SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

SELAMAT DATANG DI NOTE UNTUK KAMU

Blogger ini muncul berdasarkan dari beberapa permintaan saudara-saudariku semua..

Alhamdulillah akhirnya tercapai juga dan selesai sudah blogger ini dibuat...

Namun kesempurnaan blogger ini belumlah maximal.

Semoga dihari..hari mendatang dapat disempurnakan blogger ini

Dan blogger ini tercipta dan ada... karena... diri saudara-saudariku semua..

Dan...tiada artinya blogger"NOTE UNTUK KAMU" ini.. jika saudara-saudariku tidak berada didalamnya....

Salam Ukhwah..........

Jun 15, 2014

AIR MATA SANG ISTERI


Mereka dulunya adalah aktifis dakwah, saat masih menjadi mahasiswa. 

Di jalan dakwah pula mereka kemudian menikah.

Kehidupan pernikahan mereka indah pada awalnya. 
Namun bulan-bulan yang terus berlalu hingga hitungan tahun berganti, membuat keduanya mulai berhadapan dengan problem ekonomi. 
Sang suami, sambil meneruskan kuliah pasca sarjana, berusaha bekerja apa saja.
 “Yang penting halal,” prinsipnya. 
Dari menjadi tukang ojek, jualan kripik, hingga jualan berbagai makanan ringan.

Beban hidup suami istri itu semakin besar saat buah hati mereka lahir. 
Yang menyedihkan, kos-kosan mereka jauh dari kata layak untuk hidup berkeluarga. 
Atapnya jebol, kamar mandinya bocor.

Setelah lulus S2, sang suami mendapatkan pekerjaan baru sebagai makelar tanah. 
Ia sendiri merasa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan tetap dan menjadi sebuah ironi bagi dirinya yang lulusan terbaik saat kuliah S1 dan kini menjadi Magister Fisika. 
Namun setidaknya, penghasilannya kini lebih besar dari sebelumnya.

Menjadi makelar, membuatnya sangat sibuk. Siang malam ia mencari pembeli. 
Sebelum matahari terbit ia sudah memacu motornya, dan saat larut malam baru pulang. 
Praktis, si kecil pun jarang bertemu dengannya.

Menjalani pekerjaan barunya, meski penghasilan lebih besar, pelan-pelan banyak kebahagiaan yang hilang. Tak bisa bercanda dengan buah hati yang sedang lucu-lucunya, juga tak banyak waktu membersamai istrinya. 
Yang tak kalah berat baginya, ia yang dulunya aktifis dakwah kini tak sempat berjamaah di masjid kecuali menjadi makmum masbuk. 
Ia tak lagi hadir di majelis-majelis tarbiyah. 
Bahkan tak ada lagi tahajud… 
Ia merasa badai futur sudah sedemikian dahsyat menghempas.

“Inikah cita-cita pernikahan itu? Ke mana bunga-bunga mimpi hidup dalam keluarga sakinah, mawaddah, warahmah?” tanyanya kepada hati kecilnya.

Hingga suatu ketika di larut malam setelah ia seharian mencari pembeli. Istri terkasih mendekapnya sangat erat. Akhwat yang dicintainya itu menangis terisak-isak. Seakan-akan ia akan pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

“Mas… aku tidak pernah meminta uang banyak. 
Saya juga tidak memintamu untuk bekerja sekaras ini. 
Sederhana sekali pintaku, engkau kembali menjadi orang yang shaleh, dan aktif dalam dakwah” ucapnya sambil terisak tanpa melepaskan dekapannya.

Sang suami hanya bisa terdiam. Kata-kata membuatnya tak sanggup menahan air mata.

“Mas… aku ingin seperti dulu, biar susah tapi kita bisa berjalan bersama ke tempat ta’lim. Sahur senin-kamis bareng. Saling membangunkan dan mengingatkan shalat malam.
Mungkin Mas tidak tahu, kenapa aku memilih Mas jadi suami..? 
Karena tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat suami yang berjalan meninggalkan rumah menuju masjid untuk shalat berjama’ah”

Malam itu menjadi malam paling bersejarah dalam kehidupan pernikahan mereka. 
Untaian kalimat yang diiringi air mata itu bukan hanya melelehkan air mata yang sama. 
Tetapi juga menjadi jalan pertaubatan bagi sang suami. 
Menjadi pintu kembalinya seorang ikhwan ke medan dakwah dan medan juang.

Atas izin Allah, air mata cinta telah mengubah segalanya. 
Mengembalikan jiwa yang futur kepada Rabbnya. 
Menarik kembali hati yang menjauh ke jalur orbitnya. 
Menghadirkan lagi ketenangan dan kedamaian yang sempat hilang sekian lama.

Cinta yang syar’i kepada suami membuat sang istri kehilangan saat sang suami jauh dari Tuhannya.
Cinta mengubah rasa kehilangan menjadi kesedihan yang memuarakan air mata. 
Lalu air mata itu tumpah dalam keheningan malam bersama sujud-sujud yang panjang. 
Air mata itu juga hadir bersama kata-kata cinta yang meminta suami kembali bersamanya; dalam mendekatkan diri kepada Ilahi.

Maka untuk setiap istri, apa pun masalah suamimu dan apapun masalahmu dengan suamimu. 
Hadirkan cinta sebelum engkau menghadirkan perasaan lainnya. 
Cinta yang membuatmu berdoa mengetuk perkenanNya. 
Sebab Dialah yang memegang hati dan jiwa seluruh hambaNya. 
Dengan cinta pula, ungkapkan 
perasaanmu kepada belahan jiwa. 
Jika batu saja bisa pecah lantaran tetes-tetes air, hati suami mana yang tak tersentuh dengan air mata cinta. 

May 3, 2014

PERBUATANNYA YANG DIBENCI DAN JANGAN ORANGNYA

Mari kita belajar dari 3 orang sahabat Rasulullah: Abu Darda, Ibnu Masud, dan Abu Dujanah al-Anshariradhiyallahu anhumMereka termasuk sahabat-sahabat Rasulullah yang senior.
Suatu hari, Abu Darda berjalan bersama para sahabatnya. Di tengah jalan, ia melihat seorang pendosa. Para sahabatnya yang lain mencaci orang itu.
Lalu Abu Darda berkata, ‘Bagaimana menurut kalian jika kalian menemukan dosa itu pada hati kalian, apakah kalian akan mengeluarkannya?’
Mereka menjawab, ‘Tentu saja’
Abu Darda berkata, ‘Makanya, janganlah kalian mencaci saudara kalian. Sebaiknya pujilah Allah karena Dia-lah yang telah menyelamatkan kalian dari dosa’.
Mereka bertanya, ‘Apakah engkau tidak membenci orang itu?’
Abu Darda menjawab, ‘Innama ubghidhu amalahu, fa idza tarokahu fa huwa akhi -sesungguhnya yang aku benci adalah perbuatannya. Jika ia sudah meninggalkan perbuatannya, maka ia tetap saudaraku’.
Lain lagi dengan Ibnu Masud. Ia pernah berkata, ‘Jika kalian melihat seseorang melakukan perbuatan dosa, maka janganlah kalian ikut-ikutan menjadi backingsyetan terhadap orang itu, dengan mengatakan, ‘Ya Allah, balaslah perbuatannya...Ya Allah, laknatlah ia. ".
Namun, mohonlah kepada Allah agar kalian mendapatkan 
afiat (keselamatan dari dosa).
Sesungguhnya kita ini, para sahabat Nabi, tidak akan mengatakan sesuatu terhadap seseorang sampai kita tahu tanda kematiannya.
Jika akhir hidup orang itu ditutup dengan kebaikan, maka tahulah kita bahwa ia sudah mendapat kebaikan.
Jika hidup orang itu berakhir dengan keburukan, maka kita menjadi takut mendapat yang seperti itu.
Begitulah sikap mulia Abu Darda dan Ibnu Masud dalam menyikapi pelaku dosa. Padahal kalau dilihat dari persfektif kesucian pribadi mereka, tentu saja keduanya lebih pantas untuk mencaci para pelaku dosa.

Sebagaimana kita ketahui, Abu Darda adalah sahabat Rasulullah yang terkenal dengan figur yang rajin ibadah.

Begitu pula dengan Ibnu Masud, yang punya suara indah, yang membuat Rasulullah menangis ketika mendengar Ibnu Masud membaca al-Quran di hadapannya.

Bukan hanya itu, meskipun Ibnu Masud punya betis yang kecil, namun jika nanti ditimbang pada hari Kiamat, maka berat betisnya yang kecil itu akan melebihi beratnya Bukit Uhud.

Ini menjadi tanda bahwa pemilik betis itu adalah orang mulia.
Lain lagi dengan orang yang bernama Abu Dujanah. Suatu hari ia sakit. Para sahabat yang lain datang menjenguknya.
Yang mengherankan, meskipun wajahnya pucat akibat sakit yang dideritanya, wajah Abu Dujanah tetap memancarkan cahaya.
Para sahabat bertanya, ‘Ma li wajhika yatahallalu? – Apa yang membuat wajahmu senantiasa bercahaya?’
Abu Dujanah menjawab, ‘Ada dua amal yang selalu aku pegang teguh dalam hidup ini. Pertama, aku tidak pernah berbicara dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Kedua, hatiku  selalu menilai sesama Muslim dengan hati yang tulus’.
Abu Darda, Ibnu Masud, dan Abu Dujanah menjalani hidup sesuai hati mereka, bukan sesuka hati mereka. 
Tentu saja, ada beda antara hidup SESUAI hati dengan hidup SESUKA hati.
Setiap hati akan bercerai-berai, kecuali hati yang saling mencinta atas dasar kecintaan kepada Allah, dan surga adalah tempat yang paling pantas untuk bersatunya hati seperti ini…

Mar 26, 2014

ORANG MURTAD DAN AZABNYA


Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS Al-Baqarah [2]: 217).

Aqidah merupakan perkara amat penting. 

Status seseorang, menjadi mukmin atau kafir, ditentukan oleh aqidah yang diyakininya.
Sementara status tersebut memberikan implikasi amat besar bagi pelakunya, di dunia maupun di akhirat.
Nasibnya amat kontras satu sama lain.
Jika orang mukmin bisa berharap atas amal kebaikan yang dikerjakannya selama di dunia, tidak demikian dengan orang kafir.
Semua amalnya dipastikan terhapus dan sia-sia.
Bagi orang yang beriman dan beramal shaleh disediakan surga yang penuh kenikmatan, sedangkan orang kafir dijadikan sebagai penghuni kekal di neraka.

Mereka Berusaha Memurtadkan 

Allah Subhanaahu Wa Ta'ala berfirman: wa lâ yazâlûna yuqâtilûnakum (mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu). 
Ayat ini diawali dengan penjelasan mengenai kedudukan perang di bulan haram.
Dijelaskan bahwa berperang di bulan tersebut memang tidak diperbolehkan (catatan: ketentuan ini akhirnya dinasakh dengan perintah memerangi kaum kafir secara mutlak). 
Akan tetapi, menghalangi manusia dari jalan Allah dan kafir kepada-Nya, mencegah manusia masuk ke Masjid al-Haram, dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, dosanya jauh lebih besar. 
Penjelasan ini menjadi pukulan telak bagi kaum Musyrik yang sebelumnya melem-parkan opini buruk tentang umat Islam. 
Jika mereka mencela umat Islam karena menumpahkan darah di bulan haram, maka apa yang mereka lakukan jauh lebih berat dosanya. 
Sehingga merekalah yang sesungguhnya layak dicela.
Kemudian ayat ini memberitakan permusuhan abadi kaum terhadap kaum Muslim. 
Permusuhan itu sebagaimana dijelaskan dalam frase sebelumnya itu  dilatari oleh persoalan aqidah. 
Mereka tidak menginginkan manusia memeluk agama-Nya. 
Karena itu yang menjadi pangkal penyebabnya, mereka akan terus menerus memerangi umat Islam hingga murtad dari agama-Nya. 

Allah Subhanaahu Wa Ta'ala berfirman: hattâ yaruddûkum 'an dînikum in [i]stathâ'û (sampai mereka [dapat] mengembalikan kamu dari agamamu [kepada kekafiran], seandainya mereka sanggup).
Kata hattâ mengandung mafhûm ghâyah, batas akhir. Itu artinya, mereka baru berhenti memerangi umat Islam tatkala telah murtad dari agamanya. 
Sedangan kata in [i]stathâ'û memberikan pengertian bahwa mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun telah mengerahkan seluruh kemampuan mereka.

Sebagaimana dituturkan Abdur-rahman al-Sa'di, sifat demikian berlaku umum bagi setiap kaum kafir. 

Dalam QS al-Anfal [8]: 36 disebutkan bahwa orang-orang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Kaum Yahudi dan Nasrani diberitakan juga tidak akan ridha selama umat Islam belum mengikuti agama mereka (QS al-Baqarah [2]: 120). 

Oleh karena itu, apabila mereka dituruti akan mengantarkan kepada kekufuran. Allah Subhanaahu Wa Ta'ala  berfirman: Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran (QS al-Baqarah [2]: 109).

Terhapus Amalnya
Setelah memberitakan kejahatan kaum musyrik yang berusaha keras melakukan pemurtadan, Allah Subhanaahu Wa Ta'ala juga mengingatkan kaum Muslim agar jangan sekali-kali mengikuti keinginan mereka. 

Ancaman terhadap pelaku murtad sangat berat. 

Allah Subhanaahu Wa Ta'ala  berfirman: Wa man yartadid minkum 'an dînihi fayamut wahuwa kâfir[un] (barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran).

Seruan ayat ini ditujukan kepada kaum Muslim. 

Sehingga, kata dînihi (agamanya) di sini merujuk kepada Islam. 

Artinya, mereka telah keluar dari Islam menjadi kafir. Sebagai konsekuensinya, semua yang berkait dengan status kafir juga melekat padanya. Termasuk dengan semua amal yang dikerjakan. 

Allah Subhanaahu Wa Ta'ala  berfirman: faulâika habithat a'mâluhum fî al-dunyâ wa al-âkhirah (maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat).

Menurut al-Syaukani, kata habitha berarti bathala (batal, sia-sia). 

Sementara a'mâluhum di sini merujuk kepada semua amal kebaikan yang telah dilakukan selama masih menjadi Muslim. 

Syarat diterimanya amal adalah Muslim (lihat QS Ali Imran [3]: 85). 

Maka ketika murtad, semua amal pelakunya menjadi tertolak. 

Tak hanya itu, seluruh amal yang sudah dikerjakan semasa memeluk Islam pun turut terhapus. 

Makna terhapus amalnya di dunia, menurut al-Khazin dan al-Naisaburi, bahwa orang murtad itu dibunuh, dipisahkan dari pasangannya, tidak berhak atas waris dari kerabatnya yang Muslim, tidak berhak ditolong ketika meminta tolong, tidak boleh mendapatkan pujian, dan hartanya dijadi-kan sebagai fay' bagi kaum Muslim. 

Sedangkan terhapus amalnya di akhirat berarti dia tidak memperoleh pahala sedikit pun atas amal kebaikan yang telah dikerjakan.

Selain ayat ini, ketentuan ini disebutkan dalam banyak ayat, seperti firman Allah Subhanaahu Wa Ta'ala : Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi (TQS al-Maidah [5]: 5).

Penegasan serupa juga disampaikan dalam beberapa ayat lainnya, seperti QS al-A'raf [7]: 147, Muhammad [47]: 2, al-Taubah [9]: 17 dan 69..

Kekal di Neraka

Di samping seluruh amalnya terhapus, pelaku murtad juga akan ditimpa dengan azab yang amat dahsyat, yakni neraka selama-lamanya. 

Allah Subhanaahu Wa Ta'ala  berfirman: Wa ulâika ashhâb al-nâr hum fîhâ khâlidûn (dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya). 

Selain ayat ini, banyak ayat yang memberitakannya, seperti firman Allah Subhanaahu Wa Ta'ala : 
Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya, mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh (QS Ali Imran [3]: 87-88).

Frasa wahuha kâfir (dalam keadaan kafir) menghasilkan taqyîd (pembatasan). 

Bahwa ketentuan itu berlaku tatkala pelakunya mati dalam keadaan kafir. 

Apabila mereka sempat bertaubat sebelum mati, maka tidak tercakup dalam ketentuan ayat ini. 

Sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imran [3]: 90, ancaman siksa yang amat dahsyat bagi orang yang murtad itu dikecualikan bagi orang-orang yang bertobat dan mengadakan perbaikan.

Jelaslah aqidah merupakan perkara yang amat penting. Iman merupakan kenikmatan paling besar yag harus dijaga, dipelihara, dan dipupuk. 

Sebab, iman menjadi bekal utama untuk mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih besar, yang pernah dirasakan selama di dunia, surga dan ridha-Nya. 

Sebaliknya, lepasnya iman menjadi sebab bagi lenyapnya semua kenikmatan. 

Bahkan menyebabkan pelakunya ditimpa dengan azab yang maha dahsyat dan tiada tepi. Na'ûdzu bil-Lâh min dzâlika. 

Bertolak dari paparan di atas, jangan sampai kita melepaskan aqidah dengan hanya untuk mendapatkan harta, jabatan, atau pasangan. 

Semua itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kenikmatan surga yang tiada tara dan siksa neraka yang maha dahsyat. 

Wal-Laâh a'lam bi al-shawâb.

Mar 5, 2014

MENGALIRNYA TERUS MENERUS DOSA D0SA MANUSIA SAMPAI LIANG LAHAT

Sebelumnya pembahasan ini telah diuraikan oleh M Lili Nur Aulia di Majalah Tarbawi edisi 277 bab Nasihat Nurani, semoga menjadi ladang pahala bagi Bapak dan insya Allah saya di sini akan lebih menjelaskan tentang karakteristik dosa yang terus mengalir tersebut.

Alangkah baiknya pula ilmu yang bermanfaat ini, kita sampaikan kembali sehingga ganjaran yang didapat pun bisa berlipat ganda bahkan mengalir walaupun kita sudah masuk liang lahat.

Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

==============


Kita mungkin sudah sering mendengar tentang amalan yang pahalanya tidak akan terputus sekalipun ruh yang telah memasuki alam barzakh.

Tapi coba kita renungkan kembali, apa yang tersirat di pikiran kita kalau pahala yang terus mengalir itu dibarengi dengan dosa yang terus mengalir pula, ataupun dosa yang berlipat ganda namun pahala yang didapat sama sekali tidak ada.

Sungguh ini merupakan peringatan besar buat kita semua untuk kembali bermuhasabah diri dan merenungkan kembali semua amalan yang telah kita persembahkan kepada Allah Subhanaahu Wa Ta'ala.

Yang menjadi sebuah pertanyaan besar di benak kita adalah “apakah ada dosa yang bisa mengalir sampai liang lahat...?

Dosa apakah itu...?”.

Coba kita sama-sama pahami firman Allah dalam surat Yaasin ayat 12 ini
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.

Allah mengisyaratkan dalam kata وَآثَارَهُمْ yang berarti “bekas-bekas yang mereka tinggalkan”.

Apa maksud dari “bekas bekas yang mereka tinggalkan...?”.

Para ulama telah sepakat bahwa seorang manusia yang meninggal dunia akan termasuk dalam 2 kategori sebagai berikut:
  1. Kategori seseorang yang meninggal dunia, kemudian terputus semua amal kebaikan dan keburukannya.
    Dalam hal ini berarti hanya amal dan perbuatan di dunia yang akan menentukan dirinya apakah masuk surga atau neraka, apakah nikmat kubur ataukah siksa kubur yang ia dapatkan.
  2. Kategori seseorang yang meninggal dunia, tetapi masih tetap mengalir pahala ataupun dosa.
    Dalam hal ini seseorang bisa mengalami salah satu dari beberapa kategori berikut:
    • Pahala yang terus mengalir, mungkin sudah sering kita dengar tentang 3 amalan yang pahalanya terus mengalir walaupun seorang hamba tersebut sudah masuk alam kubur yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih/ah yang senantiasa mendoakan orang tuanya.
    • Pahala dan dosa yang terus mengalir, kategori ini akan bergantung pada timbangan amal baik dan buruknya, lebih berat mana antara dosa dan pahalanya.
    • Dosa yang terus mengalir, kategori inilah yang akan kita bahas sebagaimana dalam surat yaasin tadi bahwa ada bekas yang ditinggalkan dari dosa-dosa tersebut.
Allah Subhanaahu Wa Ta'ala pernah menjelaskan dalam surah An-Nahl ayat 25 yang artinya “menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun. Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu”

Rasulullah Subhanaahu Wa Ta'ala pernah bersabda “Barang siapa yang melakukan tradisi buruk dalam Islam maka atasnya balasannya dan balasan orang yang melakukan keburukan itu tanpa mengurangi sedikit pun balasan keburukan atas mereka” (HR Muslim).

Imam Abu Hamid pernah berkata pula dalam kitab Ihya Ulumuddin, “Beruntunglah orang-orang yang apabila ia mati, mati bersama dosa-dosanya.

Maka kesengsaraan panjanglah bagi orang yang mati tapi dosa-dosanya tidak mati selama ratusan tahun atau lebih lama dari itu yang membuatnya tersiksa dalam kuburnya” (Ihya Ulumuddin 2/73).

Dari ketiga uraian tersebut sudah dapat kita simpulkan bahwa dosa itu dapat mengalir sebagaimana pahala sampai kita memasuki liang lahat.

Tapi dosa apa yang membuat seseorang itu tersiksa dalam kuburnya..?

Coba kita pahami kembali hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dosa yang dimaksud adalah membuat tradisi buruk dalam Islam atau yang lebih tepatnya lagi yaitu bid’ah.

Namun tentunya bid’ah yang dimaksud adalah bid’ah yang keluar dari syariat Islam. Lain halnya dengan bid’ah hasanah.

Membuat tradisi buruk dalam Islam ini bukan hanya bid’ah tapi ajaran yang menyimpang dari syariat Islam pun bisa termasuk dalam kategori yang disebutkan oleh Rasulullah sebagai tradisi yang buruk.

Ajaran masih bersifat umum, kalau kita melirik dari sifat khususnya ajaran ini bisa dikatakan sebagai ilmu, pelajaran, tulisan, ide, teori, pemikiran, hukum dan masih banyak lagi yang intinya ajaran itu bisa diamalkan oleh orang lain.

Bilamana tradisi yang kita sampaikan itu baik atau sesuai dengan syariat Islam maka yang akan kita dapatkan adalah pahala yang tiada putu-putusnya dan apabila tradisi yang kita ajarkan ataupun yang kita sebarkan itu buruk atau menyimpang dari syariat Islam maka dosalah yang akan kita pikul.

Bukan dosa kita saja yang akan kita dapatkan tapi dosa seluruh manusia yang mengamalkan dan mengikuti tradisi buruk yang kita sampaikan, na’udzubillahi mindzalik.

Maka dalam forum ini saya ingin mengingatkan kepada seluruh kaum muslimin wabilkhusus kepada para muballigh, para da’i, para guru, orang tua, para penulis, para motivator dan umumnya kepada seluruh umat

Islam di seluruh penjuru dunia untuk kembali bermuhasabah diri, merenungkan kembali ilmu, teori, tulisan, ide, pemikiran dan sebagainya yang pernah kita sampaikan kepada anak didik kita kepada murid-murid kita, boleh jadi ajaran yang kita sampaikan adalah sesuatu yang menyimpang dari syariat Islam.

Boleh jadi buku-buku hasil olah pikir kita adalah bid’ah yang jelas-jelas sebagai tradisi buruk dalam Islam.

Boleh jadi postingan yang kita kirim ke sebuah situs adalah sebuah pemikiran yang justru jauh dari ajaran Islam.

Maka dari itu marilah kita sama-sama saling mengingatkan saling mengoreksi diri, alangkah lebih baiknya sebelum kita mengajarkan ilmu sebelum kita menulis untuk penerbitan buku ataupun yang lainnya, kita cek kembali seluruh ilmu kita, kalaupun itu hadits kita cek sanadnya ataupun seorang motivator periksa kembali teori yang kita sampaikan.

Dan kalaupun itu sudah terlanjur kita sampaikan maka segeralah bertaubat dengan taubat yang sebaik-baiknya sebagaimana Allah Subhanaahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat at Tahrim ayat 8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).

Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan menutupi semua kesalahan (dosa) jikalau hambanya tersebut mau bertaubat dengan taubat yang semurni-murninya (taubatannasuuha).

Maka sangat jelaslah bahwa maksud Allah dari وَآثَارَهُمْ ini adalah ajaran atau tradisi yang buruk dalam Islam yang pernah kita sampaikan yang membuat dosa itu terus mengalir.

Maka dari itu mari kita sama-sama bertaubat karena kita yakin bahwa Allah maha pengampun dan maha pemaaf kepada hamba-hambanya yang selalu memohon dan meminta ampunan dari kasih sayang dari-Nya.

