaimana yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah- termasuk perbuatan yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam jika dia ridha dengan kekafiran mereka. Atau yang lebih rendah dari itu, dia telah melakukan perbuatan haram (dosa besar) karena memberi selamat kepada orang yang bermaksiat. Bahkan dosa mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir itu lebih besar dosanya daripada mengucapkan selamat meminum arak, membunuh, dan melakukan zina.
Seharusnya keridhaan seorang muslim dan kebenciaannya mengikuti keridhaan Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan Allah tidak meridhai kekufuran, maka seharusnya dia juga tidak menunjukkan keridhaan terhadap kekufuran tersebut dan juga syi’ar-syi’arnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Al-Zumar: 7)
Salah satu dari budaya kafir yang banyak digandrungi umat Islam, khususnya dari kalangan remaja adalah Hari Valentin. Yakni sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya –pada awalnya ini hanya berlaku di Dunia Barat-. Hari ini dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
Sesungguhnya hari perayaan kasih sayang ini merupakan bagian dari hari raya Katolik Roma. Bahkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa hari valentine merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal. Karenanya tidak diragukan lagi akan haramnya ikut-ikutan merayakan hari Valentin dengan mengungkapkan ucapan cinta dan memberikan hadiah, walaupun itu dilakukan sepasang suami istri. Apalagi kalau hal tersebut dikerjakan oleh mereka yang belum terikat status suami istri.
Dalam tulisan Ust. Zen Yusuf Al Choodlry (teman dekat penulis) yang diposting Kantor Berita voa-islam.com telah disebutkan tentang hukum merayakan Valentine's Day. Perayaan itu merupakan budaya orang kafir, yang kita (umat Islam) dilarang untuk mengambilnya. Kita dilarang menyerupai budaya yang lahir dari peradaban kaum kafir yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Sungguh, ikut merayakan hari valentin adalah tindakan haram dan tercela.
Sesungguhnya mengekor terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka senang dan dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmizi. Imam Shan’ani dalam Subul al-salam mengungkapkan, hadits ini memiliki banyak penguat sehingga mengeluarkannya dari kedhaifannya).
Tentang makna hadits ini, ada dua ulasan yang mashur dari banyak ulama. Makna pertama, bahwa siapa yang menyerupai orang kafir dalam dzahirnya, maka akan bisa menyebabkan keserupaan dalam batinnya, yakni dalam akidah dan keyakinan. Maknanya, siapa yang menyerupai orang kafir secara dzahir maka perbuatan itu akan membimbingnya untuk menyerupai orang kafir secara batin, lalu ia menjadi kafir sebagaimana mereka. Dan kita berlindung kepada Allah dari menjadi golongan mereka.
Makna kedua, siapa yang menyerupai orang kafir secara dzahir, maka ia bagian dari mereka dalam hal yang ia lakukan itu, bukan pada yang selainnya. Jika yang ditiru adalah kekufuran maka ia menjadi kufur, jika maksiat maka dosanya adalah maksiat.  Namun, ‘ala kulli hall seorang muslim sama sekali tidak boleh sengaja dan ridha untuk menyerupai orang-orang kafir dalam kesesatan mereka. wallahu Ta’ala a’lam.

ISLAM KASIH SAYANG DAN CINTA DAMAI

Citra Islam di mata dunia barat begitu buruk.

2 (dua) Sebab utamanya adalah:

Pertama:
Ketidakadilan negeri-negeri Barat dalam politik dunia yang mengakibatkan rasa kebencian sebagian umat Islam yang terzalimi, Yang pada akhirnya munculnya pandangan ekstrem tentang jihad di era modern ini.

Kedua:
kesalahpahaman Orang-orang barat terhadap ajaran Islam akibat penyesatan berita dan tulisan mengenai Islam dan ajarannya.

Akhirnya yang muncul dalam pandangan dunia barat umumnya adalah bahwa agama Islam adalah agama barbar yang tidak berkasih sayang, kejam dan pandangan negatif lainnya.

Ajaran Islam tentang kasih sayang telah lama di kumandangkan dengan sempurna dan indah. 
Namun, kebanyakan dari manusia tidak menyadari apa arti sesungguhnya dari kasih sayang itu sendiri, sehingga dapat terhenti dan menyimpang dari aturan-aturan yang telah di firmankan oleh Allah Subhanaahu Wa Ta;ala dan hadist-hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah
Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Turmudzi)

Dalam hadis tersebut kasih sayang seorang Muslim tidaklah terhadap saudara se-Muslim saja, tapi untuk semua umat manusia.

Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi.”