Teruslah bermuhasabah agar ilmu yang kita sampaikan adalah ladang pahala yang tiada putus-putusnya bukan dosa yang terus mengalir.

Wallahu a’lam bisshawab.

Mar 4, 2014

SUAMI PUNYA WANITA IDAMAN LAIN

” Jangan tanyakan soal kesetiaan pada laki laki , yang penting tanggung jawab.” demikian kata kata dari wall seorang pria yang kariernya makin meningkat.

Kata kata itu tak mungkin diucapkan ketika dia baru saja merintis karier.

Mengapa ketika hidup mulai meningkat, suami suka mencari  wanita lain...?

Ada yang sekedar  fun , ada juga yang serius dijadikan wanita idaman lain. 

Dia lupa pada istri yang setia mendampingi dikala suka dan duka.

Pada umumnya lelaki yang punya WIL  sangat  pandai membohongi istri, jika di tanya pasti  tak akan mengaku  kecuali kita mendapat bukti. 

 Jangan pula kita marah dan curiga terus  pada suami.

Lebih baik doakan dia selamat pulang dan pergi , serahkan semua pada Allah Yang Maha Tahu, pasti lama lama kebohongan itu akan terungkap. In Shaa Allah.

Istri mana yang tak sakit hati jika mendapatkan bukti bahwa suami memilik wanita lain, entah di nikahi atau sekedar simpanan.  

Banyak cara  wanita mengungkapkan ketika  hatinya terluka, ada yang menangis, ada yang marah marah, terkadang anak anak menjadi sasaran.

Seorang sahabat saya sebut saja Mey yang sudah 25 tahun mendampingi suaminya Rudy
(samaran), mereka memilik 2 anak laki laki dan perempuan. 
Ketika baru menikah kehidupan mereka sangat susah, Mey harus membantu Rudy dengan bekerja di perusahaan  asuransi. .
Di tahun ke 23 pernikahan mereka,   kehidupan Rudy mulai berubah.
Bisnis  export importnya berkembang pesat.
Mey tak lagi bekerja, waktunya di isi dengan kegiatan keagamaan sambil mendamping anak anaknya yang sudah kuliah. 
Kadang dia   ke kantor suaminya jika sedang ada acara.
Ada gossip berhembus bahwa Rudy punya hubungan special dengan sekretarisnya,, sebut saja Ella (30 th )  tapi Mey tak percaya begitu saja.
Dalam pikirannya mana mungkin Ella yang sangat dikenalnya tega mengkhianatinya, tapi sebagai wanita, dia tetap waspada.
Suatu hari Mey mendapatkan bukti bahwa apa di dengarnya ternyata benar. 
Baru saja suaminya pulang kerja, Mey langsung membeberkan bukti bukti itu dan akhirnya Rudy mengaku. 
Sayang Mey terlalu emosi, dia ajak Rudy ke rumah Ella.
Di hadapan orang tua Ella, adik adik dan kakaknya, Mey memaki dan menghina  Ella dengan kata kata yang sangat kotor.  Ella menangis tapi Mey semakin emosi lalu di hadapan keluarga Ella, dia berkata pada suaminya.
” Pecat perempuan bejat ini sekarang juga...!!, ayo katakan sekarang bahwa kamu tak akan berurusan lagi dengan perempuan jalang pengganggu suami orang...!! “
Mungkin saat itu Rudy tak punya pilihan, dari pada malu di depan keluarga Ella lebih baik mengalah pada istrinya.
Namun apa yang terjadi selanjutnya...? 
Kemarahan Mey membuat Rudy kehilangan harga diri dan merasa  kasian pada Ella.
Akhirnya mereka menikah sedang  Mey  minta cerai dan kini hidup seorang diri di Amerika.

 Menurut pendapat saya, jika suami memiliki wanita lain, tak perlu kita tahu siapa wanita itu, apalagi sampai mendatangi dan memaki maki, tentu akan membuat mereka makin nempel saja.

Suami bukan barang yang bisa diperebutkan dan kita  sebagai istri wajib koreksi diri.

Lebih baik komunikasi dari hati ke hati ,  tanyakan pada suami , mengapa dia tega berbuat begitu..?

Apa salah kita sebagai istri...?

Apakah dia masih ingin mempertahankan pernikahan ini..?

Selanjutnya terserah kita, karena banyak juga wanita yang langsung minta cerai tanpa memberi kesempatan pada suami memperbaiki diri.

Banyak laki laki yang hanya tergoda sesaat kemudian menyadari perbuatannya , maka alangkah baiknya jika istri memaaafkan walau tak mudah melupakan. Jangan pernah menanyakan apa saja yang sudah dilakukan dengan wanita itu. 

Kadang sebagai istri selalu ingin tahu adegan apa saja yang sudah dimainkan oleh suami dan WILnya , padahal semua itu  hanya menambah luka hati.

Untuk para suami , berpikirlah  seribu kali sebelum bermain api. 

Kepercayaan yang hilang tak mudah kembali.

Luka hati tak mudah diobati. 

Lebih baik mencegah sebelum terjadi. Ingat selalu anak dan istri kemanapun pergi.

ALAM JIN DAN RAHASIANYA MENURUT ISLAM (Bagian#3)


Sikap Ahlus Sunnah wal Jamaah Terhadap Alam Ghaib

Para pembaca, Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Agama sempurna dan penyempurna bagi ajaran para Nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, agama yang telah memadukan antara konsep keilmuan yang benar dengan konsep keimanan yang lurus.

Keilmuan yang berasaskan keimanan, dan keimanan yang ditunjang oleh keilmuan.

Adapun keilmuan semata tanpa mempedulikan norma-norma keimanan, maka kesudahannya adalah kebinasaan, sebagaimana halnya orang-orang Yahudi dan yang sejenisnya.

Demikian pula keimanan (termasuk di dalamnya amalan) semata tanpa mempedulikan keilmuan, kesudahannya adalah kesesatan, sebagaimana halnya orang-orang Nashrani dan yang sejenisnya.

 Perpaduan antara dua konsep inilah yang menjadikan Islam sebagai agama wasathan (adil dan pilihan) dan bersih dari segala bentuk sikap berlebihan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Oleh karena itu, di antara para imam penulis kitab hadits yang menggunakan metode penyusunan berdasarkan babnya, ada yang memulai penyusunannya dengan (menyebutkan hadits-hadits tentang) pokok keilmuan dan keimanan.

Sebagaimana yang dilakukan Al-Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya, yang mana beliau memulainya dengan Kitab Bad`il Wahyi (awal mula turunnya wahyu); yang merinci tentang kondisi turunnya ilmu dan iman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mengiringinya dengan Kitabul Iman yang merupakan asas keyakinan terhadap apa yang dibawa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, setelah itu diiringi dengan Kitabul Ilmi yang merupakan perangkat untuk mengenal apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikianlah tertib penyusunan yang hakiki.

Begitu pula Al-Imam Abu Muhammad Ad-Darimi…” (Majmu’ Fatawa 2/4)

Sahabat-sahabatku, alam ghaib ibarat alam yang gelap gulita, sedangkan Al-Qur`an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ibarat dua cahaya yang terang benderang.

Dengan dua cahaya itulah berbagai peristiwa dan kejadian di alam ghaib tersebut menjadi jelas dan terang. Atas dasar itulah, setiap pribadi muslim wajib untuk mengembalikannya kepada firman Allah (Al-Qur`an) dan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Al-Hadits).

Bila demikian, berarti semua perkara ghaib haruslah ditimbang dengan timbangan Islam yaitu; Al-Qur`an dan Al-Hadits dengan pemahaman para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jika perkara ghaib (baca: yang dianggap ghaib) ternyata tidak ada keterangannya di dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka keberadaannya tidak boleh diimani dan diyakini.

Dan jika perkara ghaib tersebut diterangkan di dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits, baik berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa lampau maupun di masa datang, serta berbagai keadaan di akhirat dll, maka keberadaannya harus diimani dan diyakini, walaupun pandangan mata dan akal kita tidak menjangkaunya.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata: “Iman kepada perkara ghaib ini mencakup keimanan kepada semua yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan dari peristiwa-peristiwa ghaib di masa lampau dan di masa yang akan datang, berbagai keadaan di hari kiamat, dan tentang hakekat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Taisir Al Karimirrahman hal. 24)

Beriman dengan (adanya) perkara ghaib yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa.

Sedangkan tidak beriman dengan perkara ghaib tersebut merupakan ciri orang kafir atau ahli bid’ah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ

“Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada perkara ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (Al-Baqarah: 1-3)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Hakekat iman adalah keyakinan yang sempurna terhadap semua yang diberitakan para Rasul, yang mencakup ketundukan anggota tubuh kepadanya.

Iman yang dimaksud di sini bukanlah yang berkaitan dengan perkara yang bisa dijangkau panca indra, karena dalam perkara yang seperti ini tidak berbeda antara muslim dengan kafir.

Akan tetapi permasalahannya berkaitan dengan perkara ghaib yang tidak bisa kita lihat dan saksikan (saat ini).

Kita mengimaninya, karena (adanya) berita yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah keimanan yang membedakan antara muslim dengan kafir, yang mengandung kemurnian iman kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka, seorang mukmin (wajib) mengimani semua yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya baik yang dapat disaksikan oleh panca inderanya maupun yang tidak dapat disaksikannya.

Baik yang dapat dijangkau oleh akal dan nalarnya maupun yang tidak dapat dijangkaunya.

Hal ini berbeda dengan kaum zanadiqah (yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, -pen.) dan para pendusta perkara ghaib (yang telah diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

 Dikarenakan akalnya yang bodoh lagi dangkal serta jangkauan ilmunya yang pendek, akhirnya mereka dustakan segala apa yang tidak diketahuinya. Maka rusaklah akal-akal (pemikiran) mereka itu, dan bersihlah akal-akal (pemikiran) kaum mukminin yang selalu berpegang dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Taisir Al-Karimir Rahman hal. 23)

Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullahu berkata: “(Setiap muslim, -pen.) wajib beriman kepada semua yang diberitakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang dinukil secara shahih dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perkara tersebut dapat dilihat mata maupun yang bersifat ghaib.

Kita mengetahui (baca; meyakini) bahwa semua itu benar, baik yang dapat dijangkau akal maupun yang tidak bisa dijangkau dan tidak dimengerti hakekat maknanya.” (Syarh Lum’atul I’tiqad, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, hal. 101)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Berbagai macam berita yang diriwayatkan secara shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka benar keberadaannya dan wajib dipercayai, baik dapat dirasakan oleh panca indera kita maupun yang bersifat ghaib, baik yang dapat dijangkau oleh akal kita maupun yang tidak.” (Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 101)

Demikianlah manhaj (prinsip) yang benar di dalam menyikapi alam ghaib dan berbagai peristiwanya. Siapa saja yang berprinsip dengannya, maka dia beruntung dan berada di atas jalan yang lurus. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَالَّذِيْنَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam), memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur`an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-A’raf: 157)

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوْحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيْمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُوْرًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. صِرَاطِ اللهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ أَلاَ إِلَى اللهِ تَصِيْرُ اْلأُمُوْرُ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur`an) dan tidak pula mengetahui apakah iman, tetapi Kami menjadikan Al Qur`an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa saja yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami. 
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa hanya kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Asy-Syura: 52-53)

Penutup
Para sahabat-sahabatku, dari bahasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa:
1. Setiap muslim wajib beriman dengan (adanya) alam ghaib dan semua peristiwanya yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

 Baik yang dapat dijangkau oleh akal dan panca indra maupun yang tidak.

2. Mengedepankan akal dalam permasalahan semacam ini merupakan pangkal kesesatan.
3. Setiap muslim wajib memahami berita yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tentang alam ghaib dan peristiwanya, dengan pemahaman para shahabat Rasulullah (as-salafush shalih), karena ia merupakan jalan yang lurus.

Dan tidak dengan pemahaman ahli kalam, filsafat, atheis sufi, dan bahkan atheis dahriyyah yang menyesatkan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
________________________________________________________________________________________________
1 Kondisinya, setiap satu berita yang benar diiringi dengan seratus berita dusta. Sebagaimana hadits ‘Aisyah yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 3210, 3288, 5762, 6213, 7561 dan Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 2228.
2 Sebagaimana diterangkan dalam catatan kaki no. 1, hal. 5
3 Diringkas dari Dar`u Ta’arudhil Aqli Wan Naqli, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 5/3-4, 6/3-4, dan 1/8-13.
4 Yakni tidak menemukan solusi dari masalah yang dibahasnya.


>>>> TAMAT


ULASAN SYAHADATAIN (PENGETAHUAN ISLAM)


MAKNA ASSYAHADAT AIN
Pendahuluan
Kalimah syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam.
Kita senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan azan.
Kalimah syahadatain sering diucapkan oleh ummat Islam dalam pelbagai keadaan.
Sememangnya kita menghafal kalimah syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih, namun demikian sejauh manakah berkesan kalimah syahadatain ini difahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ummat Islam..?
Persoalan tersebut perlu dijawab dengan realiti yang ada.
Tingkah laku ummat Islam yang terpengaruh dengan jahiliyah atau cara hidup Barat yang memberi gambaran bahawa syahadah tidak memberi kesan lainnya seperti tidak menutup aurat, melakukan perkara-perkara larangan dan yang meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetiaan dan taat bukan kepada Islam, dan mengingkari rezki atau tidak menerima sesuatu yang dikenakan kepada dirinya. 

Contoh ini adalah wujud dari seseorang yang tidak memahami syahadah yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang sebenarnya dibawa oleh syahadah tersebut.
Kalimah Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam.
Tanpa syahadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh begitupun dengan rukun Iman. 
Tegaknya syahadah dalam kehidupan seorang individu maka akan menegakkan ibadah dan dien dalam hidup kita. 
Dengan syahadah maka wujud sikap ruhaniah yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya.
Menegakkan Islam maka mesti menegakkan rukun Islam terlebih dahulu, dan untuk tegaknya rukun Islam maka mesti tegak syahadah terlebih dahulu.  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengisyaratkan bahawa, Islam itu bagaikan sebuah bangunan. 
Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok iaitu syahadatain, shalat, saum, zakat dan haji ke baitul haram. 
Dalam hadits yang lain :  Shalat sebagai salah satu rukun Islam merupakan tiangnya ad dien.
Di kalangan masyarakat Arab di zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, mereka memahami betul makna dari syahadatain ini, terbukti dalam suatu peristiwa dimana Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengumpulkan ketua-ketua Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :  Wahai saudara-saudara, mahukah kalian aku beri satu kalimat, dimana de-ngan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab. 
Kemudian Abu Jahal terus menjawab :  Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku. 
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :  Ucapkanlah Laa ilaha illa Allah dan Muhammadan Rasulullah. 
Abu Jahal pun terus menjawab :  Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab.
Penolakan Abu Jahal kepada kalimah ini, bukan kerana dia tidak faham akan makna dari kalimat itu, tetapi justru sebaliknya. 
Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, taat dan patuh kepada Allah Subhanaahu Wa Ta’ala saja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya. 
Abu Jahal ingin mendapatkan loyaliti dari kaum dan bangsanya. 
Penerimaan syahadah bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya.  Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah mengaplikasikan syahadah.
Sebenarnya apabila mereka memahami bahawa loyaliti kepada Allah itu juga akan menambah kekuatan kepada diri kita. 
Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai. 
Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia sebagai muslim. 
Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi diantaranya ialah ahli hukum (Abu Amr). 
Setiap individu yang bersyahadah, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi.
Kalimah syahadah mesti difahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna yang sangat tinggi. 
Dengan syahadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat. 
Syahadah seba-gai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien. 
Oleh itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.

A-1.  AHAMMIYATU SYAHADATAIN
Objektif
Memahami kepentingan syahadah dalam hidup seorang muslim.
Memahami syahadah sebagai pintu masuk dan intisari ajaran Islam serta menjadi dasar perubahan total sesuatu ummat.

Sinopsis
Kepentingan syahadat (ahamiyah syahadah) perlu didedahkan kepada mad’u agar dapat betul-betul memahami syahadah secara konsep dan aplikasinya. 
Kenapa syahadah penting karena dengan bersyahadah seseorang boleh menyebutkan dirinya sebagai muslim, syahadah sebagai pintu bagi masuknya seseorang kedalam Islam. 
Kefahaman seorang muslim dapat melakukan perubahan-perubahan individu, keluarga ataupun masyarakat. 
Dalam sejarah para nabi dan rasul, syahadah sebagai kalimah yang diperjuangkan dan kalimah inilah yang menggerakkan dakwah nabi dan rasul. 
Akhir sekali, dengan syahadah tentunya setiap muslim akan mendapatkan banyak pahala dan ganjaran yang besar dari Allah ubhanaahu Wa Ta’ala
Hasyiah
1.   Ahamiyah Syahadah  (kepentingan bersyahadah).
Sarahan :
Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama. 
Kepentingan syahadah ini karena syahadah sebagai dasar bagi rukun Islam yang lain dan bagi tiang untuk rukun Iman dan Dien. 
Syahadatain ini menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. 
Oleh sebab itu, sangat penting syahadah dalam kehidupan setiap muslim. 
Sebab-sebab kenapa syahadah penting bagi kehidupan muslim adalah :
Pintu masuknya Islam
Intisari ajaran Islam
Dasar-dasar perubahan menyeluruh
Hakikat dakwah para rasul
Keutamaan yang besar
2.   Madkhol Ila Islam  (pintu masuk ke dalam Islam).
Sarahan :
Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain
Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain
Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir
Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rubbubiyah di alam arwah, tetapi ini sahaja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadah Uluhiyah dan syahadah Risalah di dunia.
Hadits :  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan Mu’az bin Jabal untuk mengajarkan dua kalimah syahadah, sebelum pengajaran lainnya.
Hadits :  Pernyataan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang misi Laa ilaha illa Allah dan kewajiban manusia untuk menerimanya.
Q.47 : 19, Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain.  Manusia berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain.
Q.37 : 35, Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa Allah.
Q.3 : 18, Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu yaitu para Nabi dan orang yang beriman kepada mereka.
Q.7 : 172, Manusia bersyahadah di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui keesaan Allah.  Ini perlu disempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islam.
Dalil :
3.   Kholaso Ta’lim Islam  (kefahaman muslim terhadap Islam).
Sarahan :
Kefahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada kefahamannya pada syahadatain.  Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimah yang sederhana ini.
Ada 3 hal prinsip syahadatain :
Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah sahaja.  Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepadaNya.
Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.  Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Minhajillah.
Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan.  Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.
Dalil :
Q.2:21, 51:56, Ma’na Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah.  21:25, Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid.
Q.33:21, Muhammad SAW adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan.  3:31, aktifiti hidup hendaknya mengikuti ajaran Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Q.6:162, Seluruh aktiviti hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah Subhanaahu Wa Ta’ala sahaja.  3:19, 3:85, 45:18, 6:153, Islam adalah satu-satunya syariat yang diredhai Allah.  Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.
4.   Asasul Inqilab  (dasar-dasar perubahan).
Sarahan :
Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. 
Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyrakat.
Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang. 
Perbedaan tersebut disebabkan  kefahaman terhadap makna syahadatain secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak.
Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. 
Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. 
      Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah.
Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi baik.
Q.6:122, Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang gemilang.
Q.33:23, Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang da’I, duta rasul untuk kota Madinah. 
Kemudian menjadi syuhada Uhud.  Saat syahidnya rasulullah membacakan ayat ini.
Q.37:35-37, reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimah tauhid.  85:6-10, reaksi musuh terhadap keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18:2, 8:30, musuh memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid.
Hadits : Laa ilaha illa Allah, kalimat yang dibenci penguasa zalim dan kerajaan.
Hadits : Janji Rasul bahawa kalimah tauhid akan memuliakan kaumnya.

Dalil :
5.   Haqiqat Dakwah Rasul.
Sarahan :
Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad SAW membawa misi dakwahnya adalah syahadah.
Makna syahadah yang dibawa juga sama iaitu laa ilaha illa Allah.
Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah sahaja.
Q.60:4, Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada pengabdian Allah sahaja.
Q.18:110, Para nabi membawa dakwah bahawa ilah hanya satu iaitu Allah sahaja.

Dalil :
6.   Fadailul A’dhim  (ganjaran yang besar)
Sarahan :
Banyak ganjaran-ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ganjaran dapat berupa material ataupun moral.  Misalnya kebahagiaan di dunia dan akhirat, rezeki yang halal dan keutamaan lainnya.
Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi syahadah dalam kehidupan sehari-hari.
Dielakkannya kita dari segala macam kesakitan dan kesesatan di dunia dan di akhirat.
Q: Allah Subhanaahu Wa Ta’ala memberikan banyak keutamaan dan kelebihan bagi yang bersyahadah.
H: Allah Subhanaahu Wa Ta’ala akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimah syahadah.
Dalil :
Ringkasan Dalil :
Kepentingan syahadatain  :  (Q.4:41, 2:143)
Pintu masuk ke dalam Islam      :  (a)
Intisari ajaran Islam                :  (b, 21:25)
Dasar-dasar perubahan total    :  (6:122, 13:11)  pribadi dan masyarakat
Hakikat dakwah para rasul as.  :  (21:25, 3:31, 6:19, 16:36)
Kelebihan yang besar

A-2.  MADLUL SYAHADAH
Objektif
Memahami kandungan kata “syahadah” dan kepentingannya.
Memahami pengertian iman dan hubungannya dengan syahadah.
Menyadari bahawa hanya dengan istiqomah dalam syahadah dapat mencapai kebahagiaan.

Sinopsis
Syahadatain begitu berat diperjuangkan oleh para sahabat, bahkan mereka sedia dan tidak takut terhadap segala ancaman kafir. 
Sahabat nabi misalnya Habib berani menghadapi siksaan dari Musailamah yang memotong tubuhnya satu persatu,
Bilal bin Rabah tahan menerima himpitan batu besar di tengah hari dan sederet nama lainnya. 
Mereka mempertahankan syahadatain. 
Muncullah pertanyaan kenapa mereka bersedia dan berani mempertahankan kalimah syahadah….. ? 
 Ini disebabkan kerana kalimah syahadah mengandung makna yang sangat mendalam bagi mereka. 
Syahadah bagi mereka dan arti yang sebenarnya mencakupi pengertian ikrar, sumpah dan janji. 
Majoriti umat Islam mengartikan syahadat sebagai ikrar sahaja, apabila mereka tahu bahwa syahadah juga mengandung arti sumpah dan janji, serta tahu bahawa akibat janji dan sumpah maka mereka akan benar-benar mengamalkan Islam dan beriman. 
Iman sebagai dasar dan juga hasil dari pengertian syahadah yang betul. 
Iman secara sebutan oleh mulut, juga diyakini oleh hati dan diamalkan oleh perbuatan sebagai pengertian yang sebenarnya dari iman. 
Apabila kita mengamalkan syahadah dan mendasarinya dengan iman yang konsisten dan istiqomah, maka beberaoa hasil akan dirasakan seperti keberanian, ketenangan dan optimis menjalani kehidupan.  Kemudian Allah Subhanaahu Wa Ta’ala memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan di akhirat.
Hasyiah
1.   Madlul Syahadah.
Sarahan :
Pernyataan (ikrar), iaitu suatu statemant seorang muslim mengenai keyakinannya.  Pernyataan ini sangat kuat karena didukung oleh Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). 
Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan.
Sumpah (qosam) iaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan syahadah. 
Muslim yang menyebut asyhad berarti siap dan bertanggung-jawab dalam tegaknya Islam. 
Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam.
Perjanjian yang teguh (mitsaq) iaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul.
Q.3:18, Syahadat yang berarti ikrar dari Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu tentang Laa ilaha illa Allah. 
Q.7:172, ikrar tentang Rububiyatullah manusia merupakan alasan bagi ikrar tentang keesaan Allah. 
Q.3:81, ikrar para nabi mengakui kerasulan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Q.63:1-2, syahadah berarti sumpah. 
Orang-orang munafiq berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta. 
Q.4:138-145, beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya iaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam sholat dan tidak punya pendirian. 
Orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut.
Q.5:7, 2:285, syahadah adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap sam’an wa tho’atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk. 
Q.2:93, pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.