Kemudian para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, semua kami pengasih”

Berkata Rasulullah, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).”
(H.R. Ath-Thabrani)

Bahkan, bukan hanya kepada manusia saja ajaran Islam yang tinggi ini telah mengajarkan bagaimana kasih sayang terhadap hewan dan tumbuhan yang harus direalisasikan. 
Abu Bakar Shiddiq r.a. pernah berpesan kepada pasukan Usamah bin Zaid, “Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula kalian kebiri pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah mereka, jangan kalian ganggu.” 
Sebuah nasihat ini walau dalam keadaan untuk perang, ajaran Islam tetap memancarkan kasih sayangnya terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan.

Sebuah kisah lain yang menarik ketika Amr bin Ash menaklukkan kota Mesir, saat itu datanglah seekor burung merpati di atas kemahnya. 
Melihat kejadian ini, kemudian Amr bin Ash membuat sangkar untuk merpati tersebut di atas kemahnya.
Tatkala ia mau meninggalkan perkemahannya, burung dan sangkar tersebut masih ada. Ia pun tidak mau mengganggunya dan dibiarkan burung merpati itu hidup bersama sangkar yang ia buat. 
Maka kota itu dijuluki sebagai kota fasthath (kemah).

Sifat kasih sayang adalah termasuk akhlak yang mulia yang dicintai Allah. 
Sebaliknya Allah sangat membenci akhlak yang rendah. 
Di antaranya kepada orang-orang yang tidak memiliki rasa belas kasih sayang. Ditegaskan hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. "Laa tunza’ur rahmatu illaa min syaqiyyin."

Rasa kasih sayang tidaklah dicabut melainkan hanya dari orang-orang yang celaka.
(H.R. Ibn. Hibban)

ETIKA DAN ADAB DALAM MELAKSANAKAN NIAT KITA

Salah satu harapan besar seorang Muslim dari amalannya adalah agar diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menjadi sebuah kerugian bila Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA tidak berkenan melirik amalannya, sehingga pelakunya tidak bisa menikmati surga.

Sebuah ungkapan menyatakan, “Setiap hamba diberi kekuatan untuk beribadah, tapi tidak semua ibadah diberi ‘kekuatan’ untuk diterima oleh Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA.”

Salah satu kunci diterimanya amalan adalah niat yang benar. Nah, untuk mendapatkan itu, berikut ini beberapa adab Dalam Berniat :

1. Penentu Nilai dan Kualitas Ibadah
Memahami bahwa niat adalah penentu nilai dan kualitas ibadah di sisi Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA. 
 
Ia pembeda antara ibadah dan kebiasaan (tradisi), bahkan merupakan pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan, “Salah satu makna niat adalah ‘tamyiz’, pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam)

2. Hanya untuk Mendapatkan Ridha Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA
Senantiasa berniat hanya untuk mendapatkan ridha Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA dan tidak mempersembahkannya untuk selain-Nya. 
 
Dalam kitabnya Al Waabil al-Shayyibu min al-Kalam at Tayyibi, Imam Ibnul Qayyim berujar, “Amalan seorang hamba akan dipaparkan di hadapan Allah SWTUBHANAAHU WA TA'ALA hingga Dia mendapati niat hamba tersebut hanya untuk-Nya. Jika demikian Dia meridhai amalannya dan menerimanya.”

3. Keingingan Kuat untuk Melaksanakan
Niat yang baik akan mendapatkan satu pahala. 
 
Namun, sekadar berniat saja tidaklah cukup, tapi harus dibarengi dengan keinginan yang kuat untuk mewujudkan niat tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang berniat melakukan sebuah kebaikan namun tidak merealisasikannya, maka baginya satu pahala, dan jika diwujudkan maka dia mendapatkan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat pahala, bahkan kelipatan yang tidak terhingga.” (Muttafaq ‘alaih)

4. Tidak Meremehkan Niat yang Buruk.
Niat yang buruk dapat menjadi dosa bagi pemiliknya. Rasulullah SAW bersabda “…membunuh dan yang dibunuh akan masuk neraka.” Para sahabat bertanya, “Kami pahami untuk yang membunuh, lalu kenapa yang dibunuh juga masuk neraka...........?” Nabi SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM menjawab, “Karena dia sangat ingin (berniat) membunuh saudaranya itu.” (Muttafaq ‘alaih)

5. Ikhlas dan Konsisten
Senantiasa berdoa kepada Allah SUBHANAAHU WA TA'ALA agar diberi kekuatan untuk dapat ikhlas dalam niatnya dan konsisten menjaga keikhlasan itu. 
 
Dalam Shahih Tirmidzi diriwayatkan, “Doa yang paling sering dipanjatkan Nabi SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM adalah: ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami dalam agamamu.” 
Karena hati berada di ujung ‘jari’ Allah SUBHANAAHU WA TA'ALLAyang mudah diputar balik oleh-Nya (Mushannaf ibnu Abi Syaibah).

6. Beristighfar Bila Riya’
Segera beristighfar dan merevisi niat bila mendapati ada unsur riya’ atau bukan karena Allah SUBHANAAHU WA TA'ALAdalam niatnya. 
 
Hal ini harus dihindari karena melahirkan amalan yang sia-sia belaka. Umar Bin Khaththab meriwayatkan dari Nabi SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM, “…barang siapa yang hijrah karena target dunia atau untuk mendapatkan wanita idamannya, maka nilai hijrahnya tergantung dari niatnya” (Muttafaq ‘alaih). 
 
Dalam kitab Fathul Qawiy al-Matin diisyaratkan bahwa Allah SUBHANAAAHU WA TA'ALA sangat merendahkan amalan yang diniatkan bukan untuk-Nya.

7. Memberi Contoh
Bila perbuatannya harus dilakukan di depan orang lain, maka berniatlah untuk memberi contoh kebaikan agar diikuti oleh orang lain. 
 
Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM bersabda “Barang siapa yang memberi contoh kebaikan, lalu diikuti oleh orang lain, maka baginya pahala dan tambahan sebesar pahala orang yang mengikutinya tanpa terkurangi pahala orang yang mengikutinya tersebut”.
 
Semoga Artikel ini bermanfaat bagi Kita semua

PERNIKAHAN MENURUT ISLAM

Umumnya setiap orang yang dewasa pasti ingin menikah untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah war rahmah atau keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat.

Apalagi nikah adalah satu perintah agama:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.

Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [An Nuur:32]
Barangsiapa kawin (beristeri) maka dia telah melindungi (menguasai) separo agamanya, karena itu hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separonya lagi. (HR. Al Hakim dan Ath-Thahawi)

Hadis riwayat Anas ra.:
Bahwa beberapa orang sahabat Nabi saw. bertanya secara diam-diam kepada istri-istri Nabi saw. tentang amal ibadah beliau.

Lalu di antara mereka ada yang mengatakan: Aku tidak akan menikah dengan wanita. Yang lain berkata: Aku tidak akan memakan daging.

Dan yang lain lagi mengatakan: Aku tidak akan tidur dengan alas.

Mendengar itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam. memuji Allah dan bersabda: 
Apa yang diinginkan orang-orang yang berkata begini, begini! Padahal aku sendiri salat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita.........!
Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku. (Shahih Muslim No.2487)
Hadis riwayat Sa`ad bin Abu Waqqash ra., ia berkata:
Rasulullah saw. melarang Usman bin Mazh`un hidup mengurung diri untuk beribadah dan menjauhi wanita (istri) dan seandainya beliau mengizinkan, niscaya kami akan mengebiri diri. (Shahih Muslim No.2488)
Abdullah Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda pada kami: “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan.

Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.” Muttafaq Alaihi.
Nah bagaimana caranya agar kita bisa memiliki keluarga yang bahagia......?
Itu semua tak lepas dari usaha, doa, dan tawakkal kita kepada Allah Subhanaahu Wa Ta'ala Allah dan RasulNya sudah memberi petunjuk di Al Qur’an dan Hadits.
Melihat dan berkenalan
Sebelum memutuskan untuk menikah, kita harus melihat dulu calon pasangan kita. Ini agar tidak seperti membeli kucing dalam karung:
Menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada seseorang yang akan menikahi seorang wanita: “Apakah engkau telah melihatnya..............?” 
Ia menjawab: Belum. 

Beliau bersabda: “Pergi dan lihatlah dia.”
Jangan Berpacaran
Meski kita harus ta’aruf atau mengenal, tapi pacaran dalam Islam adalah hal yang terlarang.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32]
Ada orang yang berpacaran sampai bertahun-tahun lebih.

Bahkan ada pula yang sampai kumpul kebo dengan alasan agar bisa mengenal calon pasangannya. Itu adalah haram.

Toh begitu menikah, banyak juga yang cerai.
Sebab bagaimana pun juga orang pacaran itu selalu menutupi kekurangannya dan hanya menampilkan yang baik-baik saja.

Banyak ulama mengatakan, kalau pacaran itu tidak pernah kita mendengar suara kentut dari pasangan kita.

Tapi begitu menikah, sering sekali kedengaran.

Jadi pacaran itu bukanlah hal yang yang tepat untuk mengenal pasangan.
Untuk mengenal pasangan anda, carilah informasi dari orang dekatnya entah itu saudara, teman, atau tetangganya. Minta juga penilaian dari orang tua dan keluarga anda.