Dalil :
2.   Iman.
Sarahan :
Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruh iman, yaitu :
Ucapan (qoul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. 
Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. 
Syahadah diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti’la-ul iman) berangkat dari semangat isyhadu biannaa muslimin.
Membenarkan (tasydiq) dengan hati tanpa keraguan.,yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah.
Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan kefahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah, amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari redha Ilahi, amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan.
Ketiga perkara diatas tidak terpisahkan sama sekali. 
Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebahagian ajaran Islam adalah munafiq I’tiqodi yang terlaknat. 
Muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amali.  Sifat nifaq dapat terjadi sementara terhadap seorang muslim oleh karena berdusta, menyalahi janji atau berkhianat.
Q.49:15, 4:65, 33:36, Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah. 
Q.3:64, sikap hidup yang merupakan cermin identiti Islam.
Q.4:123-125, Iman bukanlah hanya angan-angan, tetapi sesuatu yang tertanam di dalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk praktikal. 
Amal yang dikerjakan harus merupakan amal sholeh yang dilakukan dengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah. 
Dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa dikawal oleh Allah Subhanaahu Wa Ta’ala
Q.2:80, diantara kekeliruan ummat Islam adalah mencontoh sikap Yahudi.  Misalnya merasa bahawa neraka merupakan siksaan yang sebentar sehingga tidak apa memasukinya, atau mereka merasa akan masuk surga semata-mata karena imannya sehingga tidak perlu beramal sholeh lagi.
Q.2:8, 63:1-2, 48:11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq I’tiqodi.  Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.
Hadits.  Tanda-tanda munafiq ada tiga. 
Jika salah satu ada pada seseorang, maka ia merupakan munafiq sebahagian. 

Bila keseluruhannya terdapat, maka ia munafiq yang sesungguhnya yaitu : bila berbicara ia berdusta, bila berjanji menyalahi, dan bila diberi amanah ia berkhianat.  Ketiga tanda ini termasuk jenis munafiq amali.

Imam Hasan Basri berkata, “Iman bukanlah angan-angan, bukan pula sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan”.





Dalil :
 3.   Istiqomah.

Sarahan :
Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu dipelihara dan dijaga dengan sikap istiqomah. 
Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh. 
Tetap pada pendirian, tidak berubah dan tahan uji. 
Sikap istiqomah akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, iaitu :
Syajaah (keberanian) muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah yang selalu dibela dan didukung Allah. 
Tidak takut menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar). 
Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap qadha dan qadar Allah yang pasti. 
Tidak takut pada kematian karena kematian di jalan Allah merupakan anugerah yang selalu dirindukannya.
Itminan (ketenangan) berasal dari keyakinan terhadap perlindungan Allah yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir dan batin. 
Dengan senantiasa ingat pada Allah dan selalu berpanduan kepada petunjukNya (kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam hatinya.
Tafaul (optimis), meyakini bahawa masa depan adalah milik orang-orang yang beriman.  Kemenangan ummat Islam dan kehancuran kaum kufar sudah pasti.  Mukmin menyadari bahawa amal perbuatan yang dilakukannya tidak akan sia-sia, melainkan pasti dibalas Allah dengan pembalasan yang sempurna.
Q.11:112-113, istiqomah artinya tidak menyimpang atau cenderung pada kekufuran.  Q.17:73-74, istiqomah tetap teguh, tahan dan kuat dalam menghadapi dan melaksanakan perintah Allah.  Q.42:15, terus berjuang menyampaikan ajaran Allah dengan tidak mengikuti hawa nafsu. 

Hadits : Abi Amr atau Abi Amrah Sofyan bin Abdillah, ia berkata : “aku berkata : Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku tentang suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seseorang kecuali kepadamu’. 
Bersabdalah Rasulullah, katakanlah : aku telah beriman kepada Allah, kemudian berlaku istiqomahlah kamu”.  (Muslim).
Q.41:30-32, orang yang beristiqomah didukung Malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang dan optimis. 
Q.9:52, sumber keyakinan tentang qadha dan qadar yang menimbulkan keberanian, kecelakaan atau kemudharatan hanyalah ketentuan Allah belaka.  Q.3:157-158, kemuliaan merupakan anugerah Allah bagi orang-orang mukmin sehingga mereka tidak takut menyampaikan risalah kebenaran, lihat Q.33:39.
Q.13:28, ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah.  Q.47:7, 3:173, 33:23, ketenangan yang diperoleh karena tawakkal terhadap janji perlindungan Allah yang pasti sehingga timbul pula keberanian menghadapi musuh. 
Ibnu Taimiyah berkata, “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku terhadapku…?, sesungguhnya surga aku terletak dihatiku, dimanapun aku berada ia selalu bersamaku, sesungguhnya kematianku adalah syahid, penjaraku adalah rasa manis, sedangkan mengusirku bagiku adalah travelling.  Ibnu Qayyim mengambil perkataan seorang alim “sesungguhnya kita berada dalam kelezatan (hati) yang seandainya anak-anak raja mengetahuinya tentu mereka ingin mengambilnya dengan pedang-pedang mereka.
Q.3:160, optimis bahawa dengan pertolongan Allah tak akan ada yang dapat mengalahkan.  Q.33:22-23, contoh optimis para sahabat Rasul di perang Ahzab.  Hadits, Rasulullah yakin akan mengalahkan Rumawi dan Parsi dengan menjanjikan kepada Saraqah bin Malik akan memberikan gelang dan mahkota Parsi dengan keislamannya. 
Hal ini kemudian terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyya.




Dalil :
4.   Assa’adah.
Sarahan :
Ketiga hasil istiqomah tadi akan membuat kebahagiaan bagi orang yang memilikinya.  Jadi hanya syahadah sejati dapat menimbulkan sa’adah. 
Hanya Islam dengan konsep syahadah yang dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia maupun di akhirat.
Dalil :
Al-Qur’an banyak menyebutkan bahwa orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun di akhirat.
Ringkasan Dalil :
Kandungan kata “Syahadah”
Iqrar (pengakuan)   (3:18,81)
Sumpah                  (63:2, 24:6,8)
Perjanjian               (3:81, 5:7, 2:26-27)
Iman  (2:285)
Perkataan
Membenarkan
Amal
Istiqomah  (41:30)
Berani                    (41:30, 5:52)
Tenang                   (41:30, 13:28)
Optimis                  (41:30, 24:55)
Bahagia  (3:185)

A-3.  Makna  ILAAH
( dalam kalimat Laa Ilaaha Illallaah )
Objektif
Mampu menyebut kata dasar “ilah” dan pengertiannya.
Mampu mendefinisikan “al Ilah” dan “al Ma’bud”.
Menyadari penting pengertian al Ilah dan al Ma’bud terhadap dirinya.
Sinopsis
Kalimat Laa ilaha illa Allah tidak mungkin difahami kecuali dengan memahami terlebih dahulu ma’na ilah yang berasal dari ‘aliha’ yang memiliki berbagai macam pengertian. 
Dengan memahaminya kita mesti  mengetahui motif-motif manusia mengilahkan sesuatu.  Ada empat makna utama dari aliha iaitu sakana ilahi, istijaaro bihi, asy syauqu ilaihi dan wull’a bihi.  Aliha bermakna abaduhu (mengabdi/menyembahnya) kerana empat perasaan itu demikian mendalam dalam hatinya, maka dia rela dengan penuh kesadaran untuk menghambakan diri kepada ilah (sembahan) tersebut. 
Dalam hal ini ada tiga sikap yang mereka berikan terhadap ilahnya iaitu kamalul mahabah, kamalut tadzalul, dan kamalul khudu’.  Al ilah dengan ma’rifat iaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah sahaja, tidak boleh diberikan kepada selainNya. 
Dalam menjadikan Allah sebagai Al Ilah terkandung empat pengertian iaitu al marghub, al mahbub, al matbu’ dan al marhub. 
Al ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. 
Karena Allah adalah satu-satunya Al Ilah, tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi oleh seluruh kekuatan yang ada pada manusia.  Pengakuan Allah sebagai al Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala loyaliti, pemilik ketaatan dan pemilik hukum.
Kalimat  Laa ilaha illallah tidak mungkin tidak mungkin dipahami dengan benar kecuali dengan memahami terlebih dahulu makna ‘ ilah ’  yang berasal dari  kata ‘ aliha ‘ dan  ‘ al ilaahu’ yang memiliki makna yang luas
Setidaknya ada empat makna yang terkandung dari kata ‘ aliha – ya-lahu – ilahan’  yaitu :
 Sakana ilaihi     : merasa tenteram kepadanya, (10:7 ~ manusia yang meng ilah kan kehidupan dunia merasa tenteram dengan dunia ini)
istijaara bihi    : melindungkan diri padanya, (72:6 ~ manusia meng ilah kan jin dengan meminta perlindungan kepadanya; 36:74-75, 7:197 ~ orang-orang musyrik mengambil pertolongan dari selain Alah padahal semua tidak dapat menolongnya)
Asy syauqu ilaihi           : selalu rindu padanya, (2:93, 7:138 , 29:25, 26:71, 2 :163,164 ~ kerinduan yang berlebihan terhadap ‘ijla/ anak sapi yang dijadikannya ilaah)
Wuli’a bihi                     : mencintainya, ( 2:165 ~ mencintai tandingan Allah sebagaimana mencintai Allah)
Ketika 4 perasaan tersebut lahir pada hati seseorang, maka pada saat itulah seseorang berada dalam situasi ‘ abadahu ’ 
artinya : mengabdi / menyembah, yaitu :
v  Dia merasa tenteram kepadanya ( sakana ilaihi ), ketika ‘ ilah ‘ tersebut di-ingat-ingat olehnya ia merasa senang, manakala mendengar namanya disebut / dipuji orang ia merasa tenteram. Merasa dilindungi oleh nya
v  Merasa dilindungi olehnya ( istijaara bihi ), karena  ‘ ilah ‘ tersebut dianggap punya kuasa & kekuatan yang mampu menolong dirinya, mengeluarkannya dari kesulitan
v  Merasa selalu rindu kepadanya ( asy syauqu ilaihi ), ada keinginan untuk selalu bertemu dengannya
v  Merasa cinta dan cenderung kepadanya ( wuli’a bihi )
Perasaan-perasaan seperti inilah menyebabkan dia akan rela dengan penuh kesadaran untuk menghambakan diri kepada sesuatu yang dijadikan ‘ ilah ‘ tersebut.
Dalam masalah  ini ada tiga sikap ‘ abadahu ‘ atau pengabdian yang akan diberikan terhadap ‘ ilah’ , yaitu :
Kamaalul mahabbati     : ( 2:165, 8:2, 39:45 ~ dia akan mencintainya dengan sempurna, sehingga siap melaksanakan seluruh konsekwensinya )
Kamaalut tadzaluli        : ( 71:23, 21:59,68 ~ dia akan merendahkan dirinya dengan sempurna di hadapan ‘ ilah ‘ tersebut, dan memuliakan, menghormati dengan setinggi-tingginya dan mengorbankan apapun untuk menjaga kehormatannya )
Kamaalul khudhuu’i       :  ( 36:60, 6:137 ~dia akan menundukkan diri dan patuh dengan sempurna, selalu mendengar & ta’at tanpa reserve )
Maka siapapun dan apapun sangat mungkin untuk menjadi ‘ ilah ’ bagi manusia, ketika ‘hati-nya’ terpenjara oleh sesuatu yang menjadi makna ‘ ilah ’ diatas.
Oleh karena itu Al Islam datang untuk meluruskan & memberikan arah bahwa sesungguhnya tidak layak dan tidak pantas bagi manusia untuk terpenjara hatinya & mengabdikan diri kepada siapapun dan apapun….artinya hatinya terbebas & merdeka dari segala pengabdian manusia atas manusia, untuk kemudian hanya mengabdi kepada Allah swt saja…dan Allah yang menjadi ‘al ilaahu’ nya.
Allah sebagai ‘al ilaahu’ artinya menjadikan –Nya sebagai :
v  Al Marghuubu  : ( 2:186, 40:10, 21:90, 94:8 ~ yaitu satu-satunya zat dimana seluruh harapan digantungkan, karena Dia-lah satu-satunya  yang berkuasa untuk menentukan apapun )
v  Al Mahbuubu    : ( 2 :165, 8:2 ~yaitu  satu-satunya zat yang paling dicintai-Nya, sehingga dia akan mencintai siapapun / apapun yang dicintai Allah subhaanahu wa ta’ala dan akan membenci siapapun / apapun yang di benci oleh Allah subhanaahu wa ta’ala…wujud cinta sejati ).
v  Al Matbuu’u      : ( 51:50 ~ yaitu satu-satunya zat yang diikuti atau dita’ati semua statementnya baik perintah maupun larangannya secara mutlak )
v  Al Marhuubu    : ( 2:40, 9:13, 33:39 ~ yaitu satu-satunya zat yang paling ditakuti, sehingga dia akan sangat berhati-hati terhadap sikap & perilaku apapun yang akan menyebabkan kemarahan-Nya dan akan berusaha melakukan apapun yang akan menyebabkan keridhaan-Nya…rasa takut yang demikian inilah  yang justru akan membuatnya semakin dekat dengan Allah subhanaahu wa ta’ala ).
Dan ketika seluruh perasaan tersebut terjalin menjadi satu dalam qalbu manusia, terintegrasi dalam seluruh perasaan & kesadarannya maka baru pada saat itulah Allah subhanaahu wa ta’ala benar-benar telah menjadi sembahan & tempat pengabdiannya…’ al Ma’buudu ’ ( 16:36 ) yang akan teraplikasi dalam sikap :
ü  Loyalitas Total kepada Allah swt, karena memang Dia-lah  ‘shaahibul wilaayati’ ( 7:196, 2:257 )
ü  Keta’atan Sempurna kepada Allah swt, karena memang Dia-lah ‘shaahibuth thaa’ati’ ( 7:54 )
ü  Menyerahkan Otoritas Sepenuhnya kepada Allah swt atas segala aturan kehidupan di alam semesta ini, karena memang Dia-lah ‘shaahibul haakimiyati’  ( 12:40, 24:1,5:44,45,47 )
——-
1.   Aliha.
Sarahan :
Mereka tenteram kepadanya (sakana ilaihi) iaitu ketika ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang dan manakala mendengar namanya disebut atau dipuji orang ia merasa tenteram.
Merasa dilindungi oleh-Nya (istijaaro bihi), karena ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.
Merasa selalu rindu kepadanya (assyauqu ilaihi), ada keinginan selalu bertemu dengannya, samada berterusan atau tidak.  Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya.
Merasa cinta dan cenderung kepadanya (wull’a bihi).  Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya.  Ia selalu beranggapan bahawa pujaannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.
Perkataan orang Arab : “saya merasa tenteram kepadanya”, “si fulan meminta perlindungan kepadanya”, “si fulan merasa rindu kepadanya”, “anak itu cenderung kepada ibunya”.
Q.10:7-8, manusia yang mengilahkan kehidupan dunia merasa tenteram dengan hidup dunia, Q.7:138, bani Israel yang bodoh menghendaki adanya ilah yang dapat menenteramkan hati mereka.
Q.72:6, manusia memperilah jin dengan meminta perlindungan kepadanya.  Q.36:74-75, orang-orang musyrik mengambil pertolongan dari selain Allah padahal semuanya tidak dapat menolong kita, lihat Q.7:197.
Q.2:93, 20:91, bani Israel larut dalam kerinduan yang berlebihan terhadap ijla (anak lembu) yang dijadikannya ilah.  Q.26:71, para penyembah berhala sangat tekun melakukan pengabdian karena selalu rindu padanya.
Q.29:25, berhala-berhala adalah menyatukan bangsa yang sangat disenangi oleh orang-orang musyrik.  Q.2:165, tandingan (andad) merupakan sembahan-sembahan selain Allah yang dicintai oleh orang-orang musyrik sama dengan mencintai Allah karena mereka sangat cenderung atau dikuasai olehnya.

Dalil :
2.   Abadahu.
Sarahan :
Dia amat sangat mencintainya (kamalul mahabbah), sehingga semua akibat cinta siap dilaksanakannya.  Maka diapun siap berkorban memberi loyaliti, taat dan patuh dan sebagainya.
Dia amat sangat merendahkan diri di hadapan ilahnya (kamalut tadzulul).  Sehingga menganggap dirinya sendiri tidak berharga, sedia bersikap rendah serendah-rendahnya untuk pujaannya itu.
Dia amat sangat tunduk, patuh (kamalul khudu’).  Sehingga akan selalu mendengar dan taat tanpa reserve, serta melaksanakan perintah-perintah yang menurutnya bersumber dari sang ilah.
Perkataan orang Arab aliha adalah abadahu.  Seperti aliha rajulu ya-lahu  (lelaki itu menghambakan diri pada ilahnya).
Q.39:45, orang kafir yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai ilahnya demikian senangnya apabila mendengar nama kecintaannya serta tidak suka apabila nama Allah disebut. 
Hadits, sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Celakalah hamba dinar (wang emas), celakalah hamba dirham (wang perak), celakalah hamba pakaian (mode). 
Kalau diberi maka ia redha, sedangkan apabila tidak diberi maka ia akan kesal. 
Ini disebabkan kecintaan yang amat sangat terhadap barang-barang tersebut.
Q.71:23, orang-orang kafir sangat menghormati berhala-berhalanya sembahannya.  Q.21:59, 68, reaksi orang musyrik yang marah karena berhala-berhalanya dipermalukan oleh Nabi Ibrahim AS.  Mereka menghukum Nabiyullah untuk membela berhala-berhala.  Ini karena rasa rendah diri dan hormat terhadap berhala-berhala tersebut.
Q.36:60, orang-orang kafir pada hakikatnya mengabdi kepada syaithan yang memperdaya mereka. 
Q.6:137, orang-orang kafir demikian patuhnya sehingga bersedia membunuh anak-anaknya untuk mengikuti program ilah-ilah sembahannya.

Dalil :


3.   Al Ilah.
Sarahan :
Al Marghub iaitu dzat yang senantiasa diharapkan. 
Karena Allah selalu memberikan kasih sayangNya dan di tangan Nyalah segala kebaikan.
Al Mahbub, dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji. 
Dia telah memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya.
Al Matbu’ yang selalu diikuti atau ditaati. 
Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala kemampuan sedang semua laranganNya akan selalu dijauhi. 
Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. 
Allah saja yang sesuai diikuti secara mutlak, dicari dan dikejar keredhaanNya.
Al Marhub, sesuatu yang sangat ditakuti. 
Hanya Allah sahaja yang berhak ditakuti secara syar’i. 
Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap hal-hal yang akan membawa kemarahanNya. 
Rasa takut ini bukan membuat ia lari, tetapi membuatnya selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Q.2:163-164, Allah adalah ilah yang esa tiada Ilah selain Dia, dengan rahmat dan kasih sayangnya yang teramat luas.
Q.2:186, 40:60, 94:7-8, hanya Allah yang sesuai diharap karena Ia maha memberi atau mengabulkan do’a hambaNya. 
Q.21:90-91, orang-orang mukmin menghambakan diri kepada Allah dengan harap dan cemas.
Q.2:165, Allah adalah kecintaan orang yang mukmin dengan kecintaan yang amat sangat.  Q.8:2, sehingga ketika disebut nama Allah bergetar hatinya. 
Q.9:24, Allah berada diatas segala kecintaan.
Q.51:50, perintah Allah untuk bersegera menuju Allah karena hanya Allah sahaja yang sesuai diikuti. 
Q.37:99, menuju Allah untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti.
Q.2:40, 9:13, 33:39, hanya Allah sahaja yang sesuai ditakuti dengan mendekatkan diri kepadaNya.

Dalil :
4.   Al Ma’bud.
Sarahan :
Pemilik kepada segala loyaliti, perwalian atau pemegang otoriti atas seluruh makhluk termasuk dirinya. 
Dengan demikian loyaliti mukminan hanya diberikan kepada Allah dengan kesadaran bahawa loyaliti yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan.
Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta.  Mukmin meyakini bahawa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah sahaja. 
Seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahawa mentaati mereka yang mendurhakai Allah adalah kedurhakaan terhadap Allah.
Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. 
Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan aturan bagi seluruh ciptaanNya.  Maka hanya hukum dan undang-undangNya sahaja yang adil. 
Orang mukmin menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan tunggal di alam semesta dan menolak kerajaan manusia.
Q.109:1-6, pernyataan mukmin bahawa pengabdianNya hanya untuk Allah sahaja dan sekali-kali tidak akan mengabdi selainNya. 
Q.16:36, Rasul diutus dengan risalah pengabdian pada Allah sahaja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah. 
Q.2:21, perintah Allah untuk mengabdi kepadaNya sahaja dengan tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan.
Q.7:196, pernyataan mukmin bahawa wali (pemimpin) nya hanya Allah sahaja.  Q.2:257, berwalikan kepada Allah melepaskan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Q.7:54, hak menciptakan dan hak memerintah hanyalah milik Allah.  Mukmin hanya mengakui kerajaan Allah. 
Hadits, mukmin hanya akan taat pada sesuatu yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil amri.  Mukmin tidaklah akan mentaati perintah maksiat kepada Allah.
Q.12:40, hak menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah.  Q.24:1, Allah mewajibkan manusia melaksanakan hukum-hukumNya. 
Q.5:44,45,47 mereka yang menolak aturan atau hukum Allah adalah kafir, zalim dan fasik.  Ini artinya pemerintahan Allah sahaja yang boleh tegak sedang pemerintahan manusia adalah batil.

Dalil :
Ringkasan Dalil :
Kandungan makna (aliha, ya-lahu, ilahan) :
Merasa tenang padanya      (10:7)
Melindungi diri padanya     (72:6)
Selalu rindu padanya                      (7:138)
Mencintainya                      (2:165)
(Aliha) membawa arti (Abadahu) :
Sempurna mencintai
Sempurna menghinakan diri
Sempurna menundukkan diri
Kandungan kata (Al-Ilah) :
Yang diharapkan
Yang ditakuti
Yang diikuti
Yang dicintai
(Al Ilah) membawa arti (Al Ma’bud) :
Yang layak diberikan kepadanya wala’
Yang wajib diberikan kepadanya ketaatan
Yang wajib diberikan kepadanya authoriti