Sebab orang yang jatuh cinta itu banyak yang “buta.” Tidak dapat melihat kekurangan orang yang dia cinta.
Dari statistik Ohio University dijelaskan bahwa 1 dari 3 wanita di AS pernah diperkosa. Kemudian dari Ensiklopedi MS Encarta juga dijelaskan 80% pelaku adalah pacar dari si korban.
Hanya 16% kasus perkosaan yang dilaporkan.
Banyak kasus perzinahan mungkin sebetulnya adalah perkosaan di mana si pacar mendesak untuk diberi jatah.
Jadi pacaran itu dampak negatifnya cukup banyak.
Sulit Mencari Jodoh...........?
Ada juga orang yang sulit mencari jodoh.

Kemungkinan orang ini terlalu pilih-pilih atau selektif.

Yang penting itu sebenarnya akhlak dan agamanya.

Tampang itu yang biasa-biasa saja, begitu pula yang lainnya.
Selain itu seringlah bersilaturrahim ke tempat saudara atau mengikuti pengajian.

Makin luas silaturrahim anda, makin mudah pula anda mencari jodoh.

Jangan lupa untuk senantiasa senyum sehingga orang tidak kabur ketika melihat anda…
Jangan Melamar Wanita yang Sedang Dilamar Orang Lain
Ada pepatah Perancis: “Cherchez la Femme” Artinya, (jika ada keributan) carilah wanitanya.

Ini karena sering terjadi perkelahian untuk memperebutkan wanita.

Tak jarang berakhir dengan maut.

Oleh karena itu, Islam melarang seseorang untuk melamar wanita lain yang sedang dilamar pria lain.
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah seseorang di antara kamu melamar seseorang yang sedang dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau mengizinkannya.” 
Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.
Memilih Pasangan Hidup
Pertama-tama kita harus mencari pasangan hidup yang baik menurut agama.

Mungkin banyak orang mengeluh karena dia sulit mendapat jodoh.

Tidak ada pria/wanita yang mendekati dirinya.

Nah orang itu harus introspeksi diri.
Pertama apakah penampilannya kucel dan semrawut..........?

Jika ya, jangan heran jika banyak orang tidak menengok dirinya.

Kita harus berpenampilan bersih, rapi, dengan wajah yang ceria.

Jika wajah murung atau cemberut tentu orang juga enggan mendekat. Itulah sebabnya Nabi berkata “Senyum itu sedekah”
Kemudian lihat pergaulan atau jaringan teman dan keluarga anda.

Apakah anda sehari-hari hanya berkurung diri di kamar saja.........?

Tentu saja anda tidak harus melakukan dugem di diskotik yang akhirnya paling hanya dapat pecandu narkoba/alkohol sebagai suami/istri.

Tapi kita bisa mengikuti pengajian di lingkungan rumah kita.
Bagaimana pun juga keluarga dan teman bisa jadi mak comblang/perantara yang ampuh untuk mencari jodoh.

Jangan pasang kriteria terlalu tinggi, misalnya harus ganteng/cantik, harus cerdas lulus S3, kaya, dan beriman.

Sulit mencari orang yang sempurna.

Jika pun anda bisa menemukan orang yang seperti itu, belum tentu dia mau dengan kita.
Pilihlah wanita yang beriman dan saleh untuk jadi pasangan kita:
Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah. (HR. Muslim)
Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. 

Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu. (HR. Muslim)
Wanita yang baik akan senantiasa menjaga auratnya.

Dia tidak akan menerima tamu pria yang bukan muhrimnya jika anda pergi bekerja.
Sebaliknya, jangan pilih wanita yang mengumbar auratnya/sexy untuk menggoda para pria.

Banyak terjadi wanita seperti ini ketika suaminya pergi, maka dia selingkuh dengan pria lain.

Bahkan tidak jarang akhirnya membunuh suaminya agar bisa tetap bersama pacarnya. Semoga hal ini tidak menimpa kita semua.
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin” [An Nuur:3]
Pilih wanita yang beriman. Bukan yang musyrik/beda agama:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.

Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.

Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” [Al Baqarah:221]
Sebelum anda jatuh cinta dengan seseorang, teliti dulu agamanya. Islam apa bukan........?

Jika Islam, perhatikan lagi, sholat apa tidak.........?

Jika tidak sholat, sebaiknya tinggalkan karena sholat adalah pembeda antara orang yang beriman dengan orang kafir.
Seganteng atau secantik apa pun orang yang membuat anda jatuh hati, jika dia kafir niscaya akan dibakar dengan api neraka sehingga wujudnya akan jadi mengerikan.

Jika kita pernah menyaksikan mayat yang hangus hitam terbakar, ingatlah itu.

Seganteng apa pun orang itu misalnya seganteng Primus atau Keanu Reves, tapi jika dia kafir maka wajahnya akan mengerikan bukan hanya di neraka.

Tapi juga di kubur. Ingatlah hal ini agar anda tidak tertarik dengan orang kafir yang ganteng atau cantik.
Meski mungkin sudah banyak yang tahu, ada baiknya kita baca ayat di bawah tentang siapa yang tidak boleh kita nikahi:
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nisaa’:23]
Amati Bagaimana Amarahnya
Setiap orang pasti pernah marah. Cuma ada yang melampiaskan kemarahannya dengan perbuatan yang menyakitkan, ada juga yang sekedar mengeluarkan kata-kata kotor, ada pula yang sekedar diam saja.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terjadi akibat pasangan tidak mampu mengontrol amarahnya. Kadang bukan sekedar melukai, tapi juga bisa membunuh pasangan atau anaknya.

Oleh karena itu anda harus bisa mengetahui bagaimana sifat calon pasangan anda jika marah agar tidak menyesal nantinya. Jangan sampai, terutama kaum wanita, jadi sansak hidup yang selalu dipukul oleh suaminya.
Ada wanita yang baru tahu suaminya kasar setelah menikah.

Sering memukul hingga membuat dia berdarah. Sebelum menikah, katanya calon suaminya sangat baik.

Oleh karena itu tak ada salahnya jika anda sekali dua kali mencoba membuat pasangan anda marah agar hal semacam itu bisa dideteksi secara dini.

Jika anda terlanjur menikahi orang seperti ini, sebaiknya segera mencari perlindungan dan bercerai.

Memang setelah marah mereka sangat baik dan sangat cepat menjadi baik lagi karena seluruh kemarahannya mereka keluarkan kepada anda.

Tapi pasti mereka akan mengulanginya lagi.
Sebaik-baik orang adalah yang diam jika dia marah.

Jika pun berkata, dia sekedar mengungkapkan hal yang dia tidak suka tanpa menyebut anda dengan sebutan yang buruk.
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)
Selama menikah, Nabi belum pernah memukul istri atau pun anak-anaknya.
Pada saat kita sudah menikah, sebaiknya hanya ada 1 pihak saja yang marah.

Yang lain sebaiknya mengalah.

Ketika marah, jangan sekali-kali mengucapkan kata “Cerai.” 

Sebab itu bukanlah kata yang bisa diucapkan secara main-main atau untuk mengancam.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wsalllam bersabda: “Tiga hal yang bila dikatakan dengan sungguh akan jadi dan bila dikatakan dengan main-main akan jadi, yaitu: nikah, talak dan rujuk (kembali ke istri lagi).” Riwayat Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits shahih menurut Hakim.
Jangan pula anda mengeluarkan kata-kata dari “Kebun Binatang” atau pun sebutan menyakitkan lainnya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. 
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. 
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (sesama Muslim) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat:11]
Jangan Mencintai Pasangan Anda Secara Berlebihan
Menurut pepatah Inggris: “Love me little, love me long”.

Cintai aku sedikit, tapi abadi. Biasanya pasangan yang cintanya berlebihan, sehingga di depan umum pun tampil sangat mesra, dalam beberapa tahun saja pasti bercerai. Ini karena rasa cintanya terlalu diumbar sehingga dalam waktu singkat sudah “habis.”
Dalam Islam, kita tidak boleh berlebihan.

Kita harus mengutamakan cinta kita kepada Allah dan Rasulnya. Jika pun kita mencintai sesama atau pasangan kita, itu karena Allah.
Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Jika kita mencintai pasangan kita lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika pasangan kita meninggalkan kita baik karena cerai atau pun karena mati.
Sebaliknya jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama dengan hambanya yang Saleh.
Menikahlah Karena Cinta
Seharusnya kita menikah karena cinta. Bukan karena paksaan.

Oleh karena itu, sebetulnya kisah kawin paksa antara Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih itu bertentangan dalam Islam.
Dari Zakwan ia berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasllam. tentang seorang gadis perawan yang dinikahkan oleh keluarganya, apakah ia harus dimintai persetujuan ataukah tidak.............?