Al Walaa’ wal Baraa’
Objektif
Memahami bahawa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah adalah dasar seluruh ajaran Islam.
Menyedari bahawa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
Menyadari bahwa memberikan loyaliti kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang ikhlas kepada Allah serta mengikut sunnah adalah wajib.
Sinopsis
Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. 
Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah. 
Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi. 
Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). 
Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. 
Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya. 
Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain.  Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. 
Artinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
 Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya. 
Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.
Hadits :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam   : “ Innamaa uriidu an taquula kalimatan waahidatan tantahu bihar ruumu wal farsu “
Abu Jahl          : “ Wallaahi  wa ‘asyru kalimaatin “
Rasulullad saw  : “Innamaa uriidu an taquula Laa ilaaha illallaahu “
Abu Jahl          : ”Haadzaa amrun takruhumul muluuku”
◊      Laa ilaaha illallaah adalah sebuah kalimat yang menjadi inti ajaran semua nabi & rasul utusan Allah adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan ( 21:25, 16:36, 7:59,65,73,85,158 )
◊      21 : 25 “ Dan tidak Kami utus Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwa : Tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu sembahlah Aku (Wamaa arsalnaa min qablika min rasuulin illaa nuhii ilaihi  : annahu laa ilaaha illaa ana fa’buduun) “.
◊      16 : 36  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat  ( wa laqad ba’atsnaa fii kulli ummatin rasuulan )  (untuk menyerukan) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ( ani’budullaha wajtanibuth thaaghuuta ) maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) “.
◊      7 : 59  “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : ‘wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), sesungguhnya ;kalau kamu tidak menyembah Allah; aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar;kiamat; “.
◊      7 : 65  “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum ‘Aad, saudara mereka : Hud, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya ?”.
◊      7 : 73 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum Tsamud, saudara mereka : Shaleh, ia berkata : ‘hai kaumku   sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ).
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu.
Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun ;yang karenanya; kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”
◊      7 : 85  “Dan ;Kami telah mengutus; kepada penduduk Madyan, saudara mereka : Syu’aib, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ).
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Maka sempurnakanlah takaran & timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran & timbangannya dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu oprang-orang yang beriman “.
◊      7 : 158  ‘ Katakanlah : ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit & bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan & mematikan. (Qul yaa ayyuhan-naasu innii rasuulullaahi ilaikum jami’an, alladazii lahuu mulkus-samaawaati wal-ardhi, laa illaahuwa yuhyii wa yumiitu)
Karena itu berimanlah kamu kepada Allah & Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk ‘
◊      Jadi intinya adalah mengesakan Allah, mentauhid kan Allah, memusnahkan kesmusyrikan, satu-satunya dosa yang tidak diampuni Allah (4:48, 116, 5:76) bahaya menyimpang dari Tauhid .
◊      5 : 76  “Katakanlah :,mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat…? (Qul ata’buduuna min duunillaahi maa laa yamliku lakum dharran wa laa naf’an ). Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
◊      4 : 48  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “.
◊      4 : 116  “Sesungguhnya   Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan ;sesuatu; dengan Dia ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya ( wa yaghfiru maa duuna dzalika li man yasyaa-u ).
Barangsiapa yang mempersekutukan ;sesuatu; dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya “.
◊      Hadits.  Barang-siapa yang mencintai karena Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.
◊      Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ terdiri dari 3 jenis huruf saja (alif, lam, ha) dan 4 kata (laa, ilah, illa, Allah), tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam, oleh karena itu Allah menyuruh kita untuk memahaminya (47:19) – dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.
47 : 19  “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan ;yang haq; melainkan Allah ( fa’lam annahuu laa ilaha  illallaahi ) dan mohonlah ampunan bagi dosamu ( wastaghfiru lidzambika ) dan bagi (dosa) orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan.
Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu “.
◊      Kalimat  ‘Laa ilaaha illallaah’  bukanlah deretan ‘mantra’ yang mempunyai kekuatan ghaib tertentu, tetapi ia adalah sebuah pernyataan, sebuah komitmen  !!
◊      Laa  ~  kata penolakan ( kalimatun nafii ) yang artinya : meniadakan, menolak & menafikan semua hal yang ada dibelakang kata tsb
◊      Ilaaha ~  kata yang ditolak  ( kalimatul manfii ) yang artinya : seluruh bentuk ‘ilaah’ atau sembahan yang ditolak oleh kata Laa
◊      Illa ~  kata peneguhan ( kalimatul itsbaatu ) yang artinya : pengecualian yang bermakna meneguhkan & menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak
◊      Allah ~  kata yang diteguhkan ( kalimatul mutsbit ) yang artinya : bahwa Allah sebagi satu-satunya yang dikecualikan oleh kata ‘ illa’ , sehingga Dia-lah satu-satunya  ‘ilaah’ .
◊      Dua kata pertama : ‘ Laa Ilaaha ‘ =  tidak ada  ‘ilaah’  yang bermakna  sebuah  sikap  Baraa’ ~ yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan.  ‘melepaskan diri’ dari segala bentuk ikatan  sembahan / pengabdian. Pembebasan ini berarti : mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi.
Melepaskan diri itu dalam bentuk sikap  :
al kufru                       : pengingkaran,
al ‘adaawatu             : permusuhan,
al mufaashalatu     : memutuskan hubungan,
al bughdhu                : kebencian.
Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah baik berupa sistem, konsep maupun pelaksana.
◊      Sikap bara’ berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik.
9:1. (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
◊      Sikap bara’ adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
9:7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah.
Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
◊      Ke-empat sikap ini ditujukan kepada semua ‘ilaah’ selain Allah, segala bentuk berhala : patung, konsep atau thagut. ( 60:4 ) contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya. 
Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. (58:22 ) sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya.  Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik.  Semua ini berlangsung di medan perang.
◊      60 : 4  “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia , ketika mereka berkata kepada kaum mereka (Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima wal-ladziina ma’ahuu idz qaaluu li qaumihim): ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang akmu sembah selain Allah, kami ingkari ;kekafiran; mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selam-lamnya sampai kamu beriman kepada Allah saja. ( inna bara-aa-u minkum wa mimmaa ta’buduuna min duunillaahi  kafarnaa bikum  wa badaa bainanaa wa bainakumul ‘adaawatu wal baghdhaa-u abadan hatta tu’-minuu billahi wahdahu ).
Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu ;siksaan; Allah. ;Ibrahim berkata; ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali “.
◊      Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya  26:77. “ karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, “.
◊      58 : 22  “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akherat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah & RasulNya ( laa tajidu qauman tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiiri yuwaadduuna man haaddallaaha wa rasuulahu), sekalipun orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka ( walau kaanuu aabaa-ahum wa abnaa-ahum wa ikhwaanahum au ‘asyiiratahum ) .
Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka & menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripadaNya (Ulaaika kataba fii quluubihimul iimaanaa wa ayyadahum bi ruuhin-minhu).
Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap ;limpahan rahmat;Nya.
Mereka itulah golongan Allah ( ulaa-ika hizbullaahi ), ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung “.
◊      9 : 1  “ (Inilah pernyataan)  pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) ( baraa-atum minallahi wa rasulii ilal-ladziina ‘aahadtum minal musyrikiina )”.
◊      2 : 167  “ Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti ; ‘seandainya kami dapat kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami’ (Wa qaalal-ladziinat taba’uu lau anna lanaa karratan fanatabarra-a minhum kamaa tabarra-uu minnaa).
Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka “.
◊      Dalam tataran aplikatif, sikap baraa’ itu diwujudkan dengan  ‘ Al Hadmu ‘ atau  upaya  penghancuran, pemusnahan terhadap segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan Allah.
21 : 56-58  “Ibrahim berkata : sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit & bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu ( wa tallaahi la-akiidanna ash-naamakum ) sesudah kamu pergi meninggalkannya Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain (faja’alahum judzaadzan illaa kabiiran lahum) agar mereka kembali ;untuk bertanya; kepadanya “.
Catatan : Nabi Ibrahim as, berusaha menghancurkan berhala-berhala yang membodohkan masyarakatnya dan inilah cara terbaik untuk situasi saat itu, akan tetapi Rasulullah saw membersihkan aqidah & fikrah umatnya dahulu sebelum menghancurkan 360 berhala di sekitar ka’bah pada masa fathu mekkah.
◊      Dua kata berikutnya : ‘ Illa Allah ‘ ~  Illallaah ‘  yang berarti pengukuhan terhadap ‘waliyatullah’ / kepemimpinan Allah dan  memberikan loyalitas secara total kepada Allah saja ~ Al Walaa’ .
Al Wala  (loyaliti)
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah).  Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong. 
Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti Rasul dan orang yang beriman.
Dalil :
Q.5:7, 2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
Q.10:61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat kepada Nya.
Q.2:165, wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
Q.61:14, sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.
◊      Memberikan walaa’ atau loyalitas itu adalah dengan sikap :
ath thaa’atu                       : ta’at,  ( 7:2, 59:7, 33:36, 4:59, 5:7 )
◊      7 : 2  “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu ( ittabi’uu maa unzila ilaikum min rabbikum ) dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya ( wa laa tattabi’uu min duunihi auliyaa-a ). Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran ;daripadanya; “.
◊      59 : 7  “Apa saja harta rampasan perang ;fa-I; yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari ppenduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah , dan bertakwalah kepadaAllah ( wa maa aataa kumur rasuulu fa khudzuuhu wa maa nahaakum ‘anhu fantahuu wat taqullaha ), sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya “.
◊      33 : 36  “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak ;pula; bagi perempuan yang mu’min apabila Allah dan Rasul_nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan ;yang lain; tentang urusan mereka ( wa maa kaana limu’-minin wa laa mu’-minatin idzaa qadhaallaahu wa rasuuluhuu amran an yakuuna lahumul khiyaaratu min amrihim ) . Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh lah dia telah sesat, sesat yang nyata “.
◊      4 : 59  “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul;Nya; dan ulil amri di antara kamu ( yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’ur rasuula wa ulil amri minkum ). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah ;al qur’an; dan Rasul ;sunnahnya; jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian (  fain tanaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaahi wa rasuulihi in kuntum tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiri ). Yang demikian itu lebih utama ;bagimu; dan lebih baik akibatnya “.
◊      5 : 7  “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu ( wadzkuruu ni’matallahi ‘alaikum ) dan perjanjianNya yang telah di-ikat-Nya dengan kamu ( wa miitsaaqahul-ladzii waatsaqakum bihi ), ketika kamu mengatakan : kami dengar & kami taati ( idz qultum sami’naa wa atha’naa ).
Dan bertawakal lah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui :isi hatimu; “
an nushratu                : membela, mendukung, menolong  ( 47:7, 61:14, 22:78 )
◊      47 : 7  “Hai orang-orang beriman jika kamu menolong ;agama; Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( yaa ayyuhalladziina aamanuu in tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum )
◊      61 : 14  “ Hai orang-orang beriman jadilah kamu penolong-penolong ;agama; Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia : siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku ;untuk menegakkan agama; Allah ?. Pengikut-pengikut yang setia itu berkata : kamilah penolong-penolong agama Allah. Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan ;yang lain; kafir, maka Kammi berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang “.
◊      22 : 78  “ Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya ( wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihi ).
Dia telah memilih kamu ( huwajtabaakum ) dan Dia  sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan ( wa maa ja’alaa ‘alaikum fiddiini min haraj ). ;Ikutilah; agama orang tuamu, Ibrahim.
Dia ;Allah: telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan ;begitu pula; dalam ;al qur’an; ini ( huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa )  supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong “.
al qurbu           : mendekatkan diri ( 2:186)
2 : 186  “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ;jawablah; bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang yang berdo’a  apabila ia memohon kepadaKu ( ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aani ), maka hendaklah mereka itu memenuhi ;segala perintah;  Ku ( fal yastajiibuulii ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu ( wal yu’ minuubii ) agar mereka selalu berada dalam kebenaran “.
al mahabbatu      : mencintai sepenuh hati (2:165, 9:24, 3:31)
◊      2 : 165  “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah ( yuhibbuunahum kahubbillaahi ). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah ( asyaddu hubban lillaahi ). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya ( annal quwwata lillaahi jamii’an ) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ;niscaya mereka menyesal;’.
◊      9 : 24  ‘ Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai ( qul in kaanaa aabaa-ukum wa abnaa-ukum wa ikhwaanukum wa azwaajukum wa ‘asyiiratukum wa amwaaluniqtumuuha wa tijaaratun takhsyauna kasaadahaa wa masaakinu tardhaunahaa ), adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan ;dari; berjihad di jalanNya ( ahabba ilaikum minallahi wa rasuulihi wa jihaadin fii sabiilihi ) maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya ( fa tarabbashuu hattaa ya’-tiyallaahu bi amrihi ) , dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik’.
◊      3 : 31  “Katakanlah : jika kamu ;benar-benar; mencintai Allah ikutilah aku ( qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii ) niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu ( yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum ). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.
◊      Ke-empat sikap ( at-tha’atu, an-nushratu, al qurbu, al mahabbatu) ini ditujukan sepenuhnya hanya kepada Allah dan kepada segal sesuatu yang diperkenankan oleh Allah, mis : kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.
◊      Dalam tataran aplikatif, sikap walaa’ atau loyalitas itu melahirkan sebuah upaya “ Al Binaa’ “  atau membangun  segala sesuatu yang akan menguatkan pengabdian kepada Allah. Membangun system dan aktifitas yang menyeluruh baik dalam skala individu, keluarga, masyarakat maupun negara ( 8:39  “…hataa laa takuuna fitnah, wa yakuunad-diinu kulluhuu lillaah)

Al Bina  (membangun).
Sikap wala beserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin.  Juga berarti membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat.
Q.22:41, ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah.
Q.24:55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah.
Q.22:78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun dienullah.
◊      Oleh karena itu, ciri seorang mu’min sejati adalah : senantiasa berusaha menegakkan  agama Allah terhadap dirinya, lingkungannya dan alam semesta ini  (22:41)
22 : 41  “`(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ( Alladziina in makkannahum fil ardhi ), niscaya mereka mendirikan shalat ( aqaamush shalaata ), menunaikan zakat ( wa aatuz zakaata ), menyuruh berbuat yang ma’ruf & mencegah dari perbuatan yang munkar (  wa amaruu bil ma’ruufi wa nahau ‘anil munkari ) dan kepada Allah-lah kembali segala urusan  ( wa lillaahi ‘aaqibatul umuuri ) “.
◊      Sehingga bentuk pengabdian yang sempurna kepada Allah atau ‘ Al Ikhlash ’  hanya dapat dicapai dengan sikap “ baraa’ “ terhadap selain Allah dan memberikan walaa’  atau loyalitas total kepada Allah  ( 98:5, 39:11,12,14 )
◊      98 : 5  “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ( wa maa umiruu illaa liya’budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a ), dan supaya meeka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus “.
◊      39 : 11  “Katakanlah : sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama ( qul innii umirtu an  a’-budallaaha mukhlishal lahud diina )“.
◊      39 : 12  “Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (wa umirtu li an-akuuna awwalal muslimiin)“.
◊      39 : 14  “Katakanlah : hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ;menjalankan; agamaku  (qul illaaha a’-budu mukhlishal-lahuu diinii ) “.
ü  5 : 78-79  “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam (Lu’inal-ladziina kafaruu min banii israaiila ‘ala lisaani Daawuda wa ‘Iisa-bni Maryam). Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka & selalu melampaui batas (Dzaalika bimaa ‘ashauw-wa kaanuu ya’taduun) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat ( Kaanuu laa yatanaa hauna ‘an munkarin fa’aluuhu ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat ( labi‘-sa maa kaanuu yaf’aluuna )“
ü  4 : 95  “ Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka & jiwanya (Laa yastawiil-qaa’iduuna minal-mu’-miniina ghairu ulidh-dharari wal-mujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalihim wa anfusihi ). Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta & jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat ( fadh-dhalallaahul mujaahidiina bi amwaalihim wa anfusihim ‘alal-qaa’idiina darajah ). Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar ( wa fadh-dhalallahul mujaahidiina ‘alal qaa’idiina ajran ‘adzhiima )“
Ikhlas.
Keikhlasan iaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala sepenuhnya kepada Allah.
Q.98:5, mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah.
Q.39:11,14, sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.
1.   Muhammad Rasulullah.

Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk :
Allah sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
Rasul sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
Mukmin sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.

Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir.  Hizbullah dengan Hizbus Syaithan.  Orang-orang mukmin adalah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya.
Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara hikmah dan pengajaran yang baik.  Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
Hubungan kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya.  Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Q.5:55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman.
Q.4:59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin.
Q.5:56, orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22.  Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan.
Q.60:7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu.  Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.
Dalil :
Ringkasan Dalil :
Laa ilaha illa Allah :  (Laa) adalah perkataan penolakan, (ilaha) adalah yang ditolak.
Al Baro’(melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
Mengingkari
Membenci
Memusuhi
Memutus hubungan
Menghancurkan
Illa (melainkan) adalah ungkapan pengukuhan (isbat).
Allah adalah yang dikukuhkan (diisbatkan).
Al Wala’/loyaliti(7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165, 3:31) adalah :
Taat
Mendekati
Membela
Mencintai
Membangun
Menghancurkan dan membangun adalah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).
Muhammadu Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
Allah adalah sumber nilainya                      (2:147, 7:2)
Rasul adalah contoh pelaksanaannya           (33:21, 59:7)
Orang mukmin adalah pelaksananya            (33:36, 35:32)
Kaifiyat “Membina” dan “Menghancurkan” adalah dengan “ittiba’  (3:31).

A-5.  KALIMATULLAH HIYAL ULYA
Objektif
Memahami bahwa dua kalimah syahadah adalah konsep Allah yang wajib dijunjung tinggi.
Memahami perbedaan antara konsep tauhid dengan konsep syirik baik dalam teori maupun praktikal.
Menyadari bahawa jahiliyah itu lemah dan rendah sedangkan Islam dengan konsep syahadatain itu kuat, kukuh dan tinggi.
Sinopsis
Kalimah Allah adalah yang paling tinggi.  Islam sebagai dien mempunyai konsep yang jelas, lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya.  Sedangkan konsep atau sistem selain Islam adalah buatan manusia yang tidak lengkap, tidak jelas dan bersifat berubah atau sementara.  Konsep Islam dilandasi oleh syahadatain, sedangkan selain Islam menjadikan pemikiran jahiliyah dasarnya.  Syahadah adalah kalimah yang tinggi yang dijadikan sebagai kalimah tauhid dan kalimah taqwa.  Gambaran kalimah tauhid ini di dalam Al-Qur’an adalah kalimah toyyibah iaitu kalimah yang teguh dan kuat.  Pemikiran jahiliyah sebagai landasan dari konsep selain Islam merupakan kalimat syirik yang menjadi saingan konsep dan sistem Islam.  Konsep jahili berdasarkan semangat jahiliyah seperti materialisme, kapitalisme, komunisme dan isme lainnya.  Isme-isme ini tidak mempunyai kekuatan sebagai kalimah khobitsah yang lemah dan tidak kuat.
Hasyiah
1.   Dua Kalimah Syahadah.
Sarahan :
Dua kalimah syahadah merupakan inti dari dienul Islam.  Dasar utamanya adalah wahyu yang dalam bentuk kitab dan sunnah.  Islam mengandungi ketinggian nilai yang tidak dapat dibandingkan dengan konsep, sistem dan agama lainnya.
Pemikiran-pemikiran jahiliyah adalah inti daripada konsep dan pandangan jahiliyah.  Termasuk dalam kelompok ini adalah segala bentuk isme (faham) misalnya materialisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, humanisme, idealisme dan berbagai bentuk ideologi samada bersifat lokal maupun bersifat internasional.  Dasar utamanya adalag ro’yu (akal) sahaja.
Q.3:18, pernyataan Allah tentang keesaanNya menunjukkan bahawa ini merupakan inti dari seluruh ajaran Islam.
Q.42:52,55, dasar Islam adalah wahyu dan bukan ra’yu.
Q.53:4, perkataan Rasulullah sebagai salah satu sumber nilai Islam bukanlah merupakan hawa nafsu melainkan juga wahyu.
Hadits.  Sabda Rasulullah kepada Abdullah bin Amru bin Ash : “Tulislah, demi Allah yang jiwaku berada ditanganNya.  Tidak keluar dari lidahku ini kecuali kebenaran”.
Q.10:36, 53:23, orang-orang kafir mengikuti isme-isme yang berdasarkan dzan dan hawa nafsu manusia.
Q.6:116, konsep demokrasi adalah hawa nafsu manusia.
Dalil :
2.   Konsep Islam VS Jahiliyah.
Sarahan :
Konsep Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah yang Maha Tinggi, tanpa dicampuri oleh pemikiran manusia.  Karena Allah Maha Mengetahui maka Islam adalah ilmu yang dalam.  Karena Allah Maha Hidup maka Islam merupakan panduan hidup.  Karena Allah Maha Bijaksana maka Islam adalah hukum-hukum yang adil dan bijaksana.  Islam merupakan perwujudan sifat Allah yang membimbing dan memimpin manusia menuju kepada kebahagiaan yang sejati.
Konsep orang kafir menjadikan selain Islam sebagai panduannya misalnya pandangan bukan dari Allah, Rasul dan DienNya.  Mereka merupakan orang yang bodoh (jahil) terhadap kebenaran.  Keingkaran mereka menunjukkan kehinaan dan kerendahan yang tidak berarti dibandingkan dengan ketinggian Allah.  Konsep hidup mereka tidak boleh diikuti oleh manusia.
Hadits.  Sabda Rasulullah SAW, “Islam itu tinggi dan tiada yang melebihi ketinggiannya”.
Q.2:120, petunjuk Allah yang sebenar-benarnya petunjuk.  Q.10:35, Allah menunjuki kepada kebenaran selain Allah hanya menyesatkan.  Maka Allah sahaja yang sesuai untuk diikuti.
Q.6:115, kesempurnaan, ketepatan dan keadilan kalimah Allah.  Q.54:5, kedalaman pengeta huan Allah.  Q.86:13, kalimah Allah sangat tegas dan bukan permainan (56:12).
Q.9:40, kalimah Allah yang tinggi sedangkan konsep orang-orang kafir itu rendah.  Q.6:112, orang-orang kafir saling memberikan pandangan yang menipu manusia dengan hiasan kalimat-kalimat yang indah.
Q.28:49-50, menolak kitabullah berarti mengikuti hawa nafsu.  Lihat pula 33:72, 30:29.  Konsep orang-orang zalim berdasarkan hawa nafsu dan kesesatan mereka.
Dalil :


3.   Kalimah Taqwa VS Kesombongan Jahiliyah.
Sarahan :
Kalimat Taqwa.  Konsep Islam yang tinggi itu merupakan sumber ketaqwaan dan kebajikan.  Mengucapkan sahaja ibadah, apalagi mempelajari, menghayati dan mengamalkannya.  Hanya konsep inilah yang dapat membentuk pribadi taqwa dan akhlak mulia.
Kesombongan Jahiliyah.  Selain konsep Islam maka konsep itu adalah jahiliyah hanya berupa slogan yang menunjukkan kesombongan dan kebanggaan orang-orang yang bodoh.  Tak terbukti di dalam kenyataan, hanya teori-teori kosong yang dusta.  Masyarakat yang dibentuknya menjadi masyarakat yang kufur dan bergelimang dalam maksiat.
Q.9:108, mendasari kehidupan dengan laa ilaha illa Allah diperumpamakan membangun dengan landasan taqwa.
Q.2:21, 2:183, 2:178, tujuan dan penghambaan Islam adalah membentuk pribadi taqwa.  Hanya dengan melaksanakan syahadatain secara murni dan hasil taqwa dapat dicapai.
Q.3:133-135, contoh konsep taqwa yang disajikan oleh kitabullah.  Q.39:33, membenarkan kitabullah jalan menuju taqwa.
Q.48:26, orang-orang kafir menanamkan kecintaan pada konsep mereka.  Sedangkan Allah mewajibkan pengkajian kalimat taqwa.  Q.43:51-54, penguasa sistem jahiliyah membanggakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menipu rakyat.  Q.40:26, penguasa berdalih stabiliti kekuasaannya menjelekkan pembawa kebenaran.
Dalil :
4.   Kalimah Tauhid VS Kalimah Syirik.
Sarahan :
Konsep Tauhid.  Syahadatain dengan Islam sebagai penjelasannya merupakan konsep yang mengesakan Allah.  Manusia dibawa pada satu tujuan dan orientasi iaitu mencari keredhaan Allah Yang Maha Esa.  Konsep ini mampu menyatukan manusia dari berbagai jenis suku dan bangsa, dari berbagai latar belakang budaya dalam satu ikatan aqidah tauhid yang punya satu kepentingan, tegaknya kalimat Allah yang tinggi.
Konsep Syirik.  Di dalam jahiliyah manusia saling memperbudak satu dengan lainnya, atau diperbudak oleh materi.  Tujuan dan orientasi mereka bermacam-macam dan berbeda-beda.  Karenanya mereka saling mengeksploitasi.  Yang satu ingin menguasai yang lain.  Jiwa dan kepribadian mereka berpisah, tiada ruh yang dapat melandasi kesatuan dan persatuan.
Dengan berpegang teguh kepada tauhidullah ummat dapat bersatu.  Q.21:92, Islam adalah ajaran Tauhid yang memiliki hanya satu ummat.  Q.49:13, konsep Islam tentang kesatuan manusia dengan menjadikan taqwa sebagai timbangan kemuliaan dan kehinaan manusia.
Q.3:64, konsep di luar Islam hanya membawa kepada kemusyrikan, menghasilkan perbudakan antara manusia.  Q.16:75-76, kehinaan ilah-ilah kaum musyrikin yang menjadi beban bagi penyembahnya.  Q.39:29, gambaran orang yang berada di dalam konsep syirik dibandingkan dengan konsep tauhid.  Q.59:.., kamu kira musuh Allah itu bersatu padahal mereka bercerai berai.
Dalil :
5.   Kalimah Yang Baik VS Kalimah Tak Baik.
Sarahan :
Konsep yang baik.  Karena membawa kepada ketaqwaan dan persatuan maka Islam merupakan konsep yang baik.  Ibarat pohon yang baik, ia akan berakar dihati manusia yang suci (fitrah), kuat dan tertunjang dalam keyakinan dan kepribadian mereka.  Kalimah yang baik melahirkan manusia yang membentuk peradaban mulia dan bermanfaat di dunia.  Bila tiba masanya pohon Islam akan menghasilkan buah yang lezat lagi berkhasiat.
Konsep yang buruk.  Karena membawa kepada kekufuran dan kemaksiatan, maka jahiliyah merupakan sumber masalah bagi manusia.  Ia ibarat pohon yang buruk yang telah tercabut dari akarnya, kering kerontang, mudah hancur.  Tidak memberikan buah kebaikan sama sekali bahkan menjadi sampah atau sumber penyakit.
Q.14:24-25, syahadatain sebagai kalimah yang baik diumpamakan Allah bagaikan pohon yang baik, akarnya tertunjang ke bumi dan batangnya menjulang ke angkasa (tertanam baik di hati manusia karena selaras dengan fitrah).  Pohon itu senantiasa memberikan buah yang baik di setiap musim karena setiap muslim dalam berbuat baik mengharapkan redha Allah yang kekal dan pasti.  Sistem tauhid ini menghasilkan manusia-manusia yang bermanfaat bagi dunia dan peradaban.  Masyarakat tauhid ini tumbuh bagaikan pohon pula, lihat 48:29.
Q.14:26, konsep yang buruk ibarat pohon yang buruk.  Tidak tertanam dalam hati dan jiwa manusia karena bertentangan dengan fitrah.  Pribadi yang dihasilkan oleh sistem jahiliyah adalah kosong dan tidak berarti, hanya pandai bersifat lidah sahaja, berkata tetapi tidak diamalkan, lihat 2:204-205.  Perumpamaan lainnya adalah kayu yang tersandar.  Kelihatannya kokoh tetapi sebenarnya rapuh.  Ini contoh tentang munafiqin, lihat 63:4.
Dalil :
6.   Kukuh VS Rapuh.
Sarahan :
Stabil dan kukuh merupakan sifat Islam, tidak pernah mengalami kegoncangan.  Tak lapuk dengan hujan dan angin, bahkan itu akan menumbuhkan pohon Islam.  Sebagai kebenaran ia ibarat arus sungai yang deras, selalu teguh berterusan dan menghantam batu karang.
Tidak seimbang dan rapuh merupakan sifat dienul jahiliyah.  Ia selalu mengalami pasang surut, berubah dan berganti.  Dapat lapuk ditelan masa.  Sedikit sahaja mengalami goncangan ia akan hancur.  Sebagai kebatilan ia ibarat buih di atas arus, akan lenyap dengan sendirinya.
Q.13:17, kekukuhan al haq dalam menghadapi tantangan bagaikan air arus yang berjalan terus.  Hadits Rasulullah mengumpamakan petunjuk yang dibawa oleh beliau seperti hujan dan air.  Tergantung kesiapan tanah (jiwa manusia) untuk menerimanya.
Q.14:27, konsepsi ini membawa keteguhan kepada orang-orang yang mengikutinya.  Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Q.85:6, kemenangan aqidah adalah kemenangan hakiki yang dituju orang-orang beriman dalam perjuangan.
Q.13:17, kerapuhan jahiliyah bagaikan sampah, kelihatannya banyak tetapi mengikut sahaja kemana pergi.
Dalil :
7.   Kuat VS Lemah.
Sarahan :
Kuat dan tewas, karena teguh dan kukuh maka sebagai konsepsi Islam tidak dapat dikalahkan.  Ditinjau dari sudut apapun Islam unggul, tidak dapat ditandingi.  Peradaban dan warisannya penuh prestij dan prestij kemanusiaan.  Seluruh ajaran Islam memiliki kekuatan dari segi hujjah maupun realiti.  Dari itu ummat Islam harus kukuh dan kuat seperti Islam.  Berizzah yang tinggi karena prestasi yang dicapainya.
Lemah dan selalu kalah, karena kegoncangan dan kerapuhannya maka jahiliyah ini sangat lemah, mudah untuk dihancurkan.  Tak ada daya dan kekuatannya sama sekali.  Para pengikutnya menjadi orang-orang yang paling lemah, tanpa kepribadian, kecewa dan pesimis.  Tanpa prestasi dan prestij sehingga tak ada harganya sama sekali.
Q.5:3, orang-orang kafir putus asa untuk mengalahkan al Islam dari segi konsep sehingga kita tak perlu takut kepada mereka.
Q.37:172-173, 5:56, jaminan Allah bagi kemenangan tentaraNya iaitu yang mengikuti sistem ini dengan sesungguhnya.
Q.3:137-139, fakta sejarah yang menunjukkan kekuatan kaum beriman.
Q.29:41, kelemahan sistem yang dibangun oleh konsep syirik seperti sarang laba-laba.  Q.3:12, pernyataan Allah bahawa pengikut kebatilan pasti kalah dan tempat mereka adalah neraka jahanam.
Q.16:26-27, gambaran tentang cara Allah menghancurkan kebatilan secara sistematik iaitu dengan menghabiskan asasnya terlebih dahulu.  Sedangkan kehinaan mereka sangat dekat waktunya karena akan datang setelah kematian menimpa mereka.
Dalil :
Ringkasan Dalil :
Konsep Islam :
Dasarnya syahadatain
Kalimah Allah tinggi                 (9:40)               -  Kalimah yang baik     (14:24)
Kalimah berorientasikan tauhid            (112:1-3)           -  Stabil                                   (14:24)
Merupakan kalimah taqwa                     (48:26)             -  Kuat                          (5:3, 58:21, H)
Konsep selain Islam :
Dasarnya pemikiran jahiliyah
Kalimah orang-orang kafir                    (9:40)               -  Kalimah yang buruk   (14:26)
Kalimah berorientasikan syirik  (39:64)             -  Goncang                    (14:26, 16:26)
Kebanggaan jahiliyah                (48:26)             -  Lemah                       (29:41)