Beliau menjawab: Ya, harus dimintai persetujuan..........!
Lalu Aisyah berkata: Aku katakan kepada beliau, perempuan itu merasa malu.
Rasulullah shallallahu alaihi wasllam. bersabda: Itulah tanda setujunya bila ia diam. (Shahih Muslim No.2544)
Syiarkanlah Pernikahan
Dalam Islam, pernikahan itu meski itu adalah pernikahan kedua, ketiga, atau keempat (poligami) harus disiarkan ke masyarakat luas agar nanti tidak terjadi fitnah.
Dari Amir Ibnu Abdullah Ibnu al-Zubair, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sebarkanlah berita pernikahan.” Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Hakim.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasllam. melihat warna bekas wangian pengantin di tubuh Abdurrahman bin Auf, lalu beliau bertanya: Apakah ini...........?

Abdurrahman menjawab: 
Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja menikahi seorang wanita dengan mahar seharga lima dirham emas.

Rasulullah shallallahu alaihi wasllam. lalu bersabda: 
Semoga Allah memberkahimu dan rayakanlah walaupun dengan seekor kambing. (Shahih Muslim No.2556)
Dari Anas Ibnu Malik ra bahwa Nabi SAW pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: “Apa ini..........?”.

Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas.

Beliau bersabda: “Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah (resepsi) walaupun hanya dengan seekor kambing.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
Sering orang melakukan pernikahan secara diam-diam atau nikah siri sehingga orang banyak tidak tahu apakah mereka berdua menikah atau tidak. Itu jelas tidak sesuai dengan sunnah Nabi.

Jika yang dilakukan pernikahan siri adalah istri kedua sementara istri pertama dirayakan, maka itu adalah ketidak-adilan yang tidak bisa ditolerir.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi shallallahu alaihi wasllam bersabda: “Barang siapa memiliki dua orang istri dan ia condong kepada salah satunya (tidak adil), ia akan datang pada hari kiamat dengan tubuh miring.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat, dan sanadnya shahih.
Jangan Bercerai
Perceraian adalah hal yang halal tapi dibenci Allah:
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasllam bersabda: “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah ialah cerai.” Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah
Kenapa begitu..........?
Karena perceraian bukan hanya menyakitkan pihak yang bercerai, tapi juga anak-anaknya.
Agar tidak bercerai, maka suami harus bertanggung-jawab memberi nafkah lahir dan batin pada istrinya dan keluarganya serta memperlakukan mereka dengan baik.
Istri juga harus paham bahwa suami adalah pemimpin keluarga dan menghormatinya.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)..” [An Nisaa’:34]
Sediakanlah makan dan minuman bagi suami dan keluarganya.

Karena wanita bertanggung-jawab mengatur hal itu.

Masing-masing punya tugas dan tanggung–jawab.
Jika marah........., sebaiknya diam. Jangan melontarkan kata-kata yang menyakitkan.

Apalagi sampai main tangan.

Jika ada satu yang marah, yang lain hendaknya mengalah.

Sebab kalau keduanya sama-sama marah bisa berakibat “fatal.”
Istri juga harus menghargai orang tua suami, begitu pula sebaliknya karena kedua orang tua tersebut seolah-olah sudah jadi orang tua mereka semua.
Sering perceraian terjadi karena faktor ekonomi, misalnya suami penghasilannya kurang atau bahkan diPHK.

Istri hendaknya tidak diam atau justru merongrong suaminya. 

Sebaliknya coba bantu suaminya mencari nafkah.
Meski wanita tidak wajib mencari nafkah, toh Khadijah yang merupakan wanita yang paling utama, membantu Nabi dengan harta kekayaannya.
Saya lihat juga para istri yang langgeng menikah dengan suaminya, aktif membantu suaminya mencari uang dengan membuka katering atau berdagang di rumah sehingga mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga kuliah.
Rajinlah berolahraga agar anda bisa memberi nafkah lahir dan batin.

Bagaimana pun juga menurut Nabi Kesehatan adalah nikmat terbaik setelah iman.

Karena itu peliharalah dengan berolahraga.
Seringlah berdoa: “Robbana hablana min azwaajina wa dzurriyatina qurrota a’yuun. Waj’alna lil muttaqiina imaama” (Ya Allah, jadikanlah istri-istri dan anak-anak kami sebagai penghibur hati. Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin orang-orang yang takwa).
Referensi:
Statistik dari Ohio University
  • In the United States, 1.3 women are raped every minute. That results in 78 rapes each hour, 1872 rapes each day, 56160 rapes ech month and 683,280 rapes each year.
  • 1 out of every 3 American women will be sexually assulted in her lifetime.
  • The United States has the world’s highest rape rate of the countries that publish such statistics. It’s 4 times higher than Germany, 13 times higher than England, and 20 times higher than Japan.
  • 1 in 7 women will be raped by her husband.
  • 83% of rape cases are ages 24 or under.
  • 1 in 4 college women have either been raped or suffered attempted rape.
  • 1 in 12 males students surveyed had commited acts that met the legal definition of rape. Furthermore, 84% of the men who had commited such acts said what they had done was definitely not rape.
  • 75% of male students and 55% of female students involved in acquintance rape had been drinking or using drugs.
  • Only 16% of rapes are ever reported to the police.

AGAMA ISLAM YANG HARUS KITA KETAHUI

Bismillah.

Sebelumnya ku mau bilang, bahwa Masih sedikit orang yang mengetahui Islam kaya bagaimana.

Banyak yang kita tidak tahu bahwa Ilmu Islam yang biasa kita Tahu, tapi kita tidak Menyadarinya.

Okelah saudara - suadari semuslim ku. 
 
Langsung aja ke intinya yaah. Ada 5 Hal yang Harus kita Tahu :
 
Hal Pertama :
Rukun Ikhsan ada Berapa.?
dulu kita seiring ditanya...
"rukun islam ada berapa?" kita jawab "Lima!!" "rukun Iman ada berapa?"kita jawab "Enam!!"

tapi kita belum pernah ditanya "Rukun Ikhsan ada berapa?" kita pun bingung... padahal sebenarnya kita tahu rukun ikhsan itu.
 "ibadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu"
padahal penomoran seperti rukun islam dan iman membuat kita lebih ingat. Jadi seharusnya yang kita ajarkan kepada anak-anak... bahwa Rukun Ihsan itu ada 2:
1. Beribadah seakan-akan kita melihat Allah
2. Yakin bahwa Allah sedang melihat kita...

dan rukun Ihsan adalah rukun Yang Lebih tinggi derajatnya dibandingkan Iman dan islam...
karena Ihsan adalah bukti bahwa kita Cinta Kepada Allah...
contoh:
jika kita yang belum nikah, biasanya pernah memiliki kekasih Idaman.dan saking cintanya.. kita pasti membayangkan Seolah-olah kita melihatnya, sehingga jika kita ingin bertemu dengannya, pasti harus memiliki persiapan yang bagus dan baik agar kita layak bertemu dengannya. tapi...

Jika ternyata kita tahu bahwa Kekasih idaman itu sedang melihat kita,
bagaimana perasaan kita??? Biasanya kita berbunga-bunga, menjadi bahagia, dan sangat gembira. atau jika kita pengen berbuat salah, tapi tahu bahwa kita sedang dilihat kekasih kita, pasti kita langsung mengrurungkan niat. Begitu juga dengan Kekasih kita yang paling Abadi: Allah. karena itu rukun Ihsan itu rukun yang sangat penting untuk kita jalankan 
Hal Kedua :
Berhusnudzon Dengan Cara Berfikir Negatif

Caranya bagimana.......? Itu bertentangan.

Sebenarnya Husnudzon itu arti sesungguhnya adalah 'Berbaik sangka kepada Allah', bukan husnudzon kepada diri sendiri atau orang lain...

kenapa......???
coba lihat contoh di bawah jika kita berbaik sangka kepada orang lain tanpa kepada Allah:
jika kita sedang naik motor, tiba-tiba ada motor yang lain yang menyerempet kita, lalu kita berpikir positif kepada orang itu:
"wah, ada yang menyerempet saya, mungkin dia buru-buru karena pengen ke toilet udah kebelet"
kelihatannya sih berpikir positif, tapi tahukah agan... sebenarnya dia sedang mendo'akan bahwa yang naik motor itu jadi kebelet pengen kencing padahal belum tentu itu mungkin kata2 bisa.. coba jika kalo berpikirnya kayak gini
"wah, ada yang menyerempet saya, mungkin ibunya sedang jatuh sakit" hayo... mw do'ain ibunya sakit?  jadi bagaimana sikap kita jika dihadapkan hal seperti itu?

salah satu caranya adalah: "Berpikir Negatif karena Berhusnudzon kepada Allah"
maksudnya gimana? kita ambil contoh yang tadi, Jika kita yang sedang naik motor ternyata diserempet orang lain, katakanlah:
"Mungkin ini karena dosa-dosa saya yang dahulu yang saya kerjakan, jadi Allah memperingatkan saya lewat ini.. Ya Allah terima kasih Kau dusah memperingatkanku.. Astaghfirullah.,.. Astaghfirullah... Astaghfirullah..."
berpikir bahwa kita memiliki dosa = berpikir negatif
berpikir bahwa Allah memperingatkan = Husnudzon