A-6.  Marahil Tafaul Bi Syahadatain
Objektif
Mengerti peranan sikap cinta dan redha dalam penerimaan syahadatain.
Memahami tiga kandungan pokok syahadatain yang menjadi landasan keseluruhan ajaran Islam.
Menyadari wajibnya mencorak hati, akal dan jasad dengan syahadatain.
Sinopsis
Dua kalimah syahadah adalah suatu kesaksian bahawa tiada yang wajib diabdi dengan penuh cinta kecuali hanya kepada Allah sahaja.  Kemudian kesaksian bahawa Muhammad itu merupakan Rasul Allah.  Syahadatain ini merupakan ruh yang melandasi keyakinan, pemikiran dan perbuatan orang-orang mukmin.  Untuk merealisasikannya mukmin mesti berinteraksi dengan kandungan makna syahadatain yang didasari cinta dan redha menjadi sibgah kepada hati, akal dan jasad.
Hasyiah
1.   Dua Kalimah Syahadah.
Sarahan :
Syahadatain perlu dipelajari dan diketahui karena dua kalimah ini sebagai dasar bagi keseluruhan hidup manusia dan seluruh ajaran Islam.
Dalil :
Q.47:19, 37:35, 3:18, ungkapan Allah bahawa syahadat adalah dasar seluruh ajaran Islam.
47:19. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.
37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Laa ilaaha illallaah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.
3:18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Hadits, ungkapan Rasulullah mengenai bangunan Islam yang terdiri dari lima, menyaksikan bahawa Tiada Ilah selain Allah dan bahawa Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan dan menunaikan haji bagi yang mampu.
2.   Cinta.
Sarahan :
Mukmin mencintai dua kalimah syahadah sehingga nilai yang menjadi kandungannya tidak diterima sebagai beban.
Cinta ini tumbuh dari kecintaan kita kepada Allah dan Rasul yang teramat sangat serta bara terhadap sembahan selain Allah.
Cinta ini dilengkapi dengan cinta kepada Rasul yang menjadi pembimbing utama menuju kecintaan Allah dan cinta kepada Islam sebagai syarat untuk mendapatkan kecintaan Allah.
Q.2:165, sikap kecintaan mukmin yang teramat sangat kepada Allah.
Dalil :
2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Hadits, sikap kecintaan mukmin terhadap Rasul, lebih dari mencintai ibu bapa maupun anaknya.
Q.8:2, hati mukmin bergetar ketika asma Allah disebutkan ini karena cintanya kepada Allah.
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,

3.   Redha.
Sarahan :
Redha iaitu kerelaan diri untuk menerima program Allah sepenuhnya.  Redha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya.
Redha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya.  Fenomena redha adalah kelezatan iman dalam dada.  Redha wujud dalam tiga bentuk iaitu redha kepada Allah sebagai Rabb, redha kepada Islam dan redha kepada Rasul.
Redha kepada Allah sebagai Rabb.  Redha kepada Allah adalah menjadikan kehendak dan kemauan pribadi.  Rela Allah sebagai pengatur, pembimbing dan pendidik yang senantiasa mencintai, melindungi dan menyayangi dirinya.  Karena itu seluruh aktiviti hidupnya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah.
Q.76:32, arti redha terhadap Allah adalah menjadikan kemauan Allah sebagai kemauan kita sendiri atau tidak menghendaki apapun selain yang dikehendaki Allah terhadap kita.
Dalil :
Q2:207, 60:1, orang mukmin senantiasa mencari redha Allah dalam berjihad, meskipun mesti mengorbankan dirinya.
2:207. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
60:1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Q.98:8, mereka yang beribadah dengan ikhlas akan mendapat redha Allah, lihat pula 9:100.
98:8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
9:100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
Sarahan :
Redha kepada Islam sebagai aturan hidup.  Islam diyakini sebagai satu-satunya aturan hidup bagi dirinya.  Tidak ada aturan lain.  Karena Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, menyelesaikan semua masalah, merupakan jalan lurus dan membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan hidup.
Dalil :
Q.5:3, Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, merupakan nikmat Allah yang mengatur seluruh hidup manusia.  Allah redha dengan Islam sebagai dien bagi kita maka kitapun harus redha dengan Dienul Islam, maka seluruh tuntutan Islam mesti dipenuhi dengan penuh kesadaran dan kerelaan, lihat 3:19.
5:3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3:19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Sarahan :
Redha kepada Rasul sebagai teladan.  Dalam melaksanakan Islam maka Muhammad SAW dijadikan sebagai contoh dan ikutan.  Semua langkah dan tindakan dilaksanakan sesuai dengan bimbingan Rasulullah ini.  Karena Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang diutus Allah, insan kamil, pendidik utama yang selalu menyayangi ummatnya.
Dalil :
Q.9:59, ciri sikap mukmin selalu mencari redha Allah dan Rasulnya.  Q.9:128-129, Rasulullah sangat sesuai untuk diredhai karena teramat sayang kepada kita.
9:59. Jika mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah”, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
9:128. Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
9:129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung.”
Q.4:65, keimanan seseorang ditentukan oleh kerelaannya bertahkim kepada keputusan Rasulullah tanpa keberatan dalam menerima keputusan tersebut.
4:65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Hadits, tidak beriman salah seseorang di antaramu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku (Muhammad) datangkan.
Q.33:21, Rasulullah adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan.
33:21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
4.   Sibgah.
Sarahan :
Cinta dan keredhaan kepada Allah, Rasul dan Islam mewarnai seluruh aspek kehidupan mukmin, menjadi sibghoh dalam dirinya.  Sibgah adalah iman yang merasuk sampai ke tulang yang tidak dapat lepas, bersifat suci, murni dan tidak bercampur dengan syirik walaupun setitik.  Seorang yang hidupnya dalam sibgah Allah seluruh hidupnya merupakan ibadah atau pengabdian kepada Allah.  Untuk mengaplikasikannya sibgah diperlukan :
Pengenalan yang sebenarnya terhadap Allah dan interaksi denganNya dalam bentuk penghambaan.
Pengenalan kepada Islam serta siap menghayati dan mengamalkannya baik dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.  Islam harus diperjuangkan sehingga tegak di bumi Allah.
Pengenalan kepada Rasul SAW serta sedia mengikuti bentuk hidup beliau sesuai dengan kemampuan.
Q.2:138, Iman sejati adalah sibgah Allah yang meliputi dirinya.  Sibgah Allah ini menjadikan setiap perbuatannya ibadah kepada Allah.
Dalil :
2:138. Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah.
Q.6:82, iman yang sejati tidak bercampur dengan kemusyrikan meskipun sedikit.  Orang yang memilikinya akan memperoleh rasa aman.
6:81. Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?”
6:82. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Q.47:19, 20:14, pengenalan terhadap Laa ilaha illa Allah.  9:128, 18:110, pengenalan terhadap Rasul.  3:19,85, pengenalan terhadap Islam.
47:19. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu
20:14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
9:128. Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
18:110. Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa.” Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
3:19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
3:85. Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
5.   Sibgah Hati.
Sarahan :
Hati yang tersibgah adalah hati yang suci, bersih dan senantiasa berhubungan dengan Allah, siap menerima pimpinan dan bimbinganNya.
Dalam hati ini terpancarlah aqidah yang sehat dalam keyakinan dan keimanannya.
Aqidah yang benar dan sehat tersebut menjadikan muslim selalu berniat ikhlas dalam setiap langkah tindakannya.  Niat adalah dasar ibadah, sama ada diterima atau ditolak ibadah seseorang ditentukan oleh niatnya.
Q.26:89, hati yang suci bersih siap menerima keyakinan Islam.  Q.8:32, hati mukmin gemetar bila disebut asma Allah.  Q.50:33, hati mukmin senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah.
Dalil :
26:89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,
50:33. (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat,
Hadits, keterangan Rasulullah yang menyatakan taqwa ada di dalam dada (hati) seseorang.
Q.3:84, 2:136, 4:136, keyakinan yang terdapat dalam dada setiap muslim merupakan iman yang mantap.
3:84. Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.”
2:136. Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
4:136. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Hadits, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sahnya suatu amal ditentukan oleh niat.  Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai yang ia niatkan”.
6.   Sibgah Akal.
Sarahan :
Akal tersibgah senantiasa bertafaqquh fiddien.  Aktif memikirkan kejadian langit, bumi dan segala isinya, mempelajari semua fenomena alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah dibimbing oleh wahyunya.
Dari akal yang selalu menyingkap rahasia fenomena alam ini lahirlah fikrah Islam, iaitu pemikiran atau idea yang merupakan aplikasi ajaran Islam yang bersumberkan kepada Kitabullah dan bimbingan Rasul.
Fikrah yang Islami menjadikan muslim memiliki suatu program yang benar dalam menghadapi kehidupan.  Program kehidupannya mampu menegakkan ajaran Allah (Al Islam).
Q.3:190, 191, 30:20-24, Firman Allah yang mengisyaratkan pentingnya berfikir tentang tanda-tanda kekuatan Allah di alam semesta.
Dalil :
3:190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
30:20. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
30:21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
30:22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
30:23. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
30:24. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
Q.50:37, pada kejadian alam semesta banyak terdapat peringatan bagi mereka yang mau menggunakan akalnya.
50:37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Q.67:10, orang kafir menyesal di neraka karena tidak menggunakan akalnya dengan maksimal.
67:10. Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”
Q.9:120, muslim bertafaqquh fiddien sesuai bidang yang diminatinya dalam rangka menegakkan dienullah.
9:120. Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
9:121. dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal shalih pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
9:122. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Hadits, sabda Rasul : “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka difahamkan Nya dalam Dien”.
7.   Sibgah Jasad.
Sarahan :
Jasad yang tersibgah senantiasa dipelihara kesehatan dan kekuatannya.  Jasad ini dibangun dengan berbagai cara agar mampu mengikuti jejak hidup Rasulullah SAW.
Dapat melakukan aktifiti atau bekerja sesuai bimbingan Allah dalam kitabullah.  Menjadi wujud yang nyata dari Aqidah dan fikrahNya.
Dapat melaksanakan bimbingan dan pimpinan Allah baik untuk individu maupun masyarakat sesuai dengan kemampuannya.  Pelaksanaan ini berdasarkan niat yang ikhlas dan program yang digariskan.
Q.2:247, syarat pemimpin dalam Al-Qur’an adalah yang memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang kuat.
Dalil :
2:247. Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Q.28:26, pilihan untuk menerima amanah jatuh kepada orang yang bertubuh kuat dan terpercaya.
28:26. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
Hadits, Rasulullah SAW memerintahkan “Ajarkanlah anak-anakmu berenang dan memanah”.
Hadits, Rasulullah menyatakan : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah”.
Ringkasan Dalil :
Tahap-tahap interaksi dengan syahadatain :
Cinta  (2:165, 8:2, 9:24)
2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal
9:24. Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Redha  (2:207)
Kepada Allah                      (a, 2:207, 92:20-21, 94:8)
Kepada Islam                      (a, 3:19,85)
Kepada Muhammad (a, 33:21)
2:207. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
92:20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
92:21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
94:8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Membentuk Sibgah  (2:138, 4:125) :
2:138. Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah.
4:125. Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
Dalam hati              (26:89)
Dalam akal              (67:10)
Dalam jasad                        (2:251)
26:89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
67:10. Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”
2:251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.

A-7.  SYURUT QOBULU SYAHADATAIN
Objektif
Memahami bahawa syahadah yang diucapkannya mesti dilandasi dengan ilmu pengetahuan, keyakinan keikhlasan, membenarkan, mencintai, menerima dan tunduk.
Menyedari bahawa kebodohan, ragu-ragu, syirik, dusta, benci, ingkar dan menolak pelaksanaan adalah di antara sikap-sikap yang menyebabkan pernyataan syahadatain ditolak.
Mampu mewujudkan sikap rela diatur oleh Allah, Rasul dan Islam dalam setiap keadaan.
Sinopsis
Sebagai seorang mukmin berusaha untuk menjaga syahadat kita dari futur dan melemah.  Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana syahadat diterima atau ditolak.  Untuk diterimanya syahadat kita maka diperlukan beberapa persediaan misalnya ilmu, yakin, ikhlas, shidqu, mahabbah, qobul dan amal nyata.  Juga kita perlu menolak kebodohan terhadap syahadat, keraguan, kemusyrikan, dusta, kebencian, penolakan dan tidak beramal.
Hasyiah
1.   Ilmu Yang Menolak Kebodohan.
Sarahan :
Seorang yang bersyahadah mesti memiliki pengetahuan tentang syahadatnya.  Ia wajib memahami arti dua kalimat ini serta bersedia menerima hasil ucapannya.  Orang yang jahil tentang makna syahadatain tidak mungkin dapat mengamalkannya.
Dalil :
Q.47:19, berkewajiban mempelajari laa ilaha illa Allah.
Q.3:18, mereka yang bersyahadat adalah Allah, Malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang beriman).
2.   Yakin Yang Menolak Keraguan.
Sarahan :
Seorang yang bersyahadat mesti meyakini ucapannya sebagai suatu yang diimaninya dengan sepenuh hati tanpa keraguan.  Yakin membawa seseorang pada istiqomah, manakala ragu-ragu pula menimbulkan kemunafiqan.
Dalil :
Q.49:15, Iman yang benar tidak bercampur dengan keraguan.
Q.32:24, yakin menjadikan seseorang terpimpin dalam hidayah.
Q.2:1-5, diantara ciri mukmin adalah tidak ragu dengan kitabullah dan yakin terhadap hari Akhir.

3.   Ikhlas Yang Menolak Kemusyrikan.
Sarahan :
Ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlas lillahi ta’ala.  Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima Allah.  Ikhlas dalam bersyahadat merupakan dasar yang paling kukuh dalam pelaksanaan syahadat.
Dalil :
Q.98:5, 39:11, 14, syahadat merupakan ibadah, karenanya dilakukan dengan ikhlas.
Q.39:65, kemusyrikan menghapus amal.  18:110, ibadah yang tidak ikhlas, tidak diterima.
4.   Shidqu (benar) Yang Menolak Kedustaan.
Sarahan :
Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkan tanpa dicampuri sedikitpun dusta (bohong).  Benar adalah landasan iman, sedangkan dusta landasan kufur.  Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan amanah.  Sedangkan dusta menimbulkan kemaksiatan dan pengkhianatan.
Dalil :
Q.39:33, ciri-ciri taqwa adalah sikap shiddiq.  33:23-24, orang yang benar akan terbukti dalam medan jihad dan Allah membalas mereka, sedangkan orang-orang munafiq akan mendapat siksa.
Q.2:8-10, ciri nifaq adalah dusta.  29:2-3, kebenaran dan kemunafikan diuji melalui cobaan.
Hadits, sikap benar mengajak kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga.  Sifat dusta mengajak kepada keburukan dan keburukan membawa ke neraka.
Hadits, tinggalkanlah yang meragukanmu, sesungguhnya benar itu menenangkan (hati) sedangkan dusta itu meragu-ragukan.
5.   Mahabbah Yang Menolak Kebencian.
Sarahan :
Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta.  Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada.  Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama.  Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.
Dalil :
Q.2:165, cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman.
Hadits, sabda Rasulullah, “Ada tiga perkara yang apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman”.
Q.9:24, mukmin mendahulukan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad dari kecintaan terhadap yang lain.

6.   Menerima Yang Jauh Dari Penolakan.
Sarahan :
Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi syahadatain.  Tidak ada keberatan dan tanpa rasa terpaksa sedikitpun.  Baginya tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah dan sunnah Rasul.  Ia senantiasa siap untuk mendengar, tunduk, patuh dan taat terhadap perintah Allah dan RasulNya.
Dalil :
Q.4:65, Mukmin adalah mereka yang bertahkim (berhukum) kepada Rasul Allah dalam seluruh persoalannya kemudian ia menerima secara total keputusan Rasul, tanpa ragu-ragu dan kebenaran sedikitpun.
Q.33:36, 28:68, ciri orang beriman ialah menerima ketentuan dan perintah Allah tanpa keberatan dan pilihan lain.
Q.24:51, ciri mukmin ialah mendengar dan taat terhadap Allah dan Rasul dalam seluruh masalah hidup mereka.

7.   Pelaksanaan Yang Jauh Dari Sikap Statik atau Diam.
Sarahan :
Syahadatain hanya dapat dilaksanakan apabila diwujudkan dalam amal yang nyata.  Maka muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang menjadi aplikasi syahadatain.  Ia menentukan agar hukum dan undang-undang Allah berlaku pada diri, keluarga maupun masyarakatnya.
Dalil :
Q.9:105, perintah Allah untuk bekerja di jalanNya dengan perhitungan nilai kerja itu disisi Allah.
Q.16:97, orang yang bekerja akan mendapat kehidupan yang baik dan surga Allah.
Ringkasan Dalil :
Syarat diterima Syahadat :
Ilmu                 (47:19, 3:18, 43:86)
Yakin                (49:15)
Ikhlas              (98:5, 18:110)
Membenarkan   (2:8-9, 33:23-24)
Cinta                (2:165, 8:2)
Menerima         (4:65)
Melaksanakan   (24:51, 56, 31:22)
Redha               (76:31)

A-8.  Ar – Ridha
Objektif
Mad’u memahami bahawa redha terhadap Allah berarti menerima semua ketetentuan Allah terhadap manusia, alam semesta dan segala tuntutan Allah terhadap diri kita..
Menyadari bahawa taqdir kauni dan syar’I adalah rahasia Allah yang besar dan harus diterima dengan penuh keimanan.  Sunnatullah di alam semesta dapat dipelajari dalam rangka meningkatkan keimanan.
Mad’u menyadari bahawa dia mesti bersikap sesuai dengan tuntutan Allah sebagai menjunjung syahadatain.
Ridho
Ridho merupakan buah dari rasa cinta seseorang mukmin terhadap Allah. Ridha adalah wujud cinta seorang hamba – al makhluq kepada penciptanya – al khaliq. Rasa cinta untuk menerima semua keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya (Allah).  Ridho adalah menerima semua kehendak dan kemauan Allah tanpa reserve.
Semua keinginan, tuntutan dan kehendak Allah ini yang ditujukan untuk kebaikan manusia –terdapat di dalam Al-Qur’an.
20:1-2. Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, (Maa anzalnaa ‘alaikal qur’aana li tasyqaa)
Rasa cinta inilah yang membuat seorang mukmin sedemikian tinggi menempatkan Allah sebagai puncak dari seluruh tujuan hidupnya…… 2: 165  “……walladziina aamanuu asy
addu hubban lillaah “.
Keridhaan Allah menjadi tujuan hidupnya – sumber inspirasi dari seluruh orientasi amalnya -  yang memberikan arah dan penjelasan atas seluruh sikap hidupnya – yang seringkali tidak bisa dipahami oleh orang lain kecuali orang-orang yang telah merasakan manisnya kecintaan & keimanan kepada Allah
2:207  Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (Wa minan-naasi man-yasyrii nafsahubtighaa-a mardhatillaahi, wallaahu ra-uufu bil ‘ibaad )”.
Ar Ridha setidaknya harus termanifestasi setidaknya dalam tiga dimensi, yaitu :
1.   Ridha terhadap Kehendak dan Kemauan Allah Terhadap Kita (manusia).
Kehendak Allah terhadap kita maksudnya adalah ridha terhadap semua kenyataan hidup yang telah berlangsung, tidak dapat dielakkan, tidak diketahui sebelumnya (ghaib) seperti kelahiran, kematian,  kemenangan, kekalahan, keimanan, kekafiran.
4:78  Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (Aina maa takuunuu yudrikkumul mautu walau kuntum fii  burujim-musyayyadah), dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini adalah dari sisi Allah”, (wa in tushibhum hasanatun yaquuluu haadzihii min ‘indillaah) dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan, “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?
Tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah dan kecelakaan yang dikenakanNya pada seseorang.
35:2  Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya (Maa yaftahillaahu lin-naasi min rahmatin – falaa mumsikalahaa); dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu (wa maa yumsik falaa mursila-lahuu min ba’dihii). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (wa huwal ‘aziizul hakiim).
11:6. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya (Wa maa min daabbatin fil ardhi illaa – ‘alallaahi rizquhaa), dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
9:52. Katakanlah, “tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (Qul hal tarabbashuuna binaa illaa – ihdal husnyain). Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya, atau (azab) dengan tangan kami (wa nahnu natarabbashu bikum an yushiiba-kumullahu – bi ‘adzaabin min indihii aw bi aidiina). Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu. (fa-tarabbashuu innaa ma’akum mutarabbishuun)”
Ridha terhadap kehendak & kemauan Allah terhadap kita  karena itu adalah Alam Ghaib bagi kita, artinya kehendak Allah tersebut sebelum terjadinya merupakan sesuatu yang ghaib bagi manusia.  Tidak dapat ditangkap dengan indera.  Tidak dapat diketahui dengan jalan apapun.  Ketentuan ini hanya Allah saja yang mengetahuinya, semua telah tercatat dalam kitab yang nyata.
6:59  Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib (Wa ‘indahuu mafaatihul ghaibi); tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri (laa ya’lamuhaa illaa huwa), dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
31:34  Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok ( wa maa tadrii nafsun maa dzaa taksibu ghadan). Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kejadian yang pasti dan tak dapat dihindari ini disebut Qadha dan Qadar.  Ia merupakan bagian dari rukun iman yang enam.  Iman seperti inilah yang akan membuat kita sadar dan tidak sombong terhadap apa-apa yang dimiliki serta tidak kecewa terhadap apa-apa yang lepas dari kita.
57:22  Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya (Maa ashaaba min mushiibatin fil ardhi,  wa laa fii anfusikum – illaa fii kitaabin min qabli an nabra-ahaa). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (inna dzaalika ‘alallaahi yasiiir)
57:23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu (li kailaa ta’-suu ‘alaa maa faa takum), dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu ( wa laa tafrahuu bimaa aa-taakum). Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (wallaahu laa yuhibbu kulla mukhtaalin fakhuur).
Dalam bersikap terhadap Qadha dan Qadar Allah, manusia tidak berhak menyalahkan atau menuduh Allah.  Sebab sebagai yang maha pencipta dia berbuat sesuai dengan kehendakNya tanpa seorangpun dapat memprotes-Nya.
21:23. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai             (Laa yus-aluu ‘ammaa yaf’alu – wa hum yus-aluun).
85:14-16 Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih (wa huwal ghafuurul waduud), yang mempunyai ‘Arasy lagi Maha Mulia (dzul ‘arsyil majiid). Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya (fa-‘alun limaa yuriid).
Hadits : jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka diberikan cobaan.  Maka siapa yang ridho (dengan cobaan itu) baginya keredhaan Allah.  Dan barang siapa yang keberatan maka baginya kemarahan Allah.


Allah tidak bertindak melainkan di dalamnya terdapat suatu hikmah.  Tetapi sedikit dari manusia yang dapat memahaminya.  Karena itu, terhadap kejadian yang mengenai-nya seorang mukmin berupaya mencari hikmah Allah tersebut.  Ia senantiasa berbaik sangka kepada Allah karena meyakini bahawa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya.
2:216  Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (Kutiba ‘alaikumul qitaalu wa huwa kurhul-lakum, wa ‘asaa an-tukrihuu syai-an wa huwa khairul-lakum, wa ‘asaa an-tuhibbuu syai-an wa huwa syarrul-lakum. Wallaahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun)”
Hadits, orang mukmin itu mengagumkan karena semua urusan mendatangkan kebaikan baginya.  Jika dia diberi kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya, jika ia tertimpa musibah ia bersabar dan itu baik pula baginya.
Hadits Qudsi, sesungguhnya aku tergantung sangkaan hambaKu terhadapKu.  Jika dia bersangka baik maka baik pula baginya, jika dia bersangka buruk maka buruk pula baginya.
2.   Ridha terhadap Kehendak dan Kemauan Allah Terhadap Alam Semesta
Allah mengatur, menetapkan, menentukan seluruh kejadian di alam semesta secara pasti dan tepat.  Tidak ada satu makhlukpun yang lepas dari aturan Allah ini.  Setiap fenomena yang terjadi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah dan keagunganNya.
Allah menentukan qadar alam seluruh ciptaan Nya dengan sangat rapih dan teratur.
25:2. yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
54:49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
87:1-2. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya),
36:38. dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
36:39. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
36:40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
55:7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).Dalil :

Hadits, mengenai seseorang yang mendapat petunjuk Rasulullah cara bertanam korma.  Ternyata hasil tuaiannya tidak memuaskan kemudian dia datang kepada Rasul untuk melaporkan.  Jawab Rasulullah SAW, “kamu lebih tahu urusan duniamu”

Semua ketentuan dan peraturan Allah yang tidak tertulis di alam semesta itu disebutSunnatullah.  Sifatnya tetap, tidak berubah dan tidak berganti.
Ketentuan Allah tersebut bukan merupakan sesuatu yang ghaib tetapi juga tidak mudah untuk difahami dan diketahui.  Manusia akan memahaminya dengan jalan belajar dan melakukan berbagai kajian tentang ketentuan-ketentuan Allah tersebut.
Tetapi Allah sendiri dapat merubahnya seperti pada mukjizat para Nabi.  Kita mesti menyebutnya Sunnatullah dan bukan hukum alam atau hukum sains tulin.
Q.21:68-69, Nabi Ibrahim tidak hangus dimakan api bahkan selamat dengan izin Allah.
Q.20:77-78, Nabi Musa mampu membelah laut dengan izin Allah dan sebagainya.
Sunnatullah hanya dapat difahami setelah diselidiki, dipelajari, dianalisa dan dikaji.  Sifatnya netral.  Dapat dipelajari siapa saja.  Tetapi orang mukmin lebih berhak untuk memperolehnya.  Itulah mengapa kitabullah banyak sekali menganjurkan mukminin melakukan pengamatan terhadap alam semesta.
30:8. Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.
3:190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Sabda Rasulullah, “Hikmah itu kepunyaan orang mukmin, dimana sahaja mereka jumpai hikmah itu, merekalah yang paling berhak atasnya”.
Mengamati sejarah kehidupan manusia adalah perintah Allah.
3:137. Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
35:43. karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.
33:62. Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.
48:23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.

Dengan mengkaji sunnatullah kita mengambil manfaat sebesar-besarnya dari potensi alam untuk memperkuat barisan kaum muslimin.  Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna untuk menjadi sarana dakwah.  Karenanya kaum muslimin wajib menggalakkan kembali pengamatan dan pengkajian terhadap alam semesta ini.
57:25, Allah menyuruh memanfaatkan kekuatan besi (teknologi) untuk menegakkan Islam.
8:60, perintah untuk mempersiapkan sarana-sarana jihad di jalan Allah.  Ini tidak dapat berlangsung tanpa pemanfaatan sains dan teknologi.

3.   Ridha terhadap Yang Allah Kehendaki dari Diri Kita
Yaitu rela melaksanakan petunjuk hidup yang didalamnya ada perintah dan larangan, halal dan haram, peringatan dan anjuran, dan sebagainya.  Kesemuanya dapat kita jumpai dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah.  Setiap muslim wajib menerima undang-undang Allah yang telah tertulis ini dengan tanpa keraguan.
3:85. Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (Wa man yabtaghii ghairal islaami diinan falan yuqbala minhu wa huwa fil aakhirati minal khaasiriin).
3:19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (Innaad-diina ‘indallaahil-Islaam). Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Aturan hidup (dien) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam.  Ia merupakan kumpulan kehendak Allah dari diri kita.  Disinilah Allah mengatur dan mengendalikan hambaNya.
42:15. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka (Falidzaalika fad’u was-taqim kamaa umirta wa laa tattabi’  ahwaa-ahum) dan katakanlah, “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”
Perintah-perintah dan larangan-larangan Allah merupakan sesuatu yang jelas dan dapat difahami dengan mudah.  Ia berbicara tentang realitas yang ada di sekitar manusia tentang hubungan manusia dengan penciptanya dengan alam, hakikat kehidupan, hakikat manusia itu sendiri, dan hakikat pengabdian.  Semua sangat diperlukan oleh setiap manusia.
5:15. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (Qad jaa-akum minallaahi nuurun wa kitaabun mubiin).
5:16. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan (Yahdii bihillaahu manit-taba’a ridhwaanahuu subulas-salaami), dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya ( wa yukhrijuhum minazh-zhulumaati ilan-nuuri bi idznihi), dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (wa yahdiihim ilash-shiraathin mustaqiim).
Hadits, pernyataan Rasulullah, “yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, dan di antara keduanya ada yang mutasyabihat”.
Peraturan dan petunjuk hidup Allah merupakan ketentuan syariah bagi kebahagiaan manusia.  Manusia diberi kebebasan untuk menerima atau menolaknya.  Mereka yang menerima menjadi orang beriman dan hidupnya akan bahagia.  Sedangkan yang menolak disebut orang kafir dan hidupnya akan celaka.
18:29. Dan katakanlah, “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ( Wa qulil haqqu min rabbikum); maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir ( faman syaa-a fal-yu’-min wa man syaa-a fal-yakfur).” Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Kewajiban melaksanakan syariat bagi mereka yang mengaku beriman.
28:85. Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Alquran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Innalladziina faradha ‘alaikal-qur-aana laradduka ilaa ma’aad). Katakanlah, “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata (Qul rabbii a’lamu man jaa-a bil-hudaa wa man huwa fii dhalaalin mubiin).”

Pengetahuan tersebut melahirkan tanggung-jawab, dan setiap insan mesti bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan perintah dan larangan Allah tersebut.  Mukmin menerima qadha dan qadar tetapi iapun menyadari bahawa taqdir syar’i menghendaki adanyasikap tanggung jawab.
Artinya : setiap manusia bertanggung jawab untuk dirinya sendiri untuk mencari hidayah, ketika dalam keadaan maksiat syariat memerintahkannya bertaubat, tatkala ada rizqi ia diperintahkan untuk berzakat & berinfaq dan tatkala miskin ia diperintah untuk sabar, tatkala ia faham ia dituntut untuk berda’wah.
21:23. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai (laa yus-alu ‘ammaa yaf’alu   wa hum yus-aluun).
Allah menyalahkan mereka yang tidak berikhtiar mengikuti syariat.
4:79. Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
42:30. Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (wa maa ashaabakum min mushiibatin fabimaa kasabat aidiikum), dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (wa ya’fuu  ‘an-katsiir).
Hadits, sabda Rasulullah, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang tanggung jawabnya … “.
Sabda Rasulullah SAW, “Setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu”.

Untuk terwujudnya semua ketentuan Allah maka kewajiban kita adalah senantiasailtizam (komitmen) baik terhadap pengetahuan maupun pelaksanaan syariah.  Semua yang dapat dilakukan secara individu wajib dilaksanakan.  Sedangkan yang belum dapat dilaksanakan kecuali telah adanya wasilah (sarana) wajib diperjuangkan.
33:36  Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak ;pula; bagi perempuan yang mu’min apabila Allah dan Rasul_nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan ;yang lain; tentang urusan mereka ( wa maa kaana limu’-minin wa laa mu’-minatin idzaa qadhaallaahu wa rasuuluhuu amran an-yakuuna lahumul khiyaaratu min amrihim ) . Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh lah dia telah sesat, sesat yang nyata “.
4:65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (falaa wa rabbika laa yu’-minuuna hattaa yuhakkimuuka fiimaa syajara bainahum tsumma laa yajiduu fii anfusihim harajan mimmaa qadhaita wa yusallimuu tasliiman).
24:51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Perintah bertaqwa, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta berjihad di jalan Allah.
5:35. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Penerimaan dan keredhaan terhadap ketiga unsur taqdir diatas itulah yang disebut iman yang sebenarnya.  Dengan rela menerima apa yang Allah tentukan bagi dirinya dan alam semesta, maka mukmin berupaya menegakkan tuntutan Allah pada dirinya.  Sehingga hidupnya sepenuhnya dalam bimbingan dan pimpinan Allah SWT, serta dalam keadaan berjihad menegakkan syariah Islam.
49:15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.
Ringkasan Dalil :
Ridha  (2:207, 284, 286)

Apa yang Allah kehendaki (Masyiatullah) :  (76:30, 18:24, 3:26, 31:29)
Terhadap kita – alam ghaib : (6:59, 2:3), merupakan qadha’ dan qadar : (h, 9:51, 57:22), Dia tidak ditanya apa yang diperbuat (21:23), tidak dapat dipelajari (17:85), untuk diambil hikmahnya (57:23).
Terhadap alam (25:2), alam eksperimen (35:28), merupakan sunnatullah di alam (41:53), untuk dikaji/dipelajari dan dijadikan sarana (3:190), untuk dimanfaatkan (11:61).
Dari diri kita (57:16), alam nyata (30:7), merupakan taqdir syar’ie (4:65, 6:153,42:13), untuk dipelajari dan diamalkan (9:105), mereka akan ditanya (21:23, iman.
Ringkasan Dalil :
Ridha  (2:207, 284, 286)