dan itulah yang dilakukan oleh para Nabi dan sahabat-sahabatnya serta para ulama.. jika mendapat masalah, pasti berpikir negatif bahwa ini karena dosa mereka, sehingga mereka beristighfar kepada Allah mohon Ampunannya. coba dengar saja lagu I'tiraf:
"Wahai Tuhan, ku tak layak ke surga-Mu", bukankah itu Husnudzon dengan cara berpikir negatif??
Atau Umar bin Khattab yang pernah berkata: "Apakah aku seorang Munafik?"
sehingga beliau justru meningkatkan kualitas ibadahnya dengan berpikir seperti itu? pokoknya mw berpikir negatif atau positif, Behusnudzonlah kepada Allah.. tapi berpikir negatif kepada diri sendiri akan dosa-dosa kita.
Karena Allah Tahu yang terbaik buat kita
Hal Ketiga :
ALLAH itu Jauh Tapi Dekat
Maksutnya apa.?
baiklah... ada yang berkata bahwa Allah itu Jauh di atas Arsy yang berada di langit ke tujuh... itu benar, dan kita harus meyakininya, karena ada disurat Thaahaa:5
tapi ada yang berkata bawha Allah itu sedekat urat leher.. itu benar... kita hrus meyakininya, karena ada di surat Qaaf:16
pertanyaannya:
Bagaimana bisa Allah itu Jauh sekaligus dekat?

Nah ini yang harus kita pahami.... ternyata..
Memang Allah itu sangat jauh jika dilihat dari jarak fisik atau jarak yang terlihat,
tapi sesungguhnya Allah itu sangat dekat jika dilihat dari jarak bathin atau ruhani...

Maka barang siapa yang mengejar kebahagiaan dari sisi materi , dari sisi kecantikan, atau kekayaan, maka kita akan semakin menjauh dari Allah, tapi barang siapa yang mengejar kebahagiaan dari sisi ruhani, dari sisi Keimanan, dari Sisi rasa Cinta kita kepada Allah, serta dari sisi mencari Ridho Allah... maka kita akan semakin mendekat kepada Allah

Karena itu mendekatlah lebih Jauh kepada Allah,
maka Allah akan Jauh lebih dekat dengan kita.
Hal Keempat :
Subhanallah Artinya bukan Maha Suci ALLAH
Lah, ngomong apaan sih.?
Maksudnya bukan dalam arti kata sebenarnya.Baik, mari kita lihat prakteknya...

Jika kita melihat Gunung yang sangat Indah.apa yang kita katakan??? jawabannya Subhanallah.tapi kadang kita tidak memahami... apa nyambungnya Gunung dengan Maha Suci?? kalo mw justru lebih nyambungnya ke 'Alhamdulillah?' atau 'segala puji' karena keindahan ciptaan-Nya?

dan padahal Maha Suci itu sebenarnya bahasa Arabya 'Al-Quddus'...

Ternyata..

Subhanallah itu kata dasarnya Sobaha, yang jika di kamus arab artinya adalah 'yang bergerak'

maka jika dipahami implementasinya seperti ini:  "Subhanallah... Allah lah Yang Maha Menggerakkan semua ciptaan-Nya, dan Allah tidak bisa digerakkan oleh Makhluk-Nya, Sehingga DIA MAHA SUCI dari digerakkan oleh makhluk-Nya"

jadi maksudnya Maha Suci adalah 'Suci dari digerakkan atau diatur' bukan 'Suci dari Najis' itulah Mengapa 'Subhanallah' itu artinya menjadi 'Maha Suci Allah'

jadi, kita berdzikir dan bisa Memahami dzikir kita... semoga Allah Memasukkan kita ke dalam orang yang disucikan oleh-Nya.. Amiin
Hal Kelima
Kita memiliki yang ALLAH tidak miliki 
Mulai ngawur nih. Santai, akan dijelaskan ko sob.
Terjemahan Surat Al-Ikhlas :
1. Allah itu Maha Esa
2. Allah dimana Semua Makhluk Bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan
4. Dan Tak ada satupun yang menandingi Dia

Ternyata yang kita miliki tapi Allah itu tidak memiliki adalah Ayah dan Ibu
bagaimana mungkin Allah memiliki Ayah dan Ibu padahal Allah tidak diperanakkan???

dan Tahukah saudara - saudara ?? itu sebenarnya dari perkataan sahabat Rasulullah yaitu Hudzaifah... Dia berkata bahwa dia memiliki anak tapi Allah tidak.... karena Allah itu tidak beranak...
Alhamdulillah. Itulah lima Hal Yang harus diketahui, walaupun saya juga baru mengetahuinya. Semoga bisa menambah kedekatan kita kepada ALLAH Subhanaahu Wa Ta'ala. Amiin