Apa yang Allah kehendaki (Masyiatullah) :  (76:30, 18:24, 3:26, 31:29)
Terhadap kita – alam ghaib : (6:59, 2:3), merupakan qadha’ dan qadar : (h, 9:51, 57:22), Dia tidak ditanya apa yang diperbuat (21:23), tidak dapat dipelajari (17:85), untuk diambil hikmahnya (57:23).
Terhadap alam (25:2), alam eksperimen (35:28), merupakan sunnatullah di alam (41:53), untuk dikaji/dipelajari dan dijadikan sarana (3:190), untuk dimanfaatkan (11:61).
Dari diri kita (57:16), alam nyata (30:7), merupakan taqdir syar’ie (4:65, 6:153,42:13), untuk dipelajari dan diamalkan (9:105), mereka akan ditanya (21:23, iman.
A-9.1.  Tahqiiqu Ma’na Syahadatain
Objektif
Memahami tiga bentuk hubungan antara Allah dengan seorang mukmin : Cinta, Perniagaan dan Kontrak Kerja serta bercita-cita merealisasikannya di dalam kehidupan.
Menyadari bahawa berjihad di jalan Allah merupakan jalan hidup yang wajib ditempuhi.
Menyadari kewajiban menghias diri dengan sifat-sifat mujahid yang merindukan syahadah.
Sinopsis
Hubungan mukmin dengan Allah merupakan hubungan ubudiyah (pengabdian).
Hubungan ini didasari kepada tiga unsur yaitu Cinta, Perniagaan dan ‘Amal/Jihad.
Dengan memahami hubungan ubudiyah yang didasari oleh ketiga unsur diatas itu akan menjadikan setiap mukmin menyadari bahwa wajib baginya untuk menjalani hidup sebagai pejuang Islam yang senantiasa mempersiapkan dirinya dengan karakter seorang mujahid.
Dengan pengertian seperti inilah, kita mesti mengamalkan syahadat di dalam kehidupan kita  yaitu : bertaubat, mengabdikan diri kepada Allah, memuji Allah, melaksanakan siyahah, senantiasa ruku dan sujud, menyuruh kepada makruf mencegah kemunkaran dan memelihara hukum Allah.
1.   Cinta.
Cinta yaitu suatu ikatan hati untuk mencintai apa sahaja yang dicintai Allah dan apa-apa yang ditentukan Allah baginya.  Ikatan ini membuat pribadi mukmin dengan kecintaan dan keredaan Allah.
Q.2:165, hubungan cinta mukmin dengan Allah, teramat sangat kecintaannya terhadap Allah.
2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Q.8:2, diantara tanda cinta senang membaca Kitabullah dan bergetar hatinya tatkala nama Allah disebut.
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,
39 : 45  ‘ dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut ( wa idzaa dzukirallaahu wahdahu ), kesal-lah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat ( isyma-azzat quluubul ladziina laa yu’ minuuna bil akhirati ), dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati  (wa idza dzukiral-ladziina min duunihi idzaa hum yas-tabsyiruun)‘.
2.   Perniagaan.
Pada hakikatnya semua manusia miskin dan faqir, tidak memiliki sesuatupun termasuk dirinya sendiri.  Semua yang ada hanyalah milik Allah.  Tetapi dalam perjanjian ini Allah menawarkan kepada mukmin untuk menjual apa-apa yang bukan miliknya itu kepada Allah.  Perjanjian ini merupakan perniagaan dengan keuntungan di pihak mukmin yang sangat besar.
Q.61:10, penawaran Allah untuk berjual beli dengan Nya dengan keuntungan bebas dari neraka.
61:10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?
61:11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
Q.9:111, pernyataan Allah bahawa Allah telah membeli mukminin.
9:111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (yuqaatiluuna fii sabiilillaahi fayaqtuluuna wayuqtaluun). (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran (wa’dan ‘alaihi haqqan fit tauraati wal injiili wal qur-aan). Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Q.35:29, jual beli ini tidak akan merugikan.
35:29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat (innal-ladziina yatluuna kitaaballaahi wa aqaamush-shalaata) dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan ,( wa anfaquu mimmaa razaqnaahum sirran wa ‘alaa niyatan), mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (yarjuuna tijaaratan lan tabuur)
2:265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka (wa matsalul-ladziina yunfiquuna amwaalahumu-btighaa-a mardhaatillaahi wa tatsbiitan min anfusihim), seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat (kamatsali jannatin bi-rabwatin ashaabahaa waabilun), maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat (fa-aatat ukulahaa dhi’faini). Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
3:195  Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (fastajaabalahum rabbuhum) (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan (annii laa  udhii’u ‘amala ‘aamilin minkum min dzakarin au untsa), (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah (falladziina haajaruu) , yang diusir dari kampung halamannya (wa ukhrijuu min diyaarihim), yang disakiti pada jalan-Ku (wa uudzuu fii sabiilii), yang berperang (wa qaataluu) dan yang dibunuh (wa qutiluu), pastilah akan Aku hapuskan kesalahan-kesalahan mereka (la-ukaffiranna ‘anhum sayyi-aatihim) dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah ( wa la-udkhilannahum jannaatin tajrii min tahtihal-anhaaru – tsawaaan min ‘indallaahi). Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik (wallaahu ‘indahu husnuts-tsawaab).”
Hadits, pernyataan sahabat Nabi tentang baiah mereka dengan Rasulullah, “Kami berbaiah dengan Rasulullah untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam kondisi malas maupun giat, dalam hal yang menyenangkan dan pada keadaan merasa dirugikan.
2.1.  Mukmin Sebagai Penjual.
Mukmin sebagai penjual, yang dijualnya adalah harta (amwal) yang dimilikinya, iaitu semua simbol yang melekat pada dirinya dan yang dianggap sebagai miliknya.  Seperti harta, kekayaan, kedudukan, kerjanya, jawatan, pengaruh dan sebagainya.
Jiwa (nafs), meliputi nyawanya, tenaganya, waktu dan kesempatannya, perasaannya dan lain-lain.
Q.61:11 9:111, mukmin sebagai penjual dengan menjual harta dan jiwa.
61:10-11. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
9:111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (yuqaatiluuna fii sabiilillaahi fayaqtuluuna wayuqtaluun). (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran (wa’dan ‘alaihi haqqan fit tauraati wal injiili wal qur-aan). Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Q.2:207, yang dituju dengan penjualan ini adalah keredhaan Allah sebagai harta tertinggi.
2:207. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
2.2.  Allah SWT Sebagai Pembeli.
Dalam hal ini Allah sebagai pembeli tunggal yang akan memberikan dua keuntungan yang sangat besar bagi penjual tersebut, iaitu surga dengan segala kenikmatannya, sebagai pengganti harta yang diberikan mukmin.
Q.9:111, 98:8 , Allah sebagai pembeli dengan memberikan surga dan keredhaan Allah.
9:111  Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka (innallaahasytaraa minal mu’-miniina anfusahum wa amwaalahum bi annalahumul jannah). Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (yuqaatiluuna fii sabiilillaahi – fayaqtuluuna – wayuqtaluun). (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran (wa’dan ‘alaihi haqqan fit tauraati wal injiili wal qur-aan). Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? (wa man aufaa bi-‘ahdihi – minallaahi ?) Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu  (fastabsyiruu bi-bai’ikumul-ladzii baa-ya’tum bihi), dan itulah kemenangan yang besar (dzaalika huwal-fauzul ‘azhiim).
98:8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.( jazaa-uhum ‘inda rabbihim jannaatun ‘adnin taj-rii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa) Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya (radhiyallaahu ‘anhum wa radhuu ‘anhu). Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
Q.9:72  Redha Allah yang jauh lebih nikmat dari surga sebagai pengganti dari jiwa yang diberikan mukmin, harga berupa keredhaan lebih tinggi nilainya.
9:72  Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan (wa ‘adallaahul mu-miniina wal mu-minaati jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa), (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga And ( wa masaakina thayyiibatan fii jannaati ‘adnin). Dan keridhaan Allah adalah lebih besar (wa ridhwaanun minallaahi akbar) itu adalah keberuntungan yang besar.
3:162. Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
18:28. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya (washbir nafsaka ma’al-ladziina yad’uuna rabbahum bil-ghadaati wal-‘asyiyi yuriiduuna wajhahu); dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini (wa laa ta’du ‘ainaaka ‘anhum turiidu ziinatal hayaatid dunyaa); dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami (wa laa tuthi’ man aghfalnaa qalbahu ‘an dzikrinaa), serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (wat taba’a hawaahu wa kaana amruhu furutha).
3.   Amal dan Jihad.
3.1.  Amal.
Hubungan ini merupakan hasil dari hubungan cinta dan jual beli yang meliputi semua pelaksanaan perintah Allah dengan semangat redha.
9:105. Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu (waquli’maluu  fasayarallaahu ‘amalakum wa rasuuluhu wal mu’-minuun), dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata (wa saturadduuna ilaa ‘aalimil-ghaibi wasy-syahaadati), lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (fa yunabbi-ukum bimaa kuntum ta’maluun).”
Al ‘amal  pada ayat diatas adalah perintah Allah untuk berbuat &  bekerja  untuk memakmurkan bumi Allah sebagai rahmatan lil’alamin. Karena tugasnya adalah rahmatan lil ‘alamin maka scope nya tentu saja bukan hanya dalam skala individu / pribadi tetapi kita diperintah untuk bekerja & berbuat dalam skala keluarga, masyarakat bahkan yang lebih luas dari itu yaitu dalam skala berbangsa dan bernegara. Nah disinilah kita bisa melihat bahwa tanggung jawab besar untuk rahmatan lil ‘alamin ini  tidak mungkin hanya dikerjakan  secara individual / infiradi tetapi jelas perlu ‘amal jama’i. dengan saudara-saudaranya sesama mukmin baik laki-laki maupun perempuan.
9:71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain (wal mu-minuuna wal mu-minaatu ba’dhuhum auliyaa-u ba’dhin). Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya (ya-muruuna bil ma’ruufi wa yanhauna ‘anil munkari wa yuqiimuunash-shalaata wayu-tuunaz-zakaata wa yuthii-’uunallaaha wa rasuulahu). Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah (ula-ika sayar-hamuhumullaahu); sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
9:72. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan (wa ‘adallaahul mu-miniina wal mu-minaati jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa), (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga And (wa masaakina thayyiibatan fii jannaati ‘adnin). Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
3.2.  Jihad.
Dan untuk mewujudkan kerja yang sangat besar tersebut, menjadikan al Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin  jelas bukan hanya diperlukan ‘amal jama’i / kerja kolektif yang sistematis..tetapi  harus pula didukung dengan etos kerja yang maksimal, mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki… etos kerja para pahlawan, sebagai wujud dari syahadah kita kepada Allah swt.
Q.22:78, Perintah Allah melaksanakan jihad dengan sebenar-benarnya jihad sebagai aplikasi keislaman seseorang.
22:77. Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (yaa ayyuhal-ladziina aamanuur-ka’uu was-juduu wa’-buduu rabbakum waf-‘alul khaira la’allakum tuflihuun)
22:78. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya  (wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihii). Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (huwajtabaakum wa maa ja-‘alaa ‘alaikum fiddiina min haraj). (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim (millata abiikum ibraahiim). Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Alquran) ini  (huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa), supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia  (li yakuunar-rasuulu syahiidan ‘alaikum wa takuunuu syuhadaa-a ‘alannaasi), maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah (fa-aqiimush-shalaata wa atuz-zakaata wa’-tashiimuu billaah). Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong (huwa maulaakum fani’-mal maulaa wa ni’-man-nashiir).
29:69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami (wal-ladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa). Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (wa innallaaha lama’al muhsiniin).
Dan tentunya tidak sama antara orang yang terlibat dengan proyek rahmatan lil ‘alamin ini dengan orang yang tidak terlibat, antara orang yang memiliki tanggungjawab dengan orang yang tidak memiiliki rasa t anggung jawab.
4:95   Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka & jiwanya (Laa yastawiil-qaa’iduuna minal-mu’-miniina ghairu ulidh-dharari wal-mujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalihim wa anfusihi ). Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta & jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat ( fadh-dhalallaahul mujaahidiina bi amwaalihim wa anfusihim ‘alal-qaa’idiina darajah ). Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar ( wa fadh-dhalallahul mujaahidiina ‘alal qaa’idiina ajran ‘adzhiima )“
Al Jihad atau kerja keras ini adalah puncak dari syahadah kita kepada Allah, sebuah kerja yang bukan hanya menuntut pengorbanan harta saja bahkan pengorbanan jiwa  demi terwujudnya kehidupan yang penuh rahmat, rahmatan lil ‘alamiin. Seorang muslim yang komitmen, seorang mukmin yang shiddiq – benar dalam keimanannya… tentunya tidak ragu-ragu untuk mengorbankan harta, tenaga, waktu & pikirannya bahkan jiwanya sekalipun demi mengharap ridha Allah swt.
49:15  Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu (innamal mu’-minuunal ladziina aamanuu billaahi wa rasuulihi tsumma lam yartaabuu)  dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah (wa jaahaduu bi amwaalihim wa anfusihim fii sabiilillaahi), mereka itulah orang-orang yang benar (ulaaika humush-shaadiquun).
33:23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (minal mu’-miniina rijaalun shadaquu maa ‘aahadullaaha ‘alaihi); maka di antara mereka ada yang gugur (fa minhum man qadhaa nahbahu). Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu (wa minhum man yantazhir) dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya) (wa maa baddaluu tabdiila),
3:169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati (wa laa tahsabannal-ladziina qutiluu fii sabiilillaahi amwaat) ; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki (bal ahyaa-un ‘inda rabbihim yurzaquun).
3:170. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka (farihiina bimaa aa-taahumullahu min fadhlihi), dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka ( wa yastabsyiruuna bil-ladziina lam yalhaquu bihim min khalfihim), bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ( allaa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun).
2:152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) –Ku (fadzkuruuniii adzkurkum wasykuruulii wa laa takfuruun).
Hadits, sabda Rasul, “jihad merupakan puncak (dzirwatul sanamil) Islam.
Hadits, karena cintanya Rasulullah pada syahid, beliau berkata, “Tiada seseorangpun yang mati yang ingin kembali ke dunia (dengan merasakan kematiannya) kecuali syahid.  Ini disebabkan kelebihannya”.
Hadits, “Barangsiapa yang memohon syahid kepada Allah dengan sebenar-benarnya permohonan, maka Allah akan menyampaikannya pada derajat syuhada meskipun ia wafat diatas tempat tidurnya”.
4.   Mujahid.
Dengan memahami ketiga aksioma hubungan seorang mu’min dengan Allah, Al Khaliq, yaitu :  Cinta, Perniagaan, Amal / Jihad, maka sesungguhnya tidak ada pilihan lain bagi nya bahwa untuk mencapai jannah & ridha Allah dan untuk merealisasikan al Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin maka ia harus masuk dalam barisan panjang para pejuang Islam, pewaris para Nabi & Rasul yaitu : menjadi seorang mujahid, untuk membuktikan syahadahnya kepada Allah yang telah ia ikrarkan bahkan jauh sebelum kelahirannya.
7:172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka (wa idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum) dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (wa  asy-hadahum ‘alaa anfusihim) (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu? (alastu birabbikum ?)”  Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi (qaaluu balaa syahidnaa)”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( an taquuluu yaumal qiyaamati annaa kunnaa ‘an haadzaa ghaafiliin),
Dimana dengan ucapan syahadatnya maka ia menjadikan seluruh hidupnya adalah jihad.  Cita-citanya yang tertinggi adalah mencapai syahadah (syahid).
33:23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (minal mu’-miniina rijaalun shadaquu maa ‘aahadullaaha ‘alaihi); maka di antara mereka ada yang gugur (fa minhum man qadhaa nahbahu). Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu (wa minhum man yantazhir) dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya) (wa maa baddaluu tabdiila),
Seorang mujahid yang mukmin tentunya bukan hanya cukup bermodal semangat dan keberanian saja tetapi harus memiliki akhlaq yang senantiasa menjadi ciri-ciri, karakter & sifatnya yang berbeda dengan orang yang lain yaitu :
9:111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka (innallaahasytaraa minal mu’-miniina anfusahum wa amwaalahum bi annalahumul jannah). Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (yuqaatiluuna fii sabiilillaahi – fayaqtuluuna – wayuqtaluun). (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran (wa’dan ‘alaihi haqqan fit tauraati wal injiili wal qur-aan). Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? (wa man aufaa bi-‘ahdihi minallaahi ?) Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu  (fastabsyiruu bi-bai’ikumul-ladzii baa-ya’tum bihi ), dan itulah kemenangan yang besar (dzaalika huwal-fauzul ‘azhiim).
9:112. Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat (At-taaibuun), yang beribadah (al-‘aabiduun), yang memuji (Allah) ( al-haamiduun), yang melawat (as-saaihuun), yang ruku’  (ar-raki’uun), yang sujud (as-saajiduun), yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar (al-aamiruuna bil ma’ruufi wa-naahuuna ‘anil munkari) dan yang memelihara hukum-hukum Allah (wal haafizhuuna li huduudillaahi) . Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu (wa basysyiriil mu’-miniin).
At-Taaibuun, senantiasa bertaubat, memohon ampunan dari dosa dan menghindarkan diri dari sebab-sebab kemaksiatan.
Al-‘Aabiduun, senantiasa mengabdikan diri kepada Allah semata dalam keadaan lapang maupun sempit dengan pengabdian yang ikhlas.
Al-Haamiduun, senantiasa memuji, menyanjung dan mengagungkan Allah dalam berbagai kesempatan.
As saaihuun, senantiasa melawat atau berjalan dalam rangka dakwah, mencari ilmu &, bertafakkur tentang alam dan realita ummat, untuk berusaha mencari solusi untuk kebaikan  umat ini
Ar-Raki’uun, senantiasa ruku’  yaitu menerima semua ketentuan Allah
As-Saajiduun, senantiasa sujud  beribadah & menghinakan diri hanya kepada Allah bukan sujud kepada  penguasa zhalim / tahgut, kekuasaan, wanita  ataupun harta
Al-Aamiruuna bil ma’ruufi wa-naahuuna ‘anil munkari, senantiasa aktif, pro aktif & kontributif terhadap kehidupan ini bukan pasif apalagi apatis atau hanya jadi penonton kehidupan dan merasa tidak bertanggung jawab terhadap kehidupan ini –  inilah orang-orang yang hidup & matinya tidak berpengaruh…
Wa-Haafizhuuna li huduudillaahi, selalu memelihara hukum Allah, yaitu melaksanaan kitabullah pada dirinya dan memperjuangkan agar terlaksana di masyarakatnya.
Ringkasan Dalil
Hubungan Mukmin dengan Allah :
Cinta  (2:165, 8:2)
2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,
39 : 45  ‘ dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut ( wa idzaa dzukirallaahu wahdahu ), kesal-lah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat ( isyma-azzat quluubul ladziina laa yu’ minuuna bil akhirati ), dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati ‘.
Perniagaan (61:10).  Mukmin sebagai penjual (57:12, 2:265, 9:111).  Allah sebagai pembeli (9:111).  Yang dijual oleh mukmin adalah harta dan jiwa, harganya surga dan keredhaanNya.
61:10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?
61:11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
2:265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka (wa matsalul-ladziina yunfiquuna amwaalahumu-btighaa-a mardhaatillaahi wa tatsbiitan min anfusihim), seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat (kamatsali jannatin bi-rabwatin ashaabahaa waabilun), maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat (fa-aatat ukulahaa dhi’faini). Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
57:10  Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allahlah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? (wa maa lakum allaa tunfiquu fii sabiilillaaahi – wa lillaahi miiratsus-samaawaati wal ardhi) Tidak sama diantara kamu  yang menafkahkan hartanya dan berperang sebelum penaklukan (mekkah) – ( laa yastawiy minkum man anfaqa min qablil fathi wa qaatala ). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan hartanya dan berperang sesudah itu “ ( ulaaika  a’zhamu darajatan minal ladziina anfaquu min ba’du wa qaataluu )
57:11. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik (man dzal-ladzii yuqridhullaaha qardhan hasana), maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak (fa yudhaa’ifahu lahuu ajraun kariim),
9:111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka (innallaahasytaraa minal mu’-miniina anfusahum wa amwaalahum bi annalahumul jannah). Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (yuqaatiluuna fii sabiilillaahi – fayaqtuluuna – wayuqtaluun). (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran (wa’dan ‘alaihi haqqan fit tauraati wal injiili wal qur-aan). Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? (wa man aufaa bi-‘ahdihi minallaahi ?) Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu  (fastabsyiruu bi-bai’ikumul-ladzii baa-ya’tum bihi ), dan itulah kemenangan yang besar (dzaalika huwal-fauzul ‘azhiim).
2:207. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Kerja (9:105), wujud di dalam bentuk jihad (61:11, 49:15, 29:69, 22:78) kehidupan mukmin dari syahadah sehingga syahid (7:172, 5:7, 3:52, 33:23).  Sifat-sifat mukmin mujahid (9:112) selalu bertaubat, beribadat, siahah, ruku’, sujud, amar makruf nahi munkar dan memelihara hukum-hukum Allah.
9:105. Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu (waquli’maluu  fasayarallaahu ‘amalakum wa rasuuluhu wal mu’-minuun), dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata (wa saturadduuna ilaa ‘aalimil-ghaibi wasy-syahaadati), lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (fa yunabbi-ukum bimaa kuntum ta’maluun).”
Q.3:195, kontrak kerja dengan Allah adalah aktiviti untuk mencari redha Nya.  Mukmin beramal jama’I dengan saudara-saudaranya sesama mukmin samada laki-laki maupun perempuan.  Lihat pula 9:71-72.
3:195  Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (fastajaabalahum rabbuhum) (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan (annii laa  udhii’u ‘amala ‘aamilin minkum min dzakarin au untsa), (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah (falladziina haajaruu) , yang diusir dari kampung halamannya (wa ukhrijuu min diyaarihim), yang disakiti pada jalan-Ku (wa uudzuu fii sabiilii), yang berperang (wa qaataluu) dan yang dibunuh (wa qutiluu), pastilah akan Aku hapuskan kesalahan-kesalahan mereka (la-ukaffiranna ‘anhum sayyi-aatihim) dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah ( wa la-udkhilannahum jannaatin tajrii min tahtihal-anhaaru – tsawaaan min ‘indallaahi). Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik (wallaahu ‘indahu husnuts-tsawaab).”
9:71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain (wal mu-minuuna wal mu-minaatu ba’dhuhum auliyaa-u ba’dhin). Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya (ya-muruuna bil ma’ruufi wa yanhauna ‘anil munkari wa yuqiimuunash-shalaata wayu-tuunaz-zakaata wa yuthii-’uunallaaha wa rasuulahu). Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah (ula-ika sayar-hamuhumullaahu); sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
9:72. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan (wa ‘adallaahul mu-miniina wal mu-minaati jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa), (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga And (wa masaakina thayyiibatan fii jannaati ‘adnin). Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
35:29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat (innal-ladziina yatluuna kitaaballaahi wa aqaamush-shalaata) dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan ,( wa anfaquu mimmaa razaqnaahum sirran wa ‘alaa niyatan), mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (yarjuuna tijaaratan lan tabuur)
49:15  Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu (innamal mu’-minuunal ladziina aamanuu billaahi wa rasuulihi tsumma lam yartaabuu)  dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah ( wa jaahaduu bi amwaalihim wa anfusihim fii sabiilillaahi), mereka itulah orang-orang yang benar (ulaaika humush-shaadiquun).
22:78. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya  (wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihii). Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (huwajtabaakum wa maa ja-‘alaa ‘alaikum fiddiina min haraj). (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim (millata abiikum ibraahiim). Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Alquran) ini  (huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa), supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia  (li yakuunar-rasuulu syahiidan ‘alaikum wa takuunuu syuhadaa-a ‘alannaasi), maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah (fa-aqiimush-shalaata wa atuz-zakaata wa’-tashiimuu billaah). Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong (huwa maulaakum fani’-mal maulaa wa ni’-man-nashiir).
Q.29:69, manfaat jihad itu sendiri kembali kepada diri mukmin karena sesungguhnya merupakan jual beli dengan Allah.
29:69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami (wal-ladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa). Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (wa innallaaha lama’al muhsinii).
7:172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka (wa idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum) dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (wa  asy-hadahum ‘alaa anfusihim) (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu? (alastu birabbikum ?)”  Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi (qaaluu balaa syahidnaa)”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( an taquuluu yaumal qiyaamati annaa kunnaa ‘an haadzaa ghaafiliin),
5:7. Dan ingatlah karunia Allah kepadamu (wadzkuruu ni’matallaahi ‘alaikum) dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu ( wa miatsaaqahul-ladzii waa tsaqakum bihi), ketika kamu mengatakan, “Kami dengar dan kami taati.” (idz qultum sami’naa wa atha’naa) Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu) (wattaqullaaha – innallaaha ‘aliimun bidzaatish-shuduur).
33:23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (minal mu’-miniina rijaalun shadaquu maa ‘aahadullaaha ‘alaihi); maka di antara mereka ada yang gugur (fa minhum man qadhaa nahbahu). Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu (wa minhum man yantazhir) dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya) (wa maa baddaluu tabdiila),
A-9.2.  Tahqiiqu Syahadatain
Objektif
Memahami bahwa hati yang suci dan akal yang cerdas merupakan sumber pelaksanaan ajaran Islam.
Memahami cara-cara untuk mencapai akidah yang benar dan fikrah Islami serta pemeliharaannya.
Memahami hubungan dakwah dan harakah dengan pemeliharaan pelaksanaan syahadat.
Sinopsis
Syahadah merupakan taqrir atau ucapan tauhidullah.  Hasil dari bersyahadah adalah Allah sebagai tujuan hidup, Islam sebagai manhaj hidup dan Rasul sebagai qudwah dalam kehidupan.
Syahadah bersumberkan kepada hati yang bersih dan akal yang cerdas.  Dengan hati yang bersih kita dapat mengharapkan rahmat kepada Allah, takut kepada siksaan Allah dan mencintai Allah.  Dengan sifat ini muncullah aqidah yang salimah.  Berasaskan aqidah salimah ini menghasilkan niat yang ikhlas.
Akal yang cerdas mempunyai ciri-ciri mentadaburkan Al-Qur’an, memikirkan alam semesta dan ingat mati.  Ini adalah ciri akal yang cerdas sehingga memunculkan fikrah Islami.  Berasaskan fikrah Islami menghasilkan minhaj yang shohih.  Dengan bersyahadah dan hasil yang diperoleh dari syahadah ini secara keseluruhannya akan mewujudkan harakah jihad, dakwah dan tarbiyah.
Hasyiah
1.   Syahadah.
Sarahan :
Syahadatain adalah pernyataan, perjanjian dan sumpah seorang muslim terhadap keesaan Allah.  Dengan tauhidullah itu muslim mengakui hak-hak Allah dalam menentukan tiga hal pokok iaitu :
Satu-satunya tujuan seluruh aktifitas kehidupan adalah Allah.
Satu-satunya konsep untuk mencapai tujuan hidup tersebut adalah Al Islam.
Satu-satunya teladan dalam pelaksanaan Al-Islam adalah Rasulullah.
Untuk melaksanakan tiga prinsip ini diperlukan wasilah yaitu qolbun salim dan aklu dzakiy.
Q.6:162, tujuan hidup muslim adalah Allah, lihat 50:50, keharusan muslim bersegera ke Allah atau meraih redha Allah.
6:162. Katakanlah, “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
Q.3:85, 3:19, dien (peraturan Allah) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam.  6:153, mengikuti Al Islam tidak boleh dengan mencampur-adukkannya dengan konsep lain.
3:19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (Innaddiin’indallaahil islaam). Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka (wa makhtlafal ladziina uutul kitaaba illaa min ba’di maa jaa-a humul ‘ilmu baghyan bainahum). Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. ( wa man yakfur bi-aayaatillaahi fa innallaaha sarii’ul hisaab)
3:85. Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (wa man yabtaghi ghairal islaami diinan falan yuqbala minhu – wa huwa fil aakhirati minal khaasiriin).
6:153. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus , maka ikutilah dia; (wa anna haadzaa shiraathii mutaqiiman fat-tabi’uuhu) dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya (wa laa tattabi’us-subula fatafarraqa bikumum ‘an sabiilihi). Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa (dzaalikum wash-shaakum bihii la’allakum tattaquun).
Q.33:21, pernyataan Allah bahawa Rasulullah Muhammad SAW merupakan satu-satunya teladan.
33:21  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah    (Laqad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanah, liman kaana yarjuullaaha wal yaumal aakhira wa dzakarallaaha katsiira) Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu mereka berkata : ‘Inilah yang dijanjikan Allah & Rasul-Nya kepada kita’, dan benarlah Allah & Rasul-Nya. (walammaa ra-al mu’-minuunal ahzaaba qaaluu : haadzaa maa wa’adanallaahu wa rasuuluhu, wa shadaqallaahu wa rasuuluhu) Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman & ketundukan ( wa maa zaadahum illa iimaanan wa tasliiman)”
Q.3:31, meninguti Rasulullah merupakan aplikasi cinta kepada Allah.
3:31  Katakanlah : jika kamu ;benar-benar; mencintai Allah ikutilah aku (qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii) niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu (yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “
Hadits, sabda Nabi, “Tidak beriman seorang dari kamu sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”.
Dalil :
1.1. Qolbun Salim.
Sarahan :
Qolbun salim yaitu hati yang senantiasa bersih dari noda-noda syirik juga tidak terpengaruh hawa nafsu, syahwat dan penyakit-penyakit hati.  Hendaknya tidak terkesan di hati kecintaan terhadap dunia dan perhiasannya yang melalaikan syariat Allah.  Jalan yang ditempuh muslim untuk mencapai qolbun salim ini adalah :
Mencintai Allah dengan sebenar-benarnya kecintaan.  Kecintaan ini menjadi dasar seluruh aktiviti hidupnya.
Selalu mengharap kasih sayang Allah karena meyakini bahawa segala kebaikan hanya berada di tangan Allah.  Maka qolbun salim terbebas dari harapan dan ketergantungan pada selain Allah.
Takut terhadap siksaan Allah iaitu perasaan muslim yang sangat khawatir terlepas dari minhaj Allah, karena menyakini bahawa ancaman dan siksaan Allah lebih dahsyat dari ancaman manusia.  Muslim lebih takut terhadap siksa Allah daripada menerima kelezatan dunia.
Dengan tiga sikap diatas, muslim dapat mencapai aqidah yang sehat, kukuh dan kuat.  Sanggup bertahan dalam berbagai kondisi.  Aqidah ini akan menumbuhkan niat yang ikhlas dalam setiap aktiviti hidupnya.
Q.26:89, qolbun salim adalah sarana yang paling bermanfaat ketika menghadap Allah di hari pembalasan.  Ia disebut juga qolbun munib (hati yang senantiasa bertaubat), lihat 50:33.
Dalil :
26:89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (illaa man atallaaha bi-qalbin saliim),
50:32. Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).
50:33. (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat (man khasyi-yar rahmaana bil ghaibi wa jaa-a bi qalbin muniib),
Q.2:165, 8:2, lihat pembahasan cinta dalam bahan sebelumnya.
2:165  Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah (yuhibbuunahum kahubbillaahi). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillaahi). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya (annal quwwata lillaahi jamii’an) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)’.
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,
Q.39:38, jika Allah sahaja segala kebaikan.  33:21 orang yang dapat meneladani Rasul adalah orang yang mengharap rahmat Allah.
39:38. Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku.” Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri.
33:21  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah    (Laqad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanah, liman kaana yarjuullaaha wal yaumal aakhira wa dzakarallaaha katsiira) Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu mereka berkata : ‘Inilah yang dijanjikan Allah & Rasul-Nya kepada kita’, dan benarlah Allah & Rasul-Nya. (walammaa ra-al mu’-minuunal ahzaaba qaaluu : haadzaa maa wa’adanallaahu wa rasuuluhu, wa shadaqallaahu wa rasuuluhu) Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman & ketundukan (wa maa zaadahum illa iimaanan wa tasliiman)”
Q.10:15, 6:15, pernyataan takut seorang muslim jika menyimpang dari minhaj Allah.
10:15. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, “Datangkanlah Alquran yang lain dari ini atau gantilah dia.” Katakanlah, “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri (qul maa yakuunu-lii an ubaddilahu min tilqaa-i nafsii). Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku (in at-tabi’u illaa maa yuuhaa ilayya). Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat). (innii akhaafu in ‘ashaitu rabbii ‘adzaaba yaumin ‘azhiim)”
6:15. Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku.(qul innii akhaafu in ‘ashaitu rabbii adzaaba yaumin ‘azhiim)”
Q.33:39, takut seorang muslim hanya kepada Allah sahaja menjadikannya berani menyampaikan kebenaran.
33:39  (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah (alladziina yuballighuuna risaalaati), mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun)  selain kepada Allah (wa yakhsyaunahu wa laa yakhsyauna ahadan illallaaha). Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu’.
Q.33:12, sikap munafik sangat penakut dan penuh kecurigaan terhadap Allah dalam peperangan, bandingkan dengan sikap mukmin dalam 33:22.
33:12. Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata (wa idz yaquulul munaafiquuna wal ladziina fii quluubihim maradhun), “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya (maa wa’adan-allaaha).”
33:22  Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu (walammaa ra-al mu’-minuunal ahzaaba), mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.” (qaaluu haadzaa maa wa’adan-allaahu wa rasuuluhu – wa shadaqallaahu wa rasuuluhu) . Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan (wa maa zaadahum illaa iimaanan wa tasliiman).
Q.39:1-14, niat yang ikhlas disebabkan adanya cinta, harap dan takut hanya kepada Allah.
39:2. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Alquran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (innaa anzalnaa ilaikal kitaaba bil haqqi – fa’-budillaaha mukhlishal lahud-diin).
39:11. Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama (qul innii umirtu an a’-budallaaha mukhlishal lahud-diin).
39:12. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (wa umirtu li-an akuuna awwalal-muslimiin).”
39:14. Katakanlah, “Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku (quli-llaaha  a’-budu mukhlishal-lahuu diinii).”


1.2. Aklu Dzakiy.
Sarahan :
Yaitu akal yang mampu membedakan yang haq dengan yang batil, memahami kebaikan Islam dan keburukan jahiliyah.  Akal ini siap menerima segala informasi yang diperlukan untuk berkhidmat kepada jalan Allah.  Tidak tersurat di dalam otak muslim untuk berkiblat kepada konsep bathil dan jahiliyah (di luar Islam).  Dalam mencapai kondisi akal yang demikian, maka muslim menempuh jalan tadabur Qur’an, tafakur alam dan mengingat kematian.
Tadabur Al-Qur’an, iaitu mempelajari, mengkaji dan menghayati ayat-ayat Kitabullah dengan maksud memahami dan melaksanakan minhajillah serta mengambil sepuas-puasnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.  Dengan demikian ia mendapatkan panduan hidup yang membimbingnya mencapai kebahagiaan.
Tafakur alam iaitu mengamati, membahas dan menyelidiki Sunnatullah di alam semesta dengan tujuan mengambil manfaat dengan menemukan berbagai sarana yang diperlukan ummat Islam.
Mengingat kematian iaitu selalu mengingatkan dirinya terhadap saat bertanggung-jawab di hadapan Allah.  Dengan demikian ia senantiasa berupaya memanfaatkan seluruh masa hidupnya yang terbatas untuk berkhidmat pada jalan Allah.
Dengan tiga aktiviti di atas tanpa meninggalkan satupun daripadanya, muslim memiliki fikrah dan ideologi yang penuh berkah.  Pada gilirannya ia akan mampu menemukan konsep yang benar (minhaj yang shohih) dalam setiap gerak kehidupannya.
Hadits Rasulullah SAW, “Dien itu aqal, tidak ada dien bagi yang tidak berakal”.
Q.39:18, ulil albab (orang yang mempunyai fikiran siap menampung segala informasi dan hanya menjadikan perkataan Allah (Al-Qur’an sebagai panduan hidupnya).
39:18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya (alladziina yastami’uunal qaula fayattabi’uuna ah-sanahu ). Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk  (ulaa-ikal ladziina hadaa humu-llaahu) dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal (wa ulaa-ika ulul albaab).
Hadits sabda Rasulullah, “Hikmah itu milik orang yang mukmin dimana sahaja ia jumpai, maka ia yang paling berhak atasnya”.
Q.38:29, 47:24, Al-Qur’an mesti ditadaburkan oleh setiap muslim agar menjadi ulil albab.
38:29. Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya (Kitaabun anzalnaahu ilaika mubaarakun-liyad-dabbaruu aayaatihi) dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (wa liyatadzakkara ulul albaab).
47:24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci? (afalaa yatadabbaruun al qur-aana – am ‘alaa quluubin aqfaaluha).
Q.29:49, Kitabullah merupakan ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.
29:49. Sebenarnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (bal huwa aayaatun bayyinaatun  fii shuduuril-ladziina uutul ‘ilma). Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim (wa maa yaj-haduu bi-aayaatinaa illazh-zhaalimuun).
Q.3:191, ulil albab memikirkan kejadian dan fenomena alam semesta untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kemajuan Islam.
3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring (alladziina yadzkuruuna-llaaha  qiyaaman wa qu’uudan wa ‘alaa junuubihim) dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ( wa yatafakkaruuna fii khalqis-samaawaati wal ardh), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (rabbanaa maa khlaqta haadzaa baathila – sub-haanaka faqinaa ‘adzaab an-naar).
Q.41:53, Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya untuk diamati oleh mereka yang memiliki fikiran.
41:53. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri (sanuriihim aayaatinaa fil aafaaqi wa fii anfusihim), sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar (hattaa yatabayyana lahum  annahul haqq). Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
Hadits, sabda Rasulullah, “Perbanyaklah oleh kamu mengingt pemutus segala kelezatan (kematian)”.
Q.3:192-194, ulil albab selalu membayangkan kematian di hadapan matanya sehingga ia senantiasa berlindung dari siksa neraka dan azab Allah.
3:192. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia (rabbanaa innaka man tud-khilin-naara faqad akh-zaitahu), dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun (wa maa lizh-zhaalimiina min anshaar).
3:193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu) (rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyan-yunaadii lil iimaan), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kami pun beriman (an aaminuu bi-rabbikum fa-aamaanna). Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti (rabbanaa fagh-firlanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa ma’al abraar).
3:194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau (rabbanaa wa aatinaa maa wa’adtanaa ‘alaa rusulika). Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat (walaa tukhzinaa yaumal-qiyaamah). Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji ( innaka laa tukhliful mii’aad).”
Q.5:48, mukmin menjadikan kitabullah sebagai konsep hidupnya dengan tidak mengikuti hawa nafsu dalam pelaksanaan kitabullah.
5:48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran (wa anzalnaa ilaikal kitaaba bil haqqi), membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu (mushad-diqan limaa baina yadaihi minal kitaabi wa muhaiminan ‘alaihi); maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (fahkum bainahum bimaa anzala-llaahu – walaa tattabi’ ahwaa-ahum ‘ammaa jaa-aka minal haqqi). Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang (likulli ja’alnaa minkum syir’tan wa minhaaja). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja) (walau syaa-allaahu la-ja’alakum ummatan waahida), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan (walaakin liyabluwakum fii maa aataakum – fastabiqul khairaat). Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (ilallaahi marji’ukum jamii’an – fayunabbi-ukum bimaa kuntum fiihi takh-talifuun),
Dalil :
2.   Amal Islami.
Sarahan :
Dengan adanya niat yang ikhlas dari qolbun salim dan minhaj yang benar dari akal yang cerdas, muslim dapat bekerja untuk Islam, iaitu aktiviti membangun dienullah dalam realiti kehidupan manusia.  Sesuai kondisi ummat Islam dewasa ini, medan amal islami adalah :
Dalil :
Q.9:105, perintah Allah agar beramal dengan mengikuti minhaj Allah.  18:110, dengan adanya ikhlas hendaknya beramal soleh.
9:105  Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu (waquli’maluu  fasayarallaahu ‘amalakum wa rasuuluhu wal mu’-minuun), dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata (wa saturadduuna ilaa ‘aalimil-ghaibi wasy-syahaadati), lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (fa yunabbi-ukum bimaa kuntum ta’maluun).”
18:110. Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu (qul innamaa ana basyarun mitslukum), yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa (yuuhaa ilayya  – anna maa ilaahu kum ilaahun waahid).” Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih (faman kaana yarjuu liqaa-a rabbihi – falya’mal ‘amalan shaalihan) dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya (walaa yusy-rik bi-‘ibadati rabbihii ahada).”
Q.63:10-11, 4:78, beramal soleh dan berinfak jangan ditunda-tunda.
64:11. Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
64:12. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
4:78  Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (Aina maa takuunuu yudrik-kumul mautu – walau kuntum fii  burujim-musyayyadah), dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini adalah dari sisi Allah”, (wa in tushib-hum hasanatun yaquuluu – haadzihii min ‘indillaah) dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan, “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad) (wa in tushib-hum sayyi-atun yaquuluu – haadzihii min ‘indika).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah (qul kullun min ‘indillaah).” Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (famaa li  haa-ulaa-il qaumi – laa yakaaduuna yafqahuuna hadiitsa).
Q.103:1-3, semua manusia merugi kecuali yang beriman dan beramal soleh.
Hadits, sabda Rasulullah, “Bersegeralah kepada amal dimana kalian tidak menunggu-nunggu kecuali tujuh hal :
Kemiskinan yang melalaikan,
Kekayaan yang menjadikan melampaui batas,
Sakit yang merusak,
Masa tua yang melumpuhkan segala tenaga,
Kematian yang menghabiskan segala-galanya,
Atau dajjal yang paling buruk ditunggu-tunggu,
Hari kiamat dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”.
2.1.  Dakwah dan Tarbiyah.
Sarahan :
Dakwah dan tarbiyah iaitu mengajak manusia untuk memahami Islam serta mendidik mereka untuk mengamalkan kehidupan yang Islami.
Dalil :
Q.41:33, 16:125, keutamaan dakwah (menyeru manusia) ke jalan Allah.
41:33  Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri? (Waman ahsanu qaulan mimman da’aa ilallaahi wa ‘amilan shalihan –  wa qaala innanii minal muslimiin)”
16:125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (ud’uu ilaa sabiili rabbika bil-hikmati wal mau’izhatil hasanati – wa jaadilhum bil-latii hiyya ahsan). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya (inna rabbaka huwa a’lamu ‘an-dhalla ‘an-sabiilihi) dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (wa a’-lamu bil-muhtadiin).

2.2.  Harakah dan Jihad.
Sarahan :
Iaitu mengajak mereka yang telah di tarbiyah untuk berjuang dengan segenap kemampuannya menegakkan konsep Islam dengan semangat Jihad.
Dalil :
Q.29:6, manfaat jihad kembali kepada diri sendiri.
29:6. Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri (wa man jaahada fa innamaa yujaahidu linafsihi). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (innallaaha laghaniyyun ‘anil ‘aalamiin).
Q.47:31, hidup mukmin harus berjihad dan bersabar.
47:31. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu (wa lanabluwan-nakum hattaa na’lam al mujaahidiina minkum wash shaabiriin); dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu ( wa nabluwa akhbaara kum).
Q.9:120, setiap amal jihad ada balasannya disisi Allah.
9:120. Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul (maa kaana li-ahlil madiinati wa man haula-hum minal     a’-raabi – an yatakhallafuu ‘an rasuulillahi walaa yarghabuu bi-anfusihim ‘an nafsihi). Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan (dzaalika bi annahum laa yushiibu-hum zhama-un), kepayahan (walaa nashabun) dan kelaparan pada jalan Allah (walaa makhmashatun fii sabiil-illaahi). dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir (walaa yatha-uuna mauthi-an yaghiizh ul-kuffaara), dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh ( walaa yanaa-luuna min ‘aduuwwin nailan), melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih (illaa kutiba lahum bihi ‘amalun shaalih). Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik (innallaaha laa yudhii-‘u  aj al muhsiniin),


Ringkasan Dalil :
Syahadah merupakan pernyataan Tauhidullah :
Allah sebagai tujuan hidup, Islam sebagai manhaj hidup dan rasul merupakan qudwah di dalam kehidupan.
Syahadah bersumberkan :
Hati yang bersih  (26:87-89, 50:33), mengharapkan rahmat Allah (10:58, 33:21, 18:110), takut pada siksaan Allah (3:192, 25:65, 76, 76:10), pecinta Allah (2:165, 5:54), berasaskan aqidah yang salimah (sejahtera), menghasilkan niat yang ikhlas.
26:87-89. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan (walaa tukh-zinii yauma yub-‘atsuun) (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna (yauma laa yanfa’u  maalun walaa banuun), kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (illaa man atallaaha bi-qalbin saliim)
50:33. (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, (man khasyiyar rahmaana bil ghaibi wa jaa-a bi-qalbin muniib)
10:58. Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (qul bi-fadhlillaahi wa bi-rahmatihi  fa bi-dzaalika fal yafrahuu huwa khairun mimmaan yajma’uun).”
33:21  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah    (Laqad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanah, liman kaana yarjuullaaha wal yaumal aakhira wa dzakarallaaha katsiira) Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu mereka berkata : ‘Inilah yang dijanjikan Allah & Rasul-Nya kepada kita’, dan benarlah Allah & Rasul-Nya. (walammaa ra-al mu’-minuunal ahzaaba qaaluu : haadzaa maa wa’adanallaahu wa rasuuluhu, wa shadaqallaahu wa rasuuluhu) Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman & ketundukan (wa maa zaadahum illa iimaanan wa tasliiman)”
18:110  Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu (qul innamaa ana basyarun mitslukum), yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa (yuuhaa ilayya  – anna maa ilaahu kum ilaahun waahid).” Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih (faman kaana yarjuu liqaa-a rabbihi – falya’mal ‘amalan shaalihan) dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya (walaa yusy-rik bi-‘ibadati rabbihii ahada).”
3:192  Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia (rabbanaa innaka man tud-khilin-naara faqad akh-zaitahu), dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun (wa maa lizh-zhaalimiina min anshaar).
25:65. Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal (walladziina yaquuluuna rabbanash-rif ‘annaa ‘adzaaba jahannam – inna ‘adzaa bahaa kaana gharaama).”
76:10. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan (saya) (innaa nakhaafu min rabbinaa yauman ‘abuusan qamthariira).
2:165  Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah (yuhibbuunahum kahubbillaahi). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillaahi). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya (annal quwwata lillaahi jamii’an) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)’.
5:54. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya (yaa ayyuhal ladziinaa aamanuu man yartadda minkum ‘an diinihi), maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya (fa saufa ya’-tillaahu bi-qaumin yuhibbuhum wa yuhibbuunahu), yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir (adzillatin ‘alal mu’-miniina a-‘izzatin ‘alal kaafiriina), yang berjihad di jalan Allah (yujaahiduuna fii sabiilillaahi), dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela (walaa yakhaafuuna laumata laa-im). Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya (dzaalika fadhlullaahi yu’-tiihi man yasyaa-u), dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui ( wallaahu waasi’un ‘aliim).
Keseluruhannya melahirkan harakah dan jihad, dakwah dan tarbiyah.

A-10.  Sibghah wal Inqilab
Objektif
Memahami bahawa syahadatain harus merubah diri sendiri baik dalam keyakinan, pemikiran, perasaan maupun tingkah laku.
Mengerti rangkuman menyeluruh dari syahadatain sebagai titik tolak program pembinaan.
Menyadari bahawa nilai pribadi seorang muslim terletak pada syaksyiyah islamiyahnya.
Sinopsis
Syahadatain yang terdiri dari syahadah laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah mesti diucapkan, diyakini dan diamalkan dengan baik.  Ucapan laa ilaha illa Allah menjadikan pengabdian hanya kepada Allah sahaja.  Sikap kita kepada syahadah uluhiyah ini adalah ikhlas menerima dan mengamalkan.  Sedangkan Muhammad Rasulullah dijadikan sebagai contoh yang hasanah dan dijadikan sebagai ikutan kita.
Syahadatain mesti didasari kepada mahabbah (cinta) yang kemudian menghasilkan redha kepada setiap yang disuruhnya.  Dari cinta dan redha ini muncul iman yang kemudian akan mewarnai diri kita dan sekaligus merubah diri kita dari segi iktiqodi, fikri, syu’uri dan suluki sehingga muncul pribadi muslim yang mempunyai nilai.
Hasyiah
1.   Syahadatain.
Sarahan :
Dua kalimah syahadah merupakan keyakinan yang tertanam di lubuk hati setiap muslim.  Tidak sekadar keluar dari mulut sahaja tetapi menuntut bukti dalam amal perbuatan ia terdiri dari dua bahagian iaitu pengakuan bahawa tiada ilah selain Allah dan pengakuan bahawa Muhammad Rasulullah.
Dalil :
Q.4:123, Iman bukan merupakan angan-angan tetapi menuntut perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai iman tersebut.
4:123  (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab (laisa bi-amaaniyyi-kum walaa amaaniyyi ahlil kitaab). Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah (man ya’mal suu-an yujza bihi – walaa yajid-lahu min duunillaahi waliyyan walaa nashiira).
Q.61:2-3, Allah membenci orang yang beriman hanya dengan mulutnya sahaja.
61:2. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
61:3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Q.17:109, orang mukmin sejati memiliki interaksi yang kuat dengan kitabullah sehingga mengamalkan Islam.
17:109. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk (wa yakhir-runa lil adzqaani yabkuuna – wa yaziiduhum khusyuu’a).
Q.3:113, diantara ahli kitab yang sungguh-sungguh mukmin selalu membaca kitabullah, beramar ma’ruf dan nahi munkar, serta bersegera dalam kebaikan.
3:113. Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus (laisu sawaa-an min ahlil kitaabi ummatun qaa-imatun) mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat) (yatluuna aayaat-illaahi aanaa-al laili wahum yasjuduun).
3:114. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan (yu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiri) mereka menyuruh kepada yang makruf (wa ya’-muruuna bil ma’ruufi wa yan hauna ‘anil munkari), dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebaikan (wa yusaari’uuna fil khairaati); mereka itu termasuk orang-orang yang shalih  (wa ulaa-ika minash shaalihiin).
1.1. Pengakuan bahawa tiada ilah selain Allah.
Sarahan :
Merupakan bahagian pertama syahadatain yang maknanya tiada yang boleh, sesuai atau wajib disembah kecuali hanya Allah.  Penyembahan yang benar terhadap Allah melahirkan sikap ikhlas.
Dalil :
Q.21:25, pengertian laa ilaha illa Allah adalah tiada yang diabdi selain Allah, lihat pula 2:22-23, 16:36, pengertian laa ilaha illa Allah menuntut adanya penghambaan secara menyeluruh kepada Allah dan pengingkaran kepada Thagut.
21:25  Dan tidak Kami mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwa : Tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu sembahlah Aku (Wamaa arsalnaa min qablika in rasuulin illaa nuhii ilaihi annahu laa ilaaha illaa ana fa’buduun) “.
2:22. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (falaa taj’aluu lillaahi andaadan wa antum ta’lamuun).
2:23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) (wa inkuntum fii raibin mimmaa nazzalnaa ‘alaa ‘abdinaa), buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (fa’-tuu bisuuratin min mitslihi – wad’uu syuhadaa-akum min duunillaahi in-kuntum shaadiqiin).
16:36  Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ;untuk menyerukan; : sembahlah Allah ;saja; dan jauhilah thaghut itu (ani’budullaaha wajtanibut thaaghuut), maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan ;rasul-rasul;
1.2. Pengakuan bahawa Muhammad Rasulullah.
Sarahan :
Bahagian kedua dari syahadatain adalah menerima secara ikhlas dan senang hati Muhammad SAW sebagai utusan Allah.  Dengan penerimaan ini muncul kesediaan menjadikan Rasulullah sebagai uswah.
Dalil :
Q.33:21, 3:31, Rasulullah SAW adalah teladan sekaligus uswah dalam kehidupan muslim.
33:21  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah    (Laqad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanah, liman kaana yarjuullaaha wal yaumal aakhira wa dzakarallaaha katsiira) Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu mereka berkata : ‘Inilah yang dijanjikan Allah & Rasul-Nya kepada kita’, dan benarlah Allah & Rasul-Nya. (walammaa ra-al mu’-minuunal ahzaaba qaaluu : haadzaa maa wa’adana-llaahu wa rasuuluhu, wa shadaqa-llaahu wa rasuuluhu) Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman & ketundukan (wa maa zaadahum illa iimaanan wa tasliiman)”
3:31  Katakanlah : jika kamu ;benar-benar; mencintai Allah ikutilah aku (qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii) niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu (yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “
Q.4:80, 4:64, seorang Rasul diutus untuk ditaati, maka penyelewengan terhadap perintah Rasul adalah kemunafikan.  Lihat 24:63, 8:24, kewajiban mukmin memenuhi seruan Allah dan Rasul dan tidak mentaati Rasul membuat tertutupnya hati.
4:80. Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah (man yuthi’ir rasuula faqad athaa’a-llaah). Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (waman tawallaa famaa arsalnaaka ‘alaihim hafiizha).
4:64. Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah (wamaa arsalnaa min rasuulin illaa li-yuthaa’a bi-idznillaah). Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu (wa lau annahum idz zhalamuu anfusahum jaa-uuka), lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka (fastaghfaru-llaaha wastaghfara lahumur rasuulu), tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (lawajadu-llaaha tawwaaban rahiima).
2.   Cinta.
Sarahan :
Merupakan dasar kesediaan seorang mukmin dalam mengamalkan kandungan syahadatain.
Dalil :
Q.2:165, 8:2, cinta sebagai landasan penerimaan syahadatain.  Lihat pula hasiyyah sebelum ini.
2:165  Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah (yuhibbuunahum kahubbillaahi). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillaahi). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya (annal quwwata lillaahi jamii’an) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)’.
8:2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal,


3.   Redha.
Sarahan :
Merupakan hasil logik cinta mukmin kepada Allah dan Rasul.
Dalil :
Q.76:32, redha sebagai realisasi cinta, lihat pada hasiyah A-6.
4.   Iman.
Sarahan :
Syahadat muslim merupakan realisasi imannya kepada Allah.  Kelezatannya dapat dicapai dengan adanya cinta dan redha kepada Allah, Rasul dan Islam.
Dalil :
Q.61:10-11, syahadatain adalah realiti iman kepada Allah dan Rasul.  5:7, 2:285, perjanjian syahadat berhubungan dengan keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari akhir dan Qadha qadar.
61:10-11. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?  (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
5:7  Dan ingatlah karunia Allah kepadamu (wadzkuruu ni’mata-llaahi ‘alaikum) dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu (wa miitsaaqahul-ladzii waa tsaqakum bihi), ketika kamu mengatakan, “Kami dengar dan kami taati.” (idz qultum sami’naa wa atha’naa) Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu) (wattaqu-llaaha – innallaaha ‘aliimun bi-dzaatish-shuduur).
2:285. Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami taat.” (wa qaaluu sami’naa wa atha’naa) (Mereka berdoa), “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali (ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir).”
5.   Sibgah.
Sarahan :
Dengan keimanan yang benar maka perilaku dan kehidupan mukmin diwarnai oleh Allah.  Fenomena nya adalah berubahnya seluruh aktiviti hidupnya menjadi ibadah kepada Allah SWT.
Dalil :
Q.2:138, sibgah merupakan keimanan kepada Allah yang sesungguhnya.  Seluruh perilaku mukmin diwarnai oleh syahadatain dan merupakan pengabdian kepada Allah.
2:138. Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? (shibghata-llaahi – waman ahsanu mina-llaahi shibghah) Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah ( wa nahnu lahuu ‘aabiduun).
6.   Perubahan Menyeluruh.
Sarahan :
Syahadat yang telah masuk ke dalam diri mukmin dan mewarnai hidupnya pasti melahirkan perubahan yang menyeluruh yang mencakupi perubahan keyakinan, perubahan pemikiran, perubahan perasaan dan perubahan tingkah laku.
Perubahan keyakinan.  Sebelum syahadatnya mungkin dia berkeyakinan bahawa loyaliti dan ketaatan dapat diberikan kepada tanah air, bangsa, masyarakat, seni, ilmu dan sebagainya, disamping mengabdi kepada Allah.  Tetapi setelah bersyahadat ia melepaskan semua itu dan hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang diabdi, ditaati dan diminta pertolongan.
Perubahan pemikiran.  Sebelum meyakini syahadatnya mungkin ia berfikir boleh menerima syariat, aturan hidup dan perundang-undangan bersumber kepada adat istiadat datuk atau nenek moyang, pemikiran jahiliyah dari ilmuwan dan filosof, hawa nafsu penguasa dan sebagainya.  Setelah memahami akibat dari syahadatain maka ia hanya mengikuti pola fikir Islam yang bersumber dari Allah dan RasulNya, kemudian hasil ijtihad orang-orang mukmin yang sesuai dengan bimbingan Allah dan Rasul.
Perubahan perasaan.  Sebelum memahami syahadatain ini mungkin perasaannya yang berupa cinta, takut, benci, marah, sedih atau senang ditentukan oleh situasi dan kondisi yang menimpa dirinya atau keadaan di sekelilingnya.  Misalnya ia senang dengan mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya, mendapat baju yang paling trendy, mendapat profesi yang menguntungkan.  Sedih karena hilangnya kekayaan, merasa hina karena kemiskinan dan sebagainya.  Maka setelah menghayati makna syahadatain tiada yang menyenangkan dan menyedihkan melainkan semua terkait dengan kepentingan Allah dan RasulNya.  Maka ia sedih bila ada yang masuk kedalam kekufuran, sedih bila ada muslim yang disakiti, sedih memikirkan nasib kaum muslimin sebagai ummat Muhammad.  Kemudian dia merasa senang dengan kemajuan dakwah, kebangkitan ummat dan sebagainya.
Perubahan tingkah laku.  Sebelum mengerti kandungan syahadatain mungkin tingkah laku seseorang mengikuti hawa nafsunya, menuruti bagaimana kondisi lingkungan.  Berpakaian, bersikap, bergaul, mengisi waktu dengan kebiasaan-kebiasaan jahiliyah yang tidak ada tuntunannya dari Islam.  Tetapi setelah mengerti syahadatain ini ia berubah.  Tingkah lakunya mencerminkan akhlak Islam, pergaulannya mengikuti syariah, waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat samada bagi dirinya maupun orang lain.
Perubahan menyeluruh terjadi pada pribadi Ummar bin Khattab RA, Mus’ab bin Umair, Saad bin Abi Waqqash dan para sahabat lainnya, ini merupakan bukti bahawa syahadatain membawa perubahan pada diri yang mengucapkannya.
Contoh ini terjadi pada tingkah laku Mus’ab bin Umair yang sebelum Islam merupakan seseorang pemuda yang sangat dikenal ketampanannya di kota Mekkah.  Setelah Islam ia menjadi mujahid dakwah, ketika wafatnya ia hanya punya sehelai kain burdah untuk menutupi jasadnya yang syahid.  Bila kepalanya ditutup kakinya terbuka dan bila kakinya ditutup maka kepalanya terbuka.
Dalil :


7.   Kepribadian Yang Islami.
Sarahan :
Dengan adanya perubahan pada empat hal diatas maka muslim memiliki kepribadian yang Islami.  Pribadi ini mendasarkan keyakinan, bentuk berfikir, emosi, sikap, pandangan, tingkah laku, pergaulan dan masalah apa sahaja dengan dasar Islam.
Dalil :
Q.68:4, akhlak pribadi yang Islami terdapat pada diri Rasulullah.
68:4. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim).
Hadits, akhlak Rasul adalah akhlak Al-Qur’an.


8.   Bernilai  (disisi Allah).
Sarahan :
Tatkala seorang muslim telah memiliki kepribadian Islami dengan utuh, maka ia akan memiliki nilai disisi Allah.  Pribadi-pribadi ini dalam jumlah yang banyak bergabung menjadi ummat.  Bila ummat Islam telah memiliki banyak pribadi seperti ini ia akan diperhitungkan oleh lawan-lawannya.  Ummat seperti ini mampu membawa amanat menegakkan khilafah Islamiyah.
Dalil :
Q.24:55, janji Allah akan tegaknya khilafah.
24:55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih (wa ‘adallaahul ladziina aamanuu minkum wa ‘amilush shaalihaati) bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa (layastakhlifanna-hum fil ardhi kamas takhlifal ladziina min qablihim), dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka ( wala-yumakkinanna lahum diinahumul ladzir-tadhaa lahum), dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa (wala-yubaddilanna-hum min ba’di khaufihim amna). Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku (ya’buduunanii laa yusyrikuuna bii syai-a). Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (waman kafara ba’da dzaalika fa ulaa-ika  humul faasiquun).
Q.33:72, amanah memikul dien dibebankan pada manusia tetapi hanya manusia yang pandai dan tidak zalim dapat menerimanya.
33:72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia (innaa ‘aradhnal amaanata ‘alas samaawaati wal ardhi wal jibaali – fa-abaina an yahmilnahaa  wa asyfaqna minhaa – wa hamalahal insaan). Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh (innahuu kaana zhaluuman jahuula),
Ringkasan Dalil :
Syahadatain :
Laa ilaha illa Allah artinya “Tiada yang diabdikan selain Allah”, intinya ikhlas.
Muhammadurasulullah artinya “Menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan”, intinya ittiba’ (mengikuti).
Wajib cinta (mahabbah) redha, iman, membentuk sibghoh (2:138), menimbulkan perubahan total (2:207-208) :  dalam keyakinan (6:19), dalam cara berfikir (50:37, 67:10), dalam perasaan/selera (24:26, 5:100), dalam tingkah laku (25:63).
2:138. Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? (shibghata-llaahi – waman ahsanu mina-llaahi shibghah) Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah ( wa nahnu lahuu ‘aabiduun).
2:207  Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (Wa minan-naasi man-yasyrii nafsahubtighaa-a mardhatillaahi, wallaahu ra-uufu bil ‘ibaad )”.
2:208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
6:19. Katakanlah, “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, “Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Alquran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?” Katakanlah, “Aku tidak mengakui.” Katakanlah, “Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).”
50:37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
67:10. Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”
24:26. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
5:100. Katakanlah, “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”
25:63. Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
Seluruhnya itu membentuk kepribadian Islam (3:64), yang bernilai disisi Allah (5:27, 49:13).
3:64. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
5:27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil), “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.”
49:13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